KARAKTERISTIK AYAM WALIK
Senin, 12 Januari 2015
Edit
Ayam lokal merupakan
sumber daya genetik yang potensial dalam penyediaan daging dan telur. Pada
seluruh kepulauan di Indonesia tersedia berbagai rumpun ayam lokal yang
mempunyai penampilan spesifik ataupun tidak spesifik dengan populasi hampir
sama dengan jumlah penduduk di Indonesia. Diketahui Indonesia merupakan salah
satu pusat domestikasi ayam di dunia setelah Cina dan India, namun demikian
pengelolaan ayam lokal di Indonesia sebagian besar masih dipelihara secara
tradisional. Ayam lokal di Indonesia secara turun
temurun telah dipelihara oleh masyarakat,
umumnya yang terdapat di pedesaan baik sebagai hewan piaraan, penghias halaman, hewan aduan, keperluan ritual maupun
tabungan keluarga.
Ayam Walik merupakan
salah satu jenis ayam lokal langka yang terdapat di Indonesia. Ayam Walik merupakan ayam lokal yang mempunyai penampilan
bulunya keriting (terbalik) ke arah depan dan belakang, sehingga permukaan
kulit tubuhnya terlihat jelas. Hal demikian disampaikan pula oleh Sarwono
(2003) bahwa ayam Walik memiliki bulu terbalik, sehingga tampak mengeriting.
Ayam jenis ini banyak ditemui di daerah Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Bentuk
dan perawakan tubuh hampir sama dengan ayam Kampung. Warna bulunya beraneka ragam,
hitam, coklat, coklat kemerahan, coklat kekuningan, putih, blorok bintik-bintik
merah dan hitam atau putih dan hitam, dan kombinasi warna lainnya. Warna bulu
yang beragam pada ayam Walik dipengaruhi oleh kerja gen i yang memicu produksi
pigmen melanin. Pigmen melanin terbagi menjadi dua tipe yaitu eumelanin dan
pheomelanin. Eumelanin yang membentuk warna hitam dan biru pada bulu, dan
pheomelanin yang membentuk warna merah-cokelat, salmon, dan kuning tua
(Brumbaugh dan Moore, 1968). Kulit badan, sisik kaki dan paruh berwarna putih
kuning atau kehitaman/kelabu tua. Warna kuning pada shank, pada
ayam bangsa Amerika dan bangsa-bangsa yang lain, adalah karena adanya lemak
atau pigmen lipokrom (lypocrome) pada lapisan epidermis dan pigmen hitam atau
melanin tidak terdapat pada epidermis dan dermis. Shank yang berwarna
kuning juga dapat dipengaruhi oleh pemberian pakan yang mengandung karotenoid
dan xanthofil seperti jagung kuning. Suprijatna et al. (2005) menyatakan
bahwa warna kuning shank disebabkan oleh pigmen karotenoid dari pakan.
Xantofil pada jagung dapat menyebabkan kaki dan kulit menjadi berwarna kuning
(Anggorodi, 1985). Jengger berbentuk tunggal atau pea, bergerigi
berwarna merah (Sartika dan Sofjan, 2007). Ukuran ayam Walik berbeda-beda,
bobot badan dewasa berkisar 1-3 kg. Ayam Walik dewasa cukup tahan terhadap
perubahan cuaca, tetapi ayam Walik anakan kurang tahan terhadap dingin dan
udara lembab, sehingga membutuhkan perawatan yang cukup baik (Rukmana, 2003).
Keunggulan yang dimiliki ayam Walik dinyatakan dalam Somes (1990) bahwa ayam Walik memiliki
metabolisme basal cepat, produksi kelenjar
hormon tiroid dan adrenal yang tinggi, meningkatkan asupan makanan, konsumsi oksigen, detak jantung, dan peningkatan
volume sirkulasi darah. Bulunya yang terbalik
arah tumbuhnya, memberikan keuntungan dengan semakin mudahnya ayam Walik untuk meregulasikan suhu tubuh pada
suhu lingkungan yang panas sehingga ayam Walik
tetap nyaman dalam suhu yang tinggi.