AYAM LEHER GUNDUL (LEGUND)
Minggu, 11 Januari 2015
Edit
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman
hayati, termasuk keanekaragaman ayam lokal. Sampai saat ini, masih banyak ayam
lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal. Unggas merupakan salah satu
ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia terutama ayam lokal
atau ayam kampung. Hal tersebut karena ayam lokal diketahui mempunyai
keanekaragaman sifat genetik yang tinggi seperti warna bulu, kulit, bentuk
jengger, sifat produksi dan reproduksinya. Keanekaragaman genetik juga dapat disebabkan
oleh sistem pemeliharaan dan perkawinan yang tidak terkontrol dari generasi ke
generasi. Faktor lingkungan yang menekan juga merupakan faktor yang menyebabkan
perubahan sebagai upaya tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan di
sekitarnya.
Ayam Legund
merupakan salah satu ayam lokal Indonesia yang mempunyai ciri leher tidak ditumbuhi bulu yang
merupakan salah satu ayam lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal. Ayam
Legund pada umumnya dihubungkan dengan Turkens, Transilvania Naked Neck, Bare
Necks, Hackleness, dan Rubber Necks, yang seluruhnya memilki karakteristik
sifat leher gundul. Gen Na merupakan gen dominan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan bulu (lambat) pada bagian leher (Somes, 1993).
Ayam leher gundul merupakan salah satu ayam lokal yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai ayam penghasil daging. menunjukkan bahwa
ayam legund mampu menampilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik jika
dibandingkan dengan ayam buras lain (Mu’in, 1992). Kelestarian ayam buras harus
dijaga baik jumlah maupun keasliannya. Cara pemeliharaan juga perlu untuk
diperhatikan agar ayam lokal tidak punah dan jumlahnya menjadi berkurang.
Pemanfaatan ayam legund sebagai plasma nutfah penghasil daging hingga saat ini
belum nampak. Ayam ini dianggap sebagai ayam buras biasa
walaupun performans ayam legund nampak jauh lebih besar
dibandingkan dengan ayam buras lain.
A. Ayam Legund
Ayam tanpa bulu telah berhasil dikembangkan oleh para
ilmuwan, salah satunya yaitu seorang ahli genetika Israel, Avigdor Cahaner,
menghasilkan genetik ayam tak berbulu pertama di dunia yang
dilakukan di fakultas genetika
Rehovot Agronomy Institute dekat Tel Aviv, Israel. Ayam dengan kulit telanjang diciptakan dengan perkawinan
silang antara ayam
Broiler dengan spesies ayam yang memiliki leher tak berbulu
atau yang biasa disebut dengan ayam leher gundul. Ayam Legund pada umumnya dihubungkan dengan Turkens,
Transilvania Naked Neck, Bare Necks, Hackleness, dan Rubber Necks, yang seluruhnya memilki
karakteristik sifat leher gundul (Somes, 1993). Gen Na
merupakan gen dominan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bulu (lambat) pada
bagian leher (Jull, 1949; Hutt, 1949).
Touchburn et al. (1980) mengemukakan bahwa
pengurangan bulu penutup tubuh akibat adanya gen Na sebesar 40% pada ayam Legund
komplit dominan dan 30% pada ayam Legund tidak komplit. Kondisi tersebut
dapat meningkatkan fleksibilitas dalam pengaturan suhu tubuh pada suhu
lingkungan panas. Pengurangan jumlah bulu penutup tubuh pada ternak ayam menurut
Horts dan Mathur (1994)
berhubungan secara langsung dengan peningkatan
suhu permukaan tubuh. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa peningkatan suhu permukaan tubuh
tersebut sangat membantu proses adaptasi terhadap cekaman panas melalui peningkatan
pembuangan panas (sensible heat loss) melalui
permukaan tubuh.
Merat (1993) menggolongkan gen leher gundul (Na) sebagai
gen Pliotropy, yaitu gen yang berpengaruh terhadap dua sifat atau lebih,
atau karena memiliki keterkaitan dengan gen-gen lain. Digolongkan demikian
karena gen tersebut memberikan pengaruh baik terhadap transfer atau
pembuangan panas ke luar tubuh (lingkungan) dan memperbaiki efisiensi
pakan. Hal ini menyebabkan gen tersebut banyak manfaatnya bagi ayam petelur maupun ayam broiler dalam
kaitannya dengan pembentukan strain ayam yang cocok untuk kondisi daerah beriklim tropis.
B. Karakteristik Ayam Legund
Karakteristik
ayam Legund terbagi menjadi dua, yaitu karakteristik kualitatif dan
karakteristik kuantitatif. Karakteristik
kualitatif adalah suatu sifat pada individu yang diklasifikasikan
ke dalam satu dari dua kelompok atau
lebih dan pengelompokkan itu berbeda jelas
satu sama lain, karakteristik
kualitatif dapat dilihat dari bentuk keanekaragaman. Karakteristik kuantitatif
sendiri berkaitan dengan data yang dapat diukur dari suatu individu, sebagai
contoh jumlah produksi telur maupun pertambahan bobot badan harian.
