CARA MELAKUKAN INSEMINASI BUATAN PADA AYAM
Sabtu, 03 Januari 2015
Edit
Menurut
Sastrodiharjo (1996) teknik IB pada ayam buras adalah suatu teknik mengawinkan
secara buatan dengan memasukkan semen yang telah diencerkan dengan pengenceran
tertentu ke dalam saluran reproduksi ayam betina yang sedang bertelur.
Pemanfaatan teknik IB pada industri pembibitan ayam ras telah lama
dikembangkan, sedangkan pada ayam buras baru dikenalkan pada awal tahun 1990.
Keuntungan pemanfaatan teknik IB pada ayam buras ini disamping untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan, menanggulangi rendahnya fertilitas
akibat kawin alam, untuk mengetahui dengan jelas dan pasti asal usul tetuanya
(induk dan pejantan), meningkatkan jumlah produksi telur tetas, serta upaya
pengadaan anak ayam (DOC) dalam jumlah banyak, umur seragam dan waktu yang
singkat. Toelihere (1993) melaporkan bahwa sejauh ini IB pada unggas hanya
menggunakan semen segar dengan atau tanpa bahan pengencer, hal ini mempunyai
kendala, karena semen sesudah ditampung pada suhu kamar harus dipakai dalam
waktu tidak lebih dari 2 jam. Penundaan dalam beberapa jam dapat menurunkan
fertilitas telur.
Para peternak pembibit masih
menerapkan kawin alami karena mereka tidak mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang cukup tentang ilmu reproduksi unggas dan inseminasi buatan.
Penerapan inseminasi buatan akan lebih menguntungkan, baik dari sisi kualitas
bibit maupun secara ekonomis. Dengan melakukan inseminasi buatan, maka bibit
yang dihasilkan dapat dikontrol secara ketat dan diketahui secara pasti induk
dan penjantan yang menurunkanya. Secara ekonomis lebih menguntungkan, karena
dengan inseminasi buatan hanya membutuhkan sedikit pejantan (1 pejantan dapat
melayani 25 ekor induk dalam sekali penampungan semen). Jumlah pejantan sedikit
berarti akan efisien dalam penggunaan petak kandang dan mengurangi biaya pakan
serta biaya produksi lain. (Suyatno, 2003).
Teknologi inseminasi buatan pada ayam
mudah dipelajari dan diterapkan. Selain itu alat yang digunakan juga sangat
sederhana, yaitu dapat dibuat dari spuit (alat suntik ) ukuran 1 ml. Alat
suntik yang sudah dimodifikasi dengan menghilangkan jarumnya dapat digunakan
untuk menampung semen dan sekaligus untuk inseminasi buatan. Tahapan-tahapan
inseminasi buatan mulai dari penyadapan semen, penampungan, pengeceran hingga
memasukkan semen ke dalam vagina ayam relatif mudah dilakukan. Faktor yang
menentukan keberhasilan IB ini hany pada
keterampilan peternak yang dapat dilatih berkali-kali. (Suyatno,
2003)
Menurut
Udjianto dan Denny (2004) Tahapan – tahapan dalam kegiatan IB adalah:
A. Pemilihan Bibit
1. Memilih induk untuk bibit, Induk yang baik
harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Sehat dan tidak cacat.
b. Berproduksi tinggi.
c. Minimal sudah mengalami periode peneluran
pertama, umur 7 – 8 bulan.
d. Induk sedang bertelur.
e. Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang
baterei individu.
2. Memilih pejantan untuk bibit, Pejantan yang
baik harus memiliki syarat sebagai berikut
a. Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu
kawin yang tinggi.
b. Umur 1-3 tahun.
c. Memiliki mutu genetik yang tinggi.
d. Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk
yang akan di inseminasi.
e. Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah
dengan induk.
B. Persiapan induk dan pejantan
1. Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya
dengan kadar protein minimal 17% dan dengan tambahan pemberian 1 butir telur
fertil yang sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur dikocok hingga rata kemudian
diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2. Pemberian anti stress juga dapat diberikan
kepada induk dan pejantan.
3. Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga
digunakan rajangan daun mengkudu/pace yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
4. Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu
di sekitar kloaka harus digunting.
