PENGISTIRAHATAN DAN PEMUASAAN TERNAK SEBELUM DISEMBELIH
Rabu, 29 April 2015
Edit
Syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam penyembelihan ternak adalah ternak harus sehat,
ternak yang sudah tidak produktif lagi dan ternak harus tidak dalam keadaan
lelah atau habis dipekerjakan. Selain itu ternak yang disembelih dalam keadaan
darurat. Ternak yang disembelih dalam keadaan darurat maksudnya ternak yang
mengalami kecelakaan, misalnya patah kaki atau cidera berat lainnya pada saat
dipekerjakan, sehingga dapat menyebabkan kematian. Kemudian ternak yang luka
parah karena kecelakaan kendaraan, tetapi masih hidup dan diperkirakan akan
mati bila tidak disembelih. Selain itu juga ternak yang menderita sakit dan
hampir mati.
Tujuan
ternak diistirahatkan sebelum disembelih adalah agar ternak tidak mengalami
stress, agar pada saat disembelih darah dapat keluar sebanyak mungkin. selain
itu agar cukup tersedia energi, sehingga proses rigormortis berlangsung
secara sempurna. Mengistirahatkan ternak sebelum disembelih ada 2 (dua) cara,
yaitu dengan dipuasakan dan tanpa dipuasakan. pemuasaan dilakukan agar (1)
diperoleh bobot tubuh kosong, yaitu bobot tubuh yang telah dikurangi isi
saluran pencernaan, saluran kencing dan empedu, (2) mempermudah proses
penyembelihan terutama bagi ternak yang agresif atau liar (soeparno, 1994).
sedangkan pengistirahatan ternak tanpa pemuasaan adalah agar (1) ternak tidak
mengalami stres dan (2) ketika disembelih ternak mengeluarkan darah sebanyak
mungkin karena lebih kuat meronta, mengejang atau berkontraksi sehingga darah
yang dikeluarkan akan lebih sempurna (soeparno, 1994).
Lamanya
waktu mengistirahatkan ternak berbeda-beda tergantung dari spesies, tipe ternak
dan kondisi atau tingkat kelelahannya, misalnya dari perjalanan (pengakutan)
menuju tempat pemotongan yang jauh. Ternak biasanya dipuasakan selama 12-24
jam. Apabila periode pengistirahatan yang lebih lama, bobot isi saluran
pencernaan lebih rendah daripada periode istirahat yang lebih singkat. artinya
bahwa pada periode pemuasaan yang lebih lama akan terjadi urinasi dan defekasi
yang lebih banyak sehingga bobot hidupnya lebih banyak berkurang.
Pengistirahatan
ternak penting karena ternak yang habis dipekerjakan jika langsung disembelih
tanpa pengistirahatan akan menghasilkan daging yang berwarna gelap yang biasa
disebut dark cutting meat, karena ternak mengalami stress (Beef Stress
Syndrome), sehingga sekresi hormon adrenalin meningkat yang akan menggangu
metabolisme glikogen pada otot (Smith et al., 1978). Selama pengangkutan
ternak berada dalam posisi berdiri dan tidak bebas bergerak sehingga akan
mengalami stress. Kondisi akan menjadi semakin parah oleh ketiadaan air minum
dan atau pakan selama transportasi. Menurut Dewi (2004) ternak yang resisten
terhadap stress mampu mempertahankan temperatur normal tubuh dan kondisi
homeostatik dalam otot-ototnya dengan mengorbankan cadangan glikogen yang
dimiliki.
Defisiensi
glikogen terjadi apabila ternak yang mengalami stress seperti berkaitan dengan
kelelahan, latihan, puasa, suasana gelisah dan langsung dipotong sebelum
mendapat istirahat yang cukup untuk memulihkan cadangan glikogen ototnya.
Defisiensi glikogen otot pada ternak dapat menyebabkan proses glikolisis
pascamati (rigormortis) yang terbatas dan berlangsung lambat sehingga
daging yang dihasilkan mempunyai pH yang tinggi dengan warna merah gelap,
bertekstur keras dan berair atau lebih dikenal dengan istilah daging DFD (dark,
firm and dry)
Menurut
Lawrie (1997) untuk mengembalikan kondisi tubuh akibat cekaman dan kelelahan
selama pengangkutan diperlukan istirahat yang cukup ditempat penampungan
sebelum ternak tersebut dipotong. Hal dimaksudkan untuk memulihkan kondisi
fisiologis ternak terutama pemulihan glikogen otot karena akan digunakan untuk
berkontraksi selama proses rigormortis pasca pemotongan. Menurut Hood
dan Tarrant (1980) dalam Wahyuni (1998) ternak yang diistirahatkan
sebelum dipotong dapat mengurangi kasus DCB (Dark Cutting Beef) pada
daging ternak.
Sumber
:
Dewi S.H.C., 2004. Pengaruh pemberian
gula, insulin dan lama istirahat sebelum pemotongan pada domba setelah
pengangkutan terhadap kulitas daging. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Lawrie, R. A. 1977. Meat : Curret
developments and future status. Meat Science 1 : 1–13.
Smith, G. C., G.
T. King dan Z. L. Carpenter, 1978. Laboratory Manual
for Meat Science. 2nd ed. American Press, Boston, Massachusetts.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi
Daging. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wahyuni, I., 1998. Pengaruh kondisi
transportasi dan lama istirahat terhadap sifat-sifat daging sapi. Tesis.
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.