Contoh
karakteristik ayam Legund adalah warna bulu, pola bulu, corak bulu, kerlip
bulu, warna shank, bentuk jengger, warna cuping dan warna mata. Warna bulu pada
ayam Legund ada putih dan berwarna. Warna
bulu terkait dengan pigmen melanin yang terbagi
menjadi dua tipe, yaitu
eumelanin yang membentuk warna hitam dan biru pada bulu,
dan pheomelanin yang membentuk warna merah-cokelat, salmon, dan kuning tua
(Brumbaugh dan Moore, 1968). Kerja dari pigmen tersebut diatur oleh gen I (inhibitor) sebagai
gen penghambat produksi melanin dan gen i sebagai gen pemicu
produksi melanin sehingga ada dua sifat utama pada sifat warna bulu ayam, yaitu sifat
berwarna dan sifat tidak berwarna. Warna bulu putih disebabkan oleh pantulan beberapa
permukaan bulu, akan tetapi kebanyakan warna-warna pada
bulu dihasilkan oleh beberapa pigmen seperti pigmen karoten menghasilkan warna
kuning dan orange tetapi pigmen melanin menghasilkan warna hitam dan merah pada bulu
(Stevens, 1991).
Gambar
1. Warna Bulu Ayam Legund
Pola bulu merupakan karakteristik genetik dan sifat yang
menurun .
Pola bulu pada ayam Legund jantan dan betina adalah pola hitam, pola
liar, pola kolombian, dan pola bulu putih. Pola bulu warna putih ditemukan pada ayam Legund betina
dikarenakan tidak ada pigmen melanin yang menyebabkan bulu menjadi putih
(Stevens, 1991).
Gambar
2. Pola Bulu Ayam Legund
Corak bulu pada ayam Legund jantan dan betina ialah
corak bulu lurik dan polos. Corak bulu lurik terbentuk karena adanya kerja gen B yang menghambat
deposisi melanin dan akan menimbulkan garis-garis pada
warna dasar hitam sehingga bulu terlihat hitam bergaris-garis putih (Hutt, 1949).
Gambar
3. Corak Bulu Ayam Legund
Kerlip bulu ayam Legund jantan dan betina terdiri dari
kerlip keperakan dan kerlip keemasan. Kerlip bulu ditemukan pada ayam, baik
yang berbulu hitam polos maupun yang berbulu putih, namun
kurang terlihat pada ayam yang memiliki gen autosomal merah atau yang memiliki
bulu dengan kombinasi warna yang keragamannya sangat kompleks. Gen pembawa sifat kerlip
bulu ini terdapat pada kromosom kelamin (Hutt, 1949).
Gambar
4. Kerlip Bulu Ayam Legund
Warna shank merupakan ekspresi dari adanya beberapa pigmen pada
epidermis dan dermis (Jull, 1951). Fenotipe warna shank ayam Legund diantaranya adalah warna shank kuning, hitam, hijau dan
abu-abu.
Menurut Jull (1951), warna shank
merupakan penampakan dari
adanya beberapa
pigmen tertentu pada epidermis dan dermis. Warna kuning pada shank
adalah karena adanya lemak atau
pigmen lipokrom (lypocrome) pada lapisan
epidermis dan pigmen hitam atau melanin tidak terdapat
pada epidermis dan dermis. Warna shank kuning/putih
dapat dipengaruhi oleh ras Amerika, yaitu Single Rhode Island Red dan Barred
Plymouth Rock. Warna shank hijau karena terdapat warna hitam pada dermis
dan warna kuning pada epidermis.
Gambar
5. Shank Ayam Legund
Gambar
6. Jengger Ayam Legund
Gambar
7. Cuping Ayam Legund
Gambar
8. Mata Ayam Legund
C. Produktivitas Ayam Legund
Telah dikemukakan bahwa dengan berkurangnya sebagian bulu
penutup tubuh pada ayam Legund, sangat membantu proses adaptasi terhadap cekaman
panas melalui peningkatan pembuangan panas (sensible heat loss)
melalui permukaan tubuh. Adanya hubungan positif antara pengurangan bulu penutup tubuh pada ayam
Legund dengan pembuangan panas berperan terhadap
metabolisme tubuh yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap sifat
produksi ayam, terutama di daerah tropis dengan kondisi panas yang ekstrim (Sidadolog, 1991).
Merat (1993) berpendapat bahwa pemanfaatan Legund dianggap sangat
penting
untuk tujuan produksi telur di
daerah bersuhu tinggi, hal tersebut didasarkan pada mortalitas induk ayam Legund yang lebih
rendah, rata-rata berat telur lebih tinggi, kerabang telur lebih kuat, dan masa
bertelur berlangsung lebih lama jika dibandingkan dengan ayam berbulu normal. Hasil penelitian Cahaner et al.
