THERMOREGULASI PADA KELINCI
Senin, 18 Mei 2015
Edit
Thermoregulasi
adalah suatu system pengaturan panas pada makhluk hidup agar terdapat
keseimbangan antara produksi panas (thermogenesis) dan pembuangan panas
(thermolisis). Untuk
mempertahankan suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungan yang sangat bervariasi,
ternak domestic harus mempertahankan keseimbangan panas antara panas yang
diproduksi oleh tubuh atau panas yang di dapat dari lingkungannya dengan panas
yang hilang ke lingkungannya. Produksi panas metabolis tergantung dari produksi pada
basal untuk mempertahankan proses-proses tubuh, produksi panas dari pencernaan yang variasinya tergantung
pada system pencernaan ternak, jumlah dan kualitas makanan yang dimakan, Produksi
panas otot tergantung pada aktivitas ternak seperti jalan, merumput dan
sebagainya dan naiknya metabolisme untuk proses produksi seperti produksi susu,
pertumbuhan dan reproduksi. Selain itu tergantung pada suhu luar melalui
pengaruh konveksi, radiasi dan konduksi.
Suhu tubuh yang konstan akan tercapai apabila mekanisme termoregulasi telah bekerja secara sempurna dan hewan telah dewasa. Dari tugas ini kami dapat mengetahui suhu normal suatu makhluk hidup. Suhu normal adalah panas yang terdapat pada zona thermoneutral. Tujuan praktikum acara thermoregulasi adalah mengetahui suhu tubuh, perbandingan suhu tubuh, dan proses pelepasan panas pada beberapa kelinci percobaan.
Suhu tubuh yang konstan akan tercapai apabila mekanisme termoregulasi telah bekerja secara sempurna dan hewan telah dewasa. Dari tugas ini kami dapat mengetahui suhu normal suatu makhluk hidup. Suhu normal adalah panas yang terdapat pada zona thermoneutral. Tujuan praktikum acara thermoregulasi adalah mengetahui suhu tubuh, perbandingan suhu tubuh, dan proses pelepasan panas pada beberapa kelinci percobaan.
A. TINJAUAN PUSTAKA
Temperatur tubuh diukur
secara rectal dengan menggunakan thermometer. Pengambilan data temperatur
adalah 2 kali sehari. Pada ketepatan skala 0,00 derajat celcius, pengukuran
dilakukan apabila jarum petunjuk konstan pada satu angka selama satu menit.
(Soeharso, 1977). Hewan berdarah panas mempunyai suhu tubuh yang tetap. Sedangkan
suhu kulit dan jaringan-jaringan dibawahnya berubah-ubah. Bila suhu lingkungan
lebih tinggi dari pada suhu badan, maka reproduksi panas pada hewan berkurang,
pelepasan panas ditingkatkan, kegiatan kelenjar keringat meningkat dan
pernafasn lebih cepat. Jadi mekanisme hemostastis tersangkut untuk
mengatur keseimbangan suhu badan pada hewan berdarah panas ( Soenarjo, 1990 ).
B. ALAT, BAHAN, dan CARA KERJA
1. Alat
a. kapas
b. Stopwatch
c. sangkar jebakan tikus/kandang battery
2. Bahan
a. Kelinci Plamerose 1 ekor umur
3 bulan
b. Kelinci New Zealand 1 ekor umur 6
bulan
c. Kelinci Rex 1
ekor umur 9 bulan
d. Kelinci Lion 1
ekor umur 9 bulan
e. Kelinci Spoot 1
ekor umur 10 bulan
f. Alkhohol 70 %
3. Cara Kerja
a. Pengukuran temperatur rectal (thermogenesis)
1) Membersihkan ujung thermometer dengan kapas
steril yang telah dibasahi alkhohol 70 %.
2) Mengenolkan skala termometer dengan cara
dikibas – kibaskan dengan hati – hati (awas jangan sampai pecah).
3) Memasukkan termometer ke dalam rectum kelinci
percobaan sekitar sepertiga bagian selama 5 menit.
4) Pengukuran dilakukan lima kali dengan kelinci
yang berbeda dan hasilnya dirata – rata.
b. Mengukur proses pelepasan panas (thermolisis)
1) Memasukan hewan percobaan pada sangkar
jebakan tikus/kandang battery.
2) Menjemurnya dibawah terik sinar matahari
selama 5 menit
3) Mengeluarkan
hewan percobaan dari sangkar jebakan tikus
4) Mengukur suhu seperti suhu rectal.
5) Mengulangi sebanyak lima kali dengan tipe
kelinci yang berbeda dan hasilnya dirata-rata.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
2. Analisis Pengamatan
Dari percobaan pada tugas
Thermoregulasi rata - rata pada pengukuran temperatur rectal pada kelinci 38,72oC. Dari data tersebut
terlihat bahwa kelinci merupakan mamalia, sehingga temperature rectalnya
berkisar antara 38o-39oC. Kehilangan atau kenaikan panas
untuk tubuh yang disebabkan makanan atau air minum yang dimakan dapat
mempengaruhi jumlah produksi panas atau jumlah kehilangan panas.
Pada
pengukuran proses pelepasan panas didapat hasil bahwa rata-rata temperature rectal
pada kelinci 39,44oC. Temperature rectal pada pelepasan panas tetap
pada batas normal yaitu antara 38o-39oC pada mamalia.
Peningkatan temperature dapat terjadi karena proses metabolisme di dalam tubuh
tidak selalu tetap dan faktor suhu disekitar tubuh. Besar kecilnya hewan dapat
mempengaruhi pengeluaran panas karena luas permukaan penguapan tergantung pada
luas permukaan ternak dan besarnya paru-paru dimana banyak penguapan terjadi
dengan jalan terengah-engah.
Perbedaan antara
thermogenesis dan thermolisis adalah pada thermogenesis yaitu proses
memproduksi panas pada tubuh, sedangkan thermolisis adalah proses pembuangan
panas pada tubuh.
Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi panas
metabolisme tergantung dari :
a. Produksi
panas basal untuk mempertahankan proses - proses tubuh
b. Produksi
panas dan pencernaan yang variasinya tergantung pada system pencernaan ternak,
jumlah dan kualitas makanan yang di makan
c. Produksi panas dari otot tergantung pada
aktivitas ternak seperti jalan, merumput dan sebagainya
d. Naiknya metabolisme untuk proses produksi
seperti produksi susu, pertumbuhan, reproduksi.
D. KESIMPULAN
1. Rata-rata temperatur rectal sebelum kelinci
dijemur adalah 38,72oC.
2. Rata- rata temperature rectal sesudah kelinci
dijemur adalah 39,44oC.
3. Terjadi peningkatan temperature rectal
walaupun kecil setelah kelinci dijemur.
4. Temperatur rectal sebelum dan sesudah dijemur
pada mamalia berada pada batas normal yaitu 38oC -39oC.
5. Suhu luar dari lingkungan berpengaruh
terhadap panas tubuh makhluk hidup.
6. Faktor yang mempengaruhi produksi panas
metabolisme tergantung dari produksi panas basal, produksi panas pada
pencernaan, produksi panas dari otot, serta naiknya metabolisme untuk proses
produksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Soeharso. 1977. Zoologi.
Erlangga. Jakarta.
Soenarjo. 1990. Pengantar Ilmu peternakan Di daerah Tropis. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.