JENIS DAN PERAN MIKROBA RUMEN
Jumat, 27 Februari 2015
Edit
Ternak
Ruminansia merupakan hewan yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari
Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung
sejati , yaitu Abomasum (perut kelenjar). Proses pencernaan di dalam lambung
depan terjadi secara mikrobial. Mikroba memegang peranan penting dalam
pemecahan makanan (Cole, 1962). Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi
pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar . Menurut
Chuticul (1975) rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta
proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama bakteri
anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi
selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif oleh
mikroba akan dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat, propionat dan
butirat (Ranjhan dan Pathak, 1979).
Menurut (Aurora, 1989), rumen merupakan tabung besar
dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi
mikroba. Isi rumen pada ternak ruminansia berkisar antara 10-15% dari berat
badan ternak tersebut . Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan mikroorganisme
yang paling sesuai dan dapat hidup serta ditemukan di dalamnya. Tekanan osmosis
pada rumen mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah
32-42°C, pH dalam rumen kurang lebih tetap yaitu sekitar 6,8 dan adanya
absorbsi asam lemak dan amonia berfungsi untuk mempertahankan pH (Aurora,
1989). Proses pencernaan dalam rumen ini sangat bergantung pada species-species
bakteri dan protozoa yang berbeda dan saling berinteraksi melalui hubungan
simbiosis.
Ada tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan
rumen, yaitu bakteri, protozoa dan sejumlah kecil jamur . Volume dari
keseluruhan mikroba diperkirakan meliputi 3,60% dari cairan rumen (Bryant,
1967) . Bakteri merupakan jumlah besar yang terbesar sedangkan protozoa lebih
sedikit yaitu sekitar satu juta/ml cairan rumen. Jamur ditemukan pada ternak
yang digembalakan dan fungsinya dalam rumen sebagai kelompok selulolitik (Mc
Donald et al., 1988). bakteri merupakan biomassa mikroba yang terbesar
di dalam rumen, berdasarkan letaknya dalam rumen, bakteri dapat dikelompokkan
menjadi :
a.
Bakteri yang bebas dalam cairan rumen (30% dari total bakteri).
b.
Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70% dari total bakteri) .
c.
Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen dan bakteri yang menempel pada
protozoa (Preston dan Leng, 1987).
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi
di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik yang membedakan sistem
pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat
berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh
mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba yang tinggi tersebut
sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Offer dan
Robert, 1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut
terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya
bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan
Leng, 1987).
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia
dalam mencerna pakan yang mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile
Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam
butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap
melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak.
Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada
umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry et
al., 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri,
karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi
ternak ruminansia. Sauvant et al.
(1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh
ternak ruminansia berasal dari protein mikroba. Kualitas pakan yang rendah
seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan kebutuhan protein untuk
ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba rumen. Soetanto
(1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh
mikroba rumen.
Produk akhir fermentasi protein akan
digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis
protein sel mikroba rumen sebagai pasokan utama protein bagi ternak ruminansia.
Menurut Aurora (1989) sekitar 47% sampai 71%
dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein
mikroba.
Yokoyama
dan Johnson (1988), mengklasifikasikan bakteri menjadi 8 kelompok didasarkan
pada jenis bahan yang digunakan dan hasil akhir fermentasi. Berikut
contoh-contoh species bakterinya:
1. Bakteri Selulolitik
Bakteri
yang mempunyai kemampuan untuk memecah selulosa dan mampu bertahan pada kondisi
yang buruk pada saat makanan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Contoh :
Bacteroides sussinogenes (bentuk batang), Ruminococcus albus (bentuk bulat).
2. Bakteri Proteolitik
Mempunyai
kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan peptida lain menjadi amonia
(Orskov, 1982). Contoh : Bacteroides ruminocola, Selenomonas ruminantium .
3. Bakteri Methanogenik
Merupakan
bakteri yang dapat mengkatabolisasi alkohol dan asam organik menjadi methan dan
karbondioksida (Tjandraatmaja, 1981). Contoh: Methanobacterium formicium,
Methanobrevibacter ruminantium.
4. Bakteri Amilolitik
Merupakan
bakteri yang dapat memfermentasikan amilum . Bakteri jenis ini relatif lebih
tahan terhadap perubahan pH dibandingkan dengan bakteri selulolitik, dapat
bekerja pada pH 5,7-7,0 (Orskov, 1982). Contoh: Clostridium lochheaddii,
Streptococcus bovis, Bacteroides amylophilus
5. Bakteri yang memfermentasikan gula
Bakteri
yang memfermentasikan amilum, sebagian besar mampu memfermentasikan gula
sederhana . Contohnya : Eurobacterium ruminantium, Lactobacillus ruminus.
