SELEKSI TERNAK
Selasa, 26 Mei 2015
Edit
Penampilan ternak saat hidup mencerminkan produksi dan kualitas
karkasnya. Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung pada
pengetahuan penaksir dan kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan
ternak yang perlu mendapat perhatian pada saat menaksir pro-duktivitas ternak
adalah umur dan berat, pengaruh kelamin, perdagingan, derajat kegemukan dan
persentase karkas. Penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat
dari segi penampilannya saja dan terkadang terdapat hal-hal yang oleh peternak
dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal
tersebut sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan
atau produksi. Penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Penilaian ternak
tersebut dilakukan
dengan cara memberikan score kepada masing-masing ternak sehingga
menghasilkan urutan atau rangking tertinggi
berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan
secara fisik.
Penilaian ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari
tubuh ternak. Contohnya
pada ternak sapi, untuk mendapatkan sapi yang baik harus
memperhatikan konformasi tubuh yang ideal, ternak yang
dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya, bagus ukuran
tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan
tidak kasar. Kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal
dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang
mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkannya.
Seleksi dari segi genetik diartikan sebagai suatu
tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak
lainnya tidak diberi kesempatan berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu bisa menjadi tetua pada generasi selanjutnya jika terdapat
dua kekuatan. Kedua kekuatan itu adalah seleksi alam dan seleksi buatan (Noor, 2004).
Nilai
pemuliaan masing-masing ternak yang
diketahui
dengan pasti, maka penentuan peringkat keunggulan ternak dalam populasi dapat
diketahui dengan mudah. Nilai pemuliaan ternak tetua sangat menentukan nilai
pemuliaan dan performa anaknya.
Nilai
pemuliaan dapat menjadi dasar dalam melakukan seleksi dengan memilih ternak
yang nilai pemuliaannya paling tinggi untuk dijadikan tetua (Bourdon, 1997).
Seleksi
dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak yang baik untuk digunakan sebagai
bibit yang menghasilkan generasi yang akan datang. Untuk bidang peternakan,
yang diseleksi adalah sifat-sifat terukur seperti kecepatan pertumbuhan, bobot
lahir, produksi susu dan bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara
ekonomi disamping harus mempunyai kemampuan mewarisi yang tinggi yang dapat
ditentukan dari nilai heritabilitasnya (Falconer, 1972).
Dasar
pemilihan dan penyingkiran yang digunakan dalam seleksi adalah mutu genetik seekor ternak. Mutu genetik
ternak tidak tampak dari luar, yang tampak dan dapat diukur dari luar adalah
performanya. Performa ini sangat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
genetik dan lingkungan. Oleh karena itu, harus dilakukan suatu pendugaan atau
penaksiran terlebih dahulu terhadap mutu genetiknya atas dasar performansnya. Metode seleksi dibagi menjadi tiga
metode yang sederhana, yaitu:
1. Seleksi individu (individual selection)
adalah seleksi per ternak sesuai dengan nilai fenotipe yang dimilikinya. Metode
ini adalah yang paling sederhana daripada umumnya dan menghasilkan respon
seleksi yang cepat.
2. Seleksi keluarga (family selection)
adalah seleksi keluarga per keluarga sebagai kesatuan unit sesuai dengan
fenotip yang dimiliki oleh keluarga yang bersangkutan. Individu tidak berperan
dalam metode seleksi ini.
3. Seleksi dalam keluarga (within-family
selection) adalah seleksi tiap individu di dalam keluarga berdasarkan nilai
rata-rata fenotip dari keluarga asal individu bersangkutan (Hardjosubroto, 1994).
Sumber:
Dirangkum dari berbagai sumber.