C. Persiapan alat dan bahan
Alat yang dibutuhkan
adalah : alat suntik Tuberculin Syringe ukuran 1 ml, tabung penampung sperma,
gunting, kertas tissue sedangkan bahan pengencer yang diperlukan NaCl
fisiologis 0,90 %.
D. Teknik pengambilan sperma
1. Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan
sebaiknya dipuasakan kurang lebih 10 jam. Hal ini ditujukan untuk mengurangi
pencemaran feces pada sperma yang ditampung (dapat mengurangi daya tunas).
2. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pemerahan
sperma, sebaiknya dilakukan oleh dua orang, dengan tugas melakukan perangsangan
dan sebagai penampung sperma.
3. Satu orang memegang ayam jago (usahakan ayam
dalam keadaan tenang) yang bertugas melakukan perangsangan yaitu dengan
mengurut lembut dari pangkal paha atas hingga ke pangkal ekor sampai secara beraturan.
Tanda spesifik dari pejantan yang terangsang adalah ekor akan naik ke atas dan
keluar tonjolan dari kloaka.
4. Jika pejantan sudah terangsang, dengan jari
telunjuk dan jempol langsung menekan kloaka sampai terjadi ejakulasi. Saat
terjadi ejakulasi, sperma yang keluar segera ditampung oleh orang kedua.
5. Sperma yang sudah ditampung kalau
memungkinkan dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis.
E. Proses pengenceran semen
1. Pengenceran sperma diperlukan untuk
memperbanyak volume, sehingga dapat digunakan untuk meng IB betina lebih
banyak.
2. Bahan pengencer yang umum dipakai adalah
larutan NaCl Fisiologis 0,90 %, karena bahan ini memiliki tekanan osmotik yang
hampir sama dengan spermatozoa.
3. Dosis pengenceran adalah 1 : 4-5 , yaitu 1
bagian sperma dan 4-5 bagian bahan pengencer lalu dikocok secara perlahan
sehingga homogen, campuran sperma ini dapat bertahan selama 30 menit.
Perbandingan pengencer merupakan perbandingan yang optimal untuk daya hidup
spermatozoa in vitro
KETERANGAN.
1. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan, sebaiknya
IB dilakukan oleh dua orang, dengan tugas satu orang memegang ayam betina dan
memegang paha ayam dengan rapat, ibu jari kanan menekan daerah kloaka (sebelah
kiri) dan tangan kiri, letakkan jari telunjuk dan jari tengah seperti
menggunting ekor dan tekan ke atas sedikit sedangkan ibu jari kiri menekan ke
bawah sehingga alat reproduksi ayam betina keluar.
2. Kemudian alat suntik yang sudah berisi sperma
tadi dimasukkan ke dalam saluran vagina betina yang letaknya di sebelah kiri
sedalam ± 7-8 cm (sampai menyentuh uterus), sebelum sperma disemprotkan tekanan
pada kloaka dikendurkan agar sperma nantinya tidak keluar lagi dari vagina.
3. Waktu yang paling tepat untuk melakukan IB
adalah pada siang hari di atas jam 14 WIB, karena pada saat itu diperkirakan
ayam telah bertelur sehingga gerakan sperma tidak mengalami hambatan dan pada
saat itu belum terjadi peletakan telur (Ovi posisi).
4. Dosis sperma untuk setiap betina adalah
0,1-0,2 ml dengan konsentrasi sperma 100-150 juta, guna menghasilkan fertilitas
yang tinggi sebaiknya IB dilaksanakan 3-4 hari 1 kali/2x seminggu.
Apabila
anda dengan langkah langkah di atas masih kurang paham, silahkan simak video di
bawah ini, langkah langkahnya lebih sederhana.
Youtube.com
Sumber
:
Sastrodihardjo,
S, 1996. Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras. Leaflet, Cetakan Kedua Balitnak,
Puslitbang Peternakan Bogor.
Suyatno,
2003. Peningkatan Produksi Bibit Ayam Lurik melalui Penerapan Inseminasi
Buatan. Fak. Pertenakan, Universitas Muhammdiyah Malang.
Toelihere, M.R.
1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung.
Udjianto A. dan
R. Denny Purnama, 2004. Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras Dengan Metode
Deposisi Intra Uterine. Balai Penelitian Ternak. Bogor.