(1993) menunjukan bahwa gen Na
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
produksi daging pada ayam broiler, baik yang
dipelihara pada suhu normal maupun pada suhu tinggi (320C). Pertambahan berat badan ayam Legund umur 4 sampai dengan 5
minggu pada suhu normal meningkat 4,6-10%, sedangkan pada suhu tinggi
pertambahan berat badan ayam Legund mencapai 7,1-22,8%. Introduksi gen Na pada ayam broiler dapat meningkatkan bobot badan ayam broiler dibandingkan dengan bobot badan ayam broiler yang berbulu normal
(Yunis dan Cahaner, 1999).
D. Contoh Ayam Legund
1. Ayam Ayunai
Ayam Ayunai adalah unggas lokal berukuran sedang
dari Merauke, Papua.
Keunikan ayam ini terletak pada absennya bulu dari kepala
hingga bagian atas tembolok, sehingga leher tampak polos alias gundul.
Gambar 9.
Ayam Ayunai dari Merauke, Papua
Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar antara
3,4─4 kg dan ayam betina berkisar 1,5─2 kg. Produksi
telur 10─14 butir per periode peneluran. Dalam satu tahun produksi telur
sebanyak 40─60 butir. Bobot telur 60─75 gr. Prosentase karkas 75─80%.
Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina).
Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara
masa bertelur 10─14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu.
Dilihat dari produksi telur dan bobotnya, Ayam Ayunai
sangat cocok dibudidayakan sebagai ayam petelur dan pedaging (Dwiyanto dan Prijono, 2007).
2. Ayam Bali
Ayam ini tersebar di Pulau Bali. Pejantan dipelihara
sebagai ayam petarung. Penampilan fisiknya tergolong prima, yakni besar, padat
dan jika berdiri tegak membentuk sudut 60o, sayangnya bagian
lehernya agak pendek dan kepalanya sedikit kecil.
Gambar
10. Ayam Bali
Ciri unik lainnya adalah sangat sedikitnya bulu yang
tumbuh di bagian leher (trondol). Sepintas penampilan ayam gundul ini mirip
ayam Ayunai atau ayam Saigon. Dibandingkan dengan ayam Ayunai, ayam Saigon memiliki struktur tulang yang lebih tebal.
Ukuran tubuhnya pun juga lebih besar.
Jengger ayam Ayunai kecil dan warnanya merah pucat. Ayam
jantan dewasa berukuran sedang dengan bobot sekitar 2,5 kg. Jumlah telur
rata-rata pada setiap periode telur dapat mencapai 14 butir.
3. Ayam Saigon
Ayam
Saigon ini sebenarnya masuk ke Indonesia hampir bersamaan
dengan masuknya
Ayam Bangkok,
namun kepopuleran ayam ini meredup seiring dengan terkenalnya ayam Bangkok yang berjaya di berbagai kalangan ayam di berbagai
daerah di Indonesia. Ayam Saigon mempunyai struktur daging dengan serat otot yang jauh lebih baik
jika dibandingkan Ayam Bangkok, disamping itu Ayam Saigon juga mempunyai struktur tulang
yang sangat kokoh jika dibandingkan dengan daerah lain.
Gambar
11. Ayam Saigon
Ciri-ciri ayam Saigon antara lain :
a. Sejak lahir ayam
Saigon mempunyai kepala yang gundul.
b. Mempunyai bulu
normal tetapi di sekitar leher tidak ada bulunya,
sehingga hanya terlihat
kulitnya.
c. Tidak mempunyai
bulu rawis.
E. Cara Pemeliharaan
Ayam Legund
Beberapa cara pemeliharaan ayam Legund diantaranya ialah:
1. Pemeliharaan
Secara Berkeliaran (Extensif) yaitu cara memelihara ayam kampung yang
diliarkan tanpa diurus sarana produksinya (pakan, kandang dan vaksin).
2. Pemeliharaan
Secara Umbaran Terbatas yaitu memelihara ayam kampung dihalaman terpagari
sehingga ayam masih dapat berkeliaran ditempat terbatas.
3. Pemeliharaan
Secara Semi Intensif yaitu memelihara ayam kampung secara terkurung total, luas
lantai juga terbatas (bahkan dalam box), vaksinasi rutin, pakan pada awal
pemeliharaan (1 sampai 14-21 hari) dengan pakan buatan pabrik (nutrisi pakannya
sesuai kebutuhan).
4. Pemeliharaan
Secara Intensif yaitu memelihara ayam kampung seperti pemeliharaan ayam
broiler, pakan memakai standar pakan
ayam pedaging dari awal sampai panen (umur 70-90 hari), dan vaksinasi
lengkap.
KESIMPULAN
Ayam Legund merupakan salah satu ayam lokal Indonesia yang mempunyai ciri leher tidak ditumbuhi bulu. Gen Na
merupakan gen dominan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bulu (lambat) pada
bagian leher. Karakteristik ayam Legund ialah mempunyai perbedaan warna bulu, pola bulu,
corak bulu, kerlip bulu, warna shank, bentuk jengger, warna cuping dan warna
mata. Hal ini disebabkan oleh ayam Legund yang merupakan ayam lokal,
dimana ayam lokal melakukan perkawinannya secara alami atau bebas, tanpa adanya
perlakuan khusus seperti pemuliaan atau pemurniaan galur ayam Legund.