SISTEM RESPIRASI, PENCERNAAN DAN REPRODUKSI AVES
Jumat, 14 November 2014
Edit
I.
PENDAHULUAN
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan
reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya,
burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung
berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan
tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang
merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk
sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu
ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Burung masa kini telah berkembang
sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan
perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di
sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu
ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara
tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi
semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat
menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat
perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan
oleh paruh ringan dari zat tandukKesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih
mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di
muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka
menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan.
Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir
pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub.
Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya. Maka
dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau
burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk
menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan,
pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau
kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk
mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah,
cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut
musuhnya. Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur
reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung
seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang
bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air
panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari
daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu;
persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan
telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara
sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di
tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah
terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara
rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong,
walet, dan namdur.
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah,
sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada
jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam
mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari
beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang. Jenis-jenis
burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah
proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung
jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih,
jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung
manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang
dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya
oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan,
sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya. Burung telah memberikan manfaat
luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis burung, seperti ayam,
kalkun, angsa dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber
protein yang penting; daging maupun telurnya. Di samping itu, orang juga
memelihara burung untuk kesenangan dan perlombaan. Contohnya adalah
burung-burung merpati, perkutut, murai batu dan lain-lain. Burung-burung elang
kerap dipelihara pula untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu.
Banyak jenis burung telah semakin langka di alam, karena diburu manusia untuk
kepentingan perdagangan tersebut. Selain itu populasi burung juga
terus menyusut karena rusaknya habitat burung akibat kegiatan manusia. Oleh
sebab itu beberapa banyak jenis burung kini telah dilindungi, baik oleh
peraturan internasional maupun oleh peraturan Indonesia. Beberapa suaka alam
dan taman nasional juga dibangun untuk melindungi burung-burung tersebut di
Indonesia.
Yang menyenangkan, beberapa tahun belakangan ini telah tumbuh kegiatan pengamatan burung (birdwatching) di kalangan pemuda dan pelajar. Kegiatan yang menumbuhkan kekaguman dan kecintaan pada jenis-jenis burung yang terbang bebas di alam ini, sekaligus merintis kecakapan meneliti alam terutama kehidupan burung di kalangan generasi muda tersebut.
Yang menyenangkan, beberapa tahun belakangan ini telah tumbuh kegiatan pengamatan burung (birdwatching) di kalangan pemuda dan pelajar. Kegiatan yang menumbuhkan kekaguman dan kecintaan pada jenis-jenis burung yang terbang bebas di alam ini, sekaligus merintis kecakapan meneliti alam terutama kehidupan burung di kalangan generasi muda tersebut.
II. PEMBAHASAN
A. Sistem Pernafasan (Respirasi) Pada Aves
Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara
yang sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam
jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui.
Sebagai contoh, burung tertentu bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh manusia. Karenanya, paru-paru hewan menyusui tidak dapat
menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa
paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda. Pada hewan
menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran,
dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon
dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah
berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan. Sebaliknya,
pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang
satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini
memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi
kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli
biokimia Australia serta kritikus Darwinisme yang terkenal menjelaskan
paru-paru unggas sebagai berikut:
Dalam
hal burung, bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama
terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan
paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali,
membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam
satu arah melalui paru-paru. Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada
kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem
pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru pada jenis hewan bertulang
belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem pada unggas dalam hal apa
pun. Bahkan, sistem ini mirip hingga seluk-beluk khususnya pada semua burung. Aves
bernafas dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong udara (sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke leher, perut dan sayap.
Kantong udara terdapat pada :
1.
Pangkal leher (servikal)
2.
Ruang dada bagian depan (toraks anterior)
3.
Antar tulang selangka (korakoid)
4.
Ruang dada bagian belakang (toraks posterior)
5.
Rongga perut (saccus abdominalis)
6.
Ketiak (saccus axillaris)
Fungsi kantong udara :
1.
Membantu pernafasan terutama saat terbang
2.
Menyimpan cadangan udara (oksigen)
3.
Memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang
4.
Mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak
Burung
mempunyai bentuk tubuh yang jauh berbeda dengan binatang yang dianggap sebagai
nenek moyangnya, reptil. Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali
berbeda dengan hewan menyusui. Hewan menyusui menghirup dan membuang udara
melalui batang tenggorokan yang sama. Namun pada burung, udara masuk dan keluar
melalui ujung yang berlawanan. "Rancangan" khusus semacam ini
diciptakan untuk memberikan volume udara yang diperlukan saat terbang. Evolusi
bentuk seperti ini dari reptil tidaklah mungkin.
1.
Inspirasi : udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara
tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar
dan tulang dada membesar. Akibatnya teklanan udara dada menjadi kecil sehingga
udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju
ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan udara.
2.
Ekspirasi : otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan
tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya
menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan
udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar. Aliran udara searah
dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara.
Kantung-kantung ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam
paru-paru. Dengan cara ini, selalu ada udara segar dalam
paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit seperti ini telah diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi. Pernafasan burung
saat terbang : Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat
dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot
yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas),
kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen
pada bagian itu masuk ke paru-paru.
B. Sistem Pencernaan pada Aves
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil,
dan buah-buahan. Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1.
Paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
2.
Rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang
merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk,
3.
Faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada
burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai
tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
4.