6. Bakteri Lipolitik
Merupakan
bakteri rumen yang dapat menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
Hal ini dapat berlangsung karena adanya enzim lipase yang dapat memecah lemak
(Tamminga dan Doreau, 1991). Contohnya : Anaerovibrio livolytica, Veillonella
alcalescens.
7. Bakteri pemanfaat Asam
Contohnya : Selonomonas
dan Veillonella alcalescens.
8. Bakteri Hemiselulotitik
Hemiselulosa
adalah karbohidrat yang terdapat dalam tanaman yang tidak larut dalam air
tetapi larut dalam asam dan alkali. Hemiselulosa ini terdapat dalam tanaman
yang menjadi pakan temak dalam jumlah besar. Contohnya : Ruminococcus sp,
Butyrivibrio fibriosolvens.
Serta
ditambah beberapa contoh spesies protozoa dan jamur diantaranya :
a. lsotricha intestinalis
(memfermentasi gula, pati dan pektin)
b. Dasytricha ruminantium
(pencerna pati, maltosa, dan glukosa)
c. Entodinium caudatum dan
Diplodinium sp
Sedangkan
jamur Neocalimastik sp dan Orpinomyces kelompok fungsi selulolitik (Winugroho et
al., 1997)
Sumber : Ini saya rangkum dari Lokakarya Fungsional
Non Peneliti tahun 1997 milik bapak Suwandi dengan judul Peranan Mikroba Rumen
Pada Ternak Ruminansia serta dari blog
jajo66.wordpress.com/2009/01/28/peran-mikroba-rumen-pada-ternak-ruminansia/.
Maaf apabila dalam penulisan daftar pustakanya tidak lengkap dan kurang benar
karena admin blog tersebut tidak menuliskan sumbernya. Berikut ini saya
sertakan Daftar Pustaka :
Aurora, S .P. 1989 . Pencernaan Mikroba
Pada Ruminansia Srigondo, B (ed), Gajah Mada University Press.
Barry, Thomson, and Amstrong. 1977.
Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses
Tanggal 06 April 2010
Bryant, M .P. 1967 . Microbiology of the
Rumen In Sweeson, M.J. 1970. Duke,s physiology of the Domestic Animal, Cornell
University Press, London.
Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo)
Nutrition, in The Asiatic Water Buffalo, Proceeding of an International
Syimposium heald at khon kaen. Thailand, March 31 - April 6. Food and
Fertilizer Tecnology Centre, Taipei, Taiwan.
Cole, H .H. 1962. Introduction to
livestock Production, W .H. Freeman and Co, San Fransisco .
Mc Donald, P. Edwards, R.A. Greenhalq,
J.F.D. 1988. Animal Nutrition. 4 th ed Longman Scientific and tehnical,
Hongkong.
Offer, Y. and Robert. 1996. Peran
Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com.
Diakses tanggal 06 April 2010.
Orskov, O .R. 1982. Protein Nutrition In
Rument, Academic Press London.
Preston and Leng. 1987. Matching
Ruminant Produktion Systems With Available Resource in the Tropik and Sub
Tropik Penambul Books Armidale. New South Wales, Australia.
Ranjhan, S.K. and Pathak, N.N. 1979.
Management and Feeding of Buffalo, Vikas Publ House put, New Delhi.
Sauvant, Dijkstra, and Martens. 1995.
Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com.
Diakses tanggal 06 April 2010.
Soetanto, 1994. Peran Mikroba Rumen pada
Ternak Ruminansia. http://Jajo66.wordpress.com. Diakses Tanggal 06 April 2010.
Tamminga S., Doreau M. (1991): Lipids
and rumen digestion. In: Jouany J.P. (ed.): Rumen Microbial Metabolism and
Ruminant Digestion. INRA, Paris. 151–160.
Winugroho, M., Yantyati. W., Suharyono,
Typuk Artiningsih, Yeni. W. dan Cornelia Hendratno. 1995/1997. Laporan Riset
Unggulan Terpadu Ill . Balitnak Ciawi Bogor.
Yokoyama, M. T. and Johnson, K.A. 1988.
Microbiology of The Rumen and Intestin . Prentice Hall. New Jersey.