METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( RRA DAN PRA )
Sabtu, 07 Februari 2015
Edit
Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan
masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung
secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri
(Oakley, 1991; dan Fatterman, 1996). Proses pemberdayaan masyarakat (community
empowerment) merupakan upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan
kemampuannya sendiri sehingga bebas dan
mampu untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan (power),
aksesibilitas terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif (Zimmerman,
1996:18, Ress, 1991:42).
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan
dalam pembangunan secara partisipatif kiranya sangat sesuai dan dapat dipakai
untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam masyarakat beserta
lingkungan strategisnya. Sebagai konsep dasar pembangunan partisipatif adalah
melakukan upaya pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu
sendiri sehingga masyarakat mampu untuk berkembang dan mengatasi
permasalahannya sendiri secara mandiri, berkesinabungan dan berkelanjutan.
Tidak ada penelitian sosial yang akan dapat
mendatangkan perbaikan terhadap kondisi sosial yang ada selama para peneliti
menempatkan diri mereka sebagai pakar yang berdiri di luar kenyataan sosial
yang diteliti, dan memperlakukan warga masyarakat yang sedang diteliti sebagai
obyek yang hanya menjalani kenyataan sosial yang ada secara pasif. Para peneliti harus menempatkan diri mereka
sebagai bagian dari masyarakat yang sedang diteliti dan memandang warga
masyarakat yang sedang diteliti sebagai subyek yang mempunyai hak moral untuk
mengatur kehidupan mereka, serta mempunyai keinginan dan kemampuan untuk
berbuat demikian.
Moral para peneliti wajib untuk memahami aspirasi
masyarakat yang diteliti, dan mendampingi secara mental dan intelektual warga
masyarakat yang diteliti dalam usaha mereka untuk mendatangkan perbaikan yang
mereka dambakan. Dengan demikian, dalam penelitian semacam ini masalah
penelitian tidak dapat dipisahkan dari masalah
evaluasi. Keputusan untuk
meneliti suatu masyarakat dengan tujuan untuk mendatangkan perbaikan ke dalam
masyarakat itu, melalui antara lain pemberdayaan masyarakat, sudah merupakan
suatu hasil evaluasi. Untuk melaksanakan evaluasi apakah proyek yang telah
dilaksanakan selama jangka waktu tertentu
telah sungguh mendatangkan perbaikan yang sesuai dengan harapan warga
masyarakat, perlu dilakukan suatu penelitian.
Dua metode penelitian evaluatif yang bersifat bottom-up adalah rapid
rural appraisal (RRA), dan participatory rural
appraisal (PRA).
A. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari metode pemberdayaan
secara RRA dab PRA?
2. Apa perbedaan RRA dan PRA?
3. Apa keunggulan dan kelemahan RRA dan PRA?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pemberdayaan
masyarakat.
2. Untuk mengetahui tentang metode pemberdayaan
secara RRA dan PRA.
3. Mengetahui perbedaan RRA dan PRA.
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan RRA dan
PRA.
PEMBAHASAN
A. Pengertian RRA dan PRA
1. RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA (Rapid Rural Appraisal)
merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat, yang dalam praktek,
kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit
melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik
penelitian yang “cepat dan kasar/kotor” tetapi RRA dinilai masih lebih
baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
Metode
RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang
terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera.
Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan
pengumpulan semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program
pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun
program-program tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena
masyarakat tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan
masalahnya.
Pada
dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk memahami
kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan
cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin,
menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk
meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja
tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang
digabungkan dengan pengetahuan ilmiah.
Komunikasi
dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana
pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka
untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga
berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk
mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian
masalah yang memungkinkan.
Menurut
Beebe James (1995), metode RRA menyajikan pengamatan yang dipercepat yang
dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya dengan latar
belakang akademis yang berbeda. Metode ini bertujuan untuk menghasilkan
pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk menentukan perlu
tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
Metode
RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b) triangulasi
dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara
berulang-ulang (iterative).
Sebagai
suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
a. Review/telaahan data sekunder, termasuk peta
wilayah dan pengamatan lapang secara ringkas.
b. Oservasi/pengamatan lapang secara langsung.
c. Wawancara dengan informan kunci dan
lokakarya.
d. Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
e. Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi.
f. Kecenderungan-kecenderungan.
g. Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
h. Pembuatan laporan lapang secara cepat.
Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:
a. Efektivitas dan efisiensi, kaitannya
dengan biaya, waktu, dengan perolehan informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan
dibanding sekadar jumah dan ketepatan serta relevansi informasi yang
dibutuhkan.
b. Hindari bias, melalui:
introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang, tanyakan kepada
kelompok termiskin.
c. Triangulasi sumber informasi dan
libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya dalam beragam perspektif.
d. Belajar dari dan bersama masyarakat.
e. Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan
terpaku pada bekuan yang telah disiapkan.
2. PRA (Participatory Rural Appraisal)
PRA
merupakan penyempurnaan dari RRA. PRA dilakukan dengan lebih banyak melibatkan
“orang dalam” yang terdiri dari semua stakeholders dengan difasilitasi oleh
orang-luar yang lebih berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator dibanding
sebagai instruktur atau guru yang menggurui.
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat
desa. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan
yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat
rencana dan bertindak (Chambers, 1996).
Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metode PRA bertujuan menjadikan warga
masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan.
Melalui PRA
dilakukan kegiatan-kegiatan:
a. Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait
dengan topik penilaian keadaan.
b. Analisis keadaan yang berupa:
1) Kedaan masa lalu, sekarang, dan
kecenderungannya di masa depan.
2) Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang
terjadi dan alasan-alasan atau penyebabnya.
3) Identifikasi (akar) masalah dan
alternatif-alternatif pemecahan masalah.
4) Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
atau analisis strength, weakness, opportunity, and treat (SWOT) terhadap
semua alternatif pemecahan masalah.
c. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang
paling layak atau dapat diandalkan (dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima
oleh sistem sosialnya).
d. Rincian tentang stakeholders dan peran yang
diharapkan dari para pihak, serta jumlah dan sumber-sumber pembiayaan yang
dapat diharapkan untuk melaksanakan program/ kegiatan yang akan diusulkan/
direkomendasikan.
Alat-alat
yang digunakan dalam metoda PRA serupa dengan yang digunakan dalam metode RRA,
tetapi berbeda dalam tingkat partisipasi dari masyarakat desa dalam praktik di
lapangan. Tidak seperti dalam
RRA, masyarakat desa yang dilibatkan dalam PRA memainkan peran yang lebih besar
dalam pengumpulan informasi, analisis data dan pengembangan intervensi seperti
pada program-program pengembangan masyarakat
yang didasarkan pada pengertian terhadap program secara keseluruhan. Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi
kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan
kegiatan dalam memecahkan masalah mereka sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar.
Kedua
metode tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi.
Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses
pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.
Secara umum terdapat beberapa
perbedaan antara RRA dan PRA (Chambers, 1996), yaitu :
C. Keunggulan dan kelemahan dari RRA dan PRA
1. Keunggulan dalam metode RRA adalah
sebagai berikut :
a. Waktu cepat, biaya murah dan hasil tidak
bias.
b. Dapat melayani policy makers yang ingin
memutuskan suatu hal dengan segera dan mereka memerlukan informasi terakhir
sebelum keputusan tersebut diambil.
c. Mampu memonitor dan mengevaluasi proyek atau
program pembangunan.
d. Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa
masalah atau isu baik dibidang penelitian maupun perencanaan.
e. Dapat membantu dalam pemecahan cara
penyebaran tekhnologi (terutama karena kendala sosial dan ekonomi) dan
bagaimana mengakomodasi keinginan masyarakat sebagai pengguna tekhnologi.
f. Mampu memahami suatu permasalahan atau isu
dengan perspektif lintas disiplin.
g. Data membantu dalam menginterprestasikan data
kuantitatif yang telah dikumpulkan sebelumnya. Jumlah data yang banyak dan
sulit dihubungkan satu dengan lainnya, dapat dipecahkan dengan metode RRA.
2. Kelemahan dalam metode RRA adalah sebagai
berikut :
a. Metode sampling diabaikan.
b. Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan
secara cepat. Yang lebih menonjol adalah expert judgement peneliti.
c. Tidak mampu mengungkapkan data kuantitatif.
d. Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik
dengan data konkret, misalnya suatu tekhnologi telah diadopsi masyarakat
sebesar 70%, daripada informasi tentang adopsi tekhnologi meningkat.
3. Keunggulan PRA adalah sebagai berikut :
a. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.
b. Keikutsertaan masyarakat miskin.
c. Rasa tanggung jawab masyarakat akan
keberlangsungan program lebih besar.
d. Melibatkan gender pada program.
e. Cocok diterapkan dimana saja.
4. Kelemahan PRA adalah sebagai berikut:
a. Tidak semua fasilitator program memiliki
kemampuan yang baik dalam memfasilitasi masyarakat.
b. Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat,
pertemuan-pertemuan, dan musyawarah-musyawarah yang sifatnya umum.
c. Sebagian fasilitator belum terampil dalam
memfasilitasi pengolahan dan analisis informasi.
PENUTUP
RRA (Rapid
Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa secara cepat, yang
dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar” dengan
tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan
sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar/kotor” tetapi RRA
dinilai masih lebih baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat
desa. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan
yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat
rencana dan bertindak (Chambers, 1996).
Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metode PRA bertujuan menjadikan warga
masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Beebe, James. 1995 “Basic Concepts
and Techniques of Rapid Appraisal”. Human Organization, vol. 54, No. 1,
Spring.
Chambers, R. 1996. Participatory
Rural Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Oxfam –
Kanisius. Yogyakarta.
Gitosaputro, S. 2006. Implementasi
Participatory Rural Appraisal (Pra) Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam. Lampung.
http://fkmannassri.blogspot.sg/2014/03/materi-metode-pemberdayaan
masyarakat.html
http://malut.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=179:mengenal-participatory-rural-appraisal-pra&catid=28:buku&Itemid=30
http://munabarakati.blogspot.sg/2014/02/makalah-pemberdayaan-masyarakat-pesisir.html
http://widyaastuti-agrittude.blogspot.sg/2011/10/prinsip-prinsip-metode-dan-teknik.html
Kartasasmita, G. 1997. Pemberdayaan
Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat . Disampaikan
pada Sarasehan DPD GOLKAR Tk. I. Jawa Timur.