Lambung terdiri atas:
a)
Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak
menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
b)
Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya
berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir
yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan
disebut sebagai " hen’s teeth”,
5.
Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal
yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari : duodenum, jejunum dan ileum. Kelenjar
pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung
merpati tidak terdapat kantung empedu. Terbang merupakan memerlukan sejumlah
besar kekuatan. Karena itulah burung memiliki perbandingan jaringan otot
terhadap massa tubuh yang terbesar daripada semua makhluk. Metabolisme tubuhnya
juga sesuai dengan kekuatan otot yang tinggi.
Rata-rata, metabolisme tubuh suatu makhluk berlipat dua kali sewaktu
suhu tubuh meningkat sebesar 50°F (10°C). Suhu tubuh burung gereja yang sebesar
108°F (42°C) serta suhu tubuh burung murai (Turdus pilaris) setinggi 109,4°F
(43,5°C) menunjukkan betapa cepat kerja metabolisme tubuh mereka. Suhu tubuh
yang tinggi seperti itu, yang dapat membunuh makhluk darat, justru sangat
penting bagi burung untuk bertahan hidup dengan meningkatkan penggunaan energi,
dan, karena itu pula, kekuatannya. Karena kebutuhan mereka akan banyak energi,
burung juga mempunyai tubuh yang mencerna makanan yang mereka makan dalam cara yang
optimal. Sistem pencernaan burung memungkinkan mereka memanfaatkan dengan cara
terbaik makanan yang mereka makan. Misalnya, seekor bayi bangau menggunakan 2,2
lbs (1 kg) dari massa tubuhnya untuk setiap 6,6 lbs (3 kg) makanan. Pada hewan
menyusui dengan pilihan makanan yang serupa, perbandingan ini adalah sekitar
2,2 lbs (1 kg) hingga 22 lbs (10 kg). Sistem peredaran burung juga telah
diciptakan selaras dengan kebutuhan energi tinggi mereka. Jika
jantung manusia berdetak 78 kali per menit, jumlah detakan adalah 460 untuk
burung gereja dan 615 untuk burung murai. Begitu pula, peredaran darah pada
burung pun sangat cepat. Oksigen yang memasok seluruh sistem yang bekerja cepat
ini disediakan oleh paru-paru unggas khusus. Burung juga menggunakan energinya
dengan sangat efisien.
Mereka memperlihatkan efisiensi yang tinggi secara meyakinkan dalam
pemanfaatan energi dibandingkan hewan menyusui. Contohnya, burung layang-layang
yang berpindah tempat membakar 4 kilokalori per mil (2,5 kilokalori per
kilometer), sedangkan hewan menyusui kecil akan membakar 41 kilokalori. Burung
lebih senang bepergian dalam kelompok untuk perjalanan jauh. Bentuk barisan
"V" dari kelompok ini memungkinkan setiap burung menghemat tenaga
sekitar 23%.
C. Sistem Reproduksi pada Aves
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak
memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
1.
Sistem Genitalia Jantan.
a.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau
bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar.Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa.
b.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk
duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus
deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat
panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian
posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara
di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan
epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada
hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
2.
Sistem Genitalia Betina.
a.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves
yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b.
Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya
yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh
oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah
infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai
ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang
akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel
telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang
kapur.
3.
Proses Festilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium
kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium
dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung
oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan
terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi
akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk.
Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju
kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh
materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh
induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak
burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan
paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat
mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
4.
Fungsi bagian-bagian telur aves :
a.
Titik embrio : bagian yang akan
berkembang menjandi embrio
b.
Kuning telur : cadangan makanan embrio
c.
Kalaza : menjaga goncangan embrio
d.
Putih telur : menjaga embrio dari
goncangan
e.
Rongga udara : cadangan oksigen bagi embrio
Jantung burung gereja berdetak 460 kali dalam semenit. Suhu tubuhnya
adalah 108°F (42°C). Suhu tubuh setinggi ini, yang bisa berakibat kematian pada
binatang darat, sangat penting bagi kelangsungan hidup sang burung. Tingkat
energi yang tinggi yang diperlukan oleh burung untuk terbang dihasilkan oleh
metabolisme tubuh yang cepat ini.
D. Sistem Peredaran Darah pada Aves
Alat-alat transportasi pada burung merpati terdiri atas jantung dan
pembuluh darah. Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi kiri, serambi
kanan, bilik kiri dan bilik kanan. Darah yang banyak mengandung oksigen yang
berasal dari paru-paru tidak bercampur dengan darah yang banyak mengandung
karbondioksida yang berasal dari seluruh tubuh. Peredaran darah burung
merupakan peredaran darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil dan
peredaran darah besar.
E. Pengaturan Suhu Tubuh pada Aves
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan
ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal
adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas
(warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah
ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.
Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap
panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung
pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata,
ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan.
Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima
atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat
terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat
mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh,
radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan
yang ditranformasikan dalam bentuk gas. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi
terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia
dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon
yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm
(misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok
dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan
panas di dalam sarangnya.
F. Kebiasaan Yang Bisa Terjadi pada Aves
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur
reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung
seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang
bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air
panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari
daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu;
persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil. Akan tetapi kebanyakan burung
membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu.
Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu;
atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang
diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang
membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar
alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.Anak-anak burung yang baru menetas
umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh
induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu
hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa
segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu
terbang. Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing.
Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan
oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan
cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina.
Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang
setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan
dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila
betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.