SISTEM PERNAFASAN (RESPIRASI) PADA UNGGAS
Selasa, 27 Januari 2015
Edit
Sistem respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh
organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan
menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak
dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan pernafasan untuk
memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam
sel-sel tubuh. Alat pernafasan setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan
invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda
dengan hewan vertebrata. Ada dua jenis respirasi yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup yaitu respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi
internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel.
Sedangkan respirasi eksternal adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh
dan pembuangan sisa hasil metabolisme selyang berupa O2 (Isnaeni, 2006).
Sistem respirasi pada unggas (ayam) terdiri dari
nasal cavities, larynx, trachea (windpipe), syrinx (voice box), bronchi,
bronchiale dan bermuara di alveoli. Oleh karena unggas memerlukan energi yang
sangat banyak untuk terbang, maka unggas memiliki sistem respirasi yang
memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar per unit
hewan.Untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan
fisiologi sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan mammalia.Perbedaan utama
adalah fungsi paru-paru.Pada mammalia, otot diafragma berfungsi mengontrol
ekspansi dan kontraksi paru-paru.Unggas tidak memiliki diafragma sehingga
paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan
inspirasi.Paru-paru hanyalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di
dalam darah (Sembiring, 2009).
Pada burung, tempat
berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung
berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang
rusuk. Jalur
pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk
kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang
menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang
berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat syrink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara.
Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan
dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus ( di
bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak
parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa
tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga
memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9
perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar
sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan
paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas
pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen
dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada
burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal),
ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid),
ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantongudara
abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi)
disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga
tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan
kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya
sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan
masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru
dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
A. Organ-organ yang berkaitan dalam sistem
pernafasan pada unggas, yaitu:
1. Nares Anteriores (lubang hidung), berjumlah sepasang
terdapat pada pangkal rostrum bagian dorsal.
2. Nares Posteriores, lubang pada palatum, hanya
1 buah, terletak di tengah.
3. Glottis, terletak tepat di belakang pangkal
lidah dan melanjutkan kecaudal, ke dalam larynx.
4. Larink, bagian yang disokong oleh cartilago
cricoidea, dan cartilago arytenoidea yang berjumlah sepasang.
5. Trachea adalah lanjutan larynx ke arah
caudal.
6. Bronchus adalah percabangan trachea ke kanan
dan ke kiri, disebut Bronchus dexter dan sinister.
7. Pulmo, terdapat pada ujung-ujung bronchi
berjumlah sepasang, melekat pada dinding dorsal thorax. Pulmo ini dibungkus
oleh selaput yang disebut pleura.
8. Syrinx tersusun dari beberapa annulus
trachealis yang paling caudal dan annulus bronchialisyang paling cranial.
B.
Fungsi utama dari sistem respirasi, yaitu:
1. Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari
luar ke paru-paru.
2. Menyediakan oksigen untuk darah dan mangambil
karbondioksida dari dalam darah.
3. Sumber produksi suara termasuk untuk
berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya.
C. Sistem mekanisme pernafasan pada unggas (burung)
menjadi dua macam, yaitu:
1. Pernafasan pada waktu istirahat.
Pernapasan
pada burung di saat hinggap adalah sebagai berikut. Burung mengisap udara lalu
udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang bersamaan
dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi – pundi hawa,
udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru lalu udara menuju pundi –
pundi hawa depan. Adapun fase-fase yang terjadi ketika pernafasan istirahat,
yaitu:
a. Fase inspiratio, pada fase ini costae
bergerak ke arah cranioventral, sehingga cavum thornealis membesar, pulmo
mengembang sehingga udara masuk ke dalam pulmo.
b. Fase expiratio, pada fase ini costae kembali
ke kedudukan semula, cavum thornealis mengecil. Polmu mengempis, udara keluar
dari pulmo.
2. Pernafasan pada waktu terbang.
Saat
terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang
dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk
terbang.Pada saat terbang, kantung udara berperan sangat penting.Inspirasi dan
ekspirasi dilakukan bergantian oleh kantung udara di antara tulang coracoid
(interclavicular sac) dan kantung udara di bawah tulang ketiak (subsapular
sac).Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara
tulang coracoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke
paru-paru (inspirasi).Saat sayap terkepak turun, kantung udara di bawah ketiak
terjepit sementara kantung udara di antara tulang coracoid mengembang, sehingga
udara masuk ke kantung udara di antara coracoid (ekspirasi). Semakin tinggi
burung terbang, maka semakin cepat kepakan sayapnya, karena kadar oksigen pada
udara di lapisan atassemakin kecil atau menipis.
Kesimpulan
Sistem respirasi adalah suatu proses pertukaran gas
oksigen (O2) dari udara oleh organismehidup yang digunakan untuk serangkaian
metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan,
karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Sistem respirasi pada unggas (ayam) terdiri
dari nasal cavities, larynx, trachea (windpipe), syrinx (voice box), bronchi,
bronchiale dan bermuara di alveoli.Sistem respirasi burung tidak memiliki
diafragma, melainkan, udara berpindah dan keluar dari sistem pernapasan melalui
perubahan tekanan pada kantung udara. Otot yang berada di dada menyebabkan
sternum yang akan mendorong ke luar. Hal ini mengakibatkan tekanan negatif di
udara kantung, sehingga udara memasuki sistem pernapasan. Respirasi berfungsi
menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran
darah, sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru,
melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan
berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu
sendiri dan jaringan lain dari patogen dan sebagai sumber produksi suara
termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya.
DARTAR
PUSTAKA
http://biologilma.blogspot.com/2011/02/sistem-pernapasan-burung.html
Di Akses pada tanggal 02 Januari 2012 Pukul 18.18 WIB.
http://blogs.unpad.ac.id/riskyadipradana/2012/04/03/sistem-pernafasan-unggas/
Di Akses pada tanggal 02 Januari 2012 Pukul 18.10 WIB.
http://pertanian.uns.ac.id/~adimagna/IlmuTernak%20UnggasPernapasan.htm
Di Akses pada tanggal 02 Januari 2012 Pukul 18.05 WIB.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi
Hewan. Karnisius.Yogyakarta.
Sembiring, P. 2009. Buku Ajar dan
Penuntun Dasar Ternak Unggas.USU Press. Medan.