MANAJEMEN KESEHATAN PADA TERNAK
Jumat, 12 Juni 2015
Edit
Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi
sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan,
kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki
kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan. Manajemen kesehatan
ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk
menjalankan suatu pekerjaan. Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu
diatasi dalam usaha ternak. Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang
dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak
dapat diminimalkan. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi
adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit saluran pencernaan
(nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama anthrax, pink
eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit
lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare
pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida dari tanaman.
Pengendalian penyakit parasit secara berkesinambungan (sustainable parasite
controle) perlu diterapkan agar infestasi parasit selalu di bawah ambang
yang dapat mengganggu produktivitas ternak. Vaksinasi terhadap penyakit Anthrax
(terutama untuk daerah endemis anthrax), dan orf merupakan tindakan preventif
yang dianjurkan.
Masalah kesehatan
ternak juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau
kurang menerima nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral
dan air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan
penyakit seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle dissease.
Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan
pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan produksi.
Penanganan
kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam memperoleh pejantan yang
sehat.
Selain itu ternak juga penting untuk diperiksa, agar
dapat mendeteksi infeksi penyakit-penyakit tertentu. Penyakit pada masing-masing
jenis juga berbeda, misalnya pada sapi Bali yang paling umum adalah Jembrana
(Gregory, 1983). Adapun upaya yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan ternak meliputi tindakan karantina, pemeriksaan
kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi
kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity
maupun otopsi.
1. Tindakan
Karantina
Ternak yang baru tiba di lokasi peternakan tidak langsung
ditempatkan pada kandang/ tempat pemeliharaan permanent, tetapi tempatkan
dahulu pada kandang sementara untuk proses adaptasi yang memerlukan waktu
sekitar beberapa minggu. Dalam proses adaptasi ternak diamati terhadap penyakit
cacing (dengan memeriksa fesesnya), penyakit orf, pink eye, kudis, diare, dan
sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit tertentu segera diobati dan
lakukan isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk adaptasi terhadap jenis pakan
yang akan digunakan dalam usaha ternak kambing. Pada adaptasi ini biasanya
harus disiapkan berbagai obat-obatan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan
timbulnya berbagai penyakit. Setelah 7-21 hari ternak dalam keadaan sehat, maka
siap untuk dipindahkan dalam kandang utama
Tujuan
dari karantina adalah untuk memastikan ternak yang baru datang dari luar
wilayah peternakan terbebas dari penyakit. Kandang karantina harus
terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak pejantan yang lain, hal ini
bertujuan untuk menghindari penularan penyakit oleh ternak yang baru di
datangkan.
2. Pemeriksaan
Kesehatan Harian
Pengamatan kesehatan harian dilakukan setiap hari yaitu
pada pagi dan sore hari. Pengamatan kesehatan harian ini bertujuan untuk
memantau kondisi kesehatan ternak dan mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada
ternak sehingga jika ditemukan ternak yang sakit atau mengalami
kelainan dapat segera ditangani. Pada pagi hari pemeriksaan kesehatan hewan
dilakukan sebelum kandang dibersihkan. Sedangkan pada sore hari, pemeriksaan dilakukan sesudah
sapi diberi makan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat
melakukan pemeriksaan kesehatan harian antara lain nafsu makan dari ternak,
mengamati keadaan sekitar ternak (mengamati feses, urin, dan keadaan sekitar
kandang apakah terdapat bercak-bercak darah atau tidak), mengamati keadaan
tubuh ternak normal atau tidak (bisa dilihat dari hidung, kejernihan mata,
telinga dan bulu ternak), mengamati cara ternak berdiri atau bergerak, ada tidaknya luka atau pembengkakan serta ada atau tidaknya
eksudat
pada luka. Kondisi feses feses yang tidak
normal (encer) mengindikasiakan adanya kelainan atau suatu penyakit pada sistem
pencernannya. Adanya pengamatan
kesehatan harian diharapkan abnormalitas yang ada dapat ditangani sesegera mungkin dan
apabila ada pejantan yang sakit dapat segera diobati. Saat pengamatan kesehatan harian juga dilakukan recording
atau pencatatan abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang lengkap
mengenai riwayat penyakit yang pernah di alami oleh pejantan.
3. Penanganan
Kesehatan Hewan
Penanganan kesehatan hewan bertujuan untuk melakukan
pemeriksaan dan penanganan medis pada pejantan yang sakit sehingga pejantan
yang sakit secepatnya dapat ditangani sesuai dengan gejala klinis yang timbul.
Penanganan kesehatan hewan dilakukan saat ditemukan adanya kelainan atau gejala
klinis yang terlihat pada hewan setelah dilakukan pengontrolan rutin.
a. Pemeriksaan
Klinis
Ternak yang terlihat menunjukkan adanya gejala klinis maka akan dilakukan
pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis tersebut dilakukan Sebelum pengobatan.
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan didalam dan diluar kandang (di kandang
jepit). Pemeriksaan klinis meliputi :
1) Pengukuran suhu
tubuh melalui rektum dengan cara memasukkan thermometer kedalam rektum dan
dibiarkan selama 3 menit, kemudian dibaca suhunya.
2) Pengukuran
pulsus dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
3) Pengukuran
frekuensi pernafasan dan lapang paru-paru untuk mengetahui apakah frekuensi
pernafasan hewan normal atau tidak.
4) Palpasi
dilakukan dengan sentuhan atau rabaan pada bagian yang akan diperiksa apakah
normal atau tidak.
b. Pengobatan
Pengobatan dilakukan apabila telah ditemukan ternak yang di diagnosa sakit berdasarkan pengamatan harian. Pengobatan ternak dilakukan sesuai diagnosa yang telah ditentukan, dengan dosis obat yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan
ternak tersebut. Ternak yang sakit diistirahatkan di kandang karantina
hingga dinyatakan sehat oleh bagian
kesehatan hewan.
c. Pemberian
Vitamin
Pemberian vitamin pada ternak dilakukan secara rutin sebulan sekali. Vitamin yang
diberikan antara lain adalah vitamin A, D, dan E. Pemberian vitamin dilakukan untuk menjaga kondisi
kesehatan ternak sehingga produkstifitasnya terjaga.
4. Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku pada setiap ternak umumnya dilakukan
secara rutin yaitu setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah
seperti ternak yang kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam
panjangnya tidak seimbang maka pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai kondisi ternak tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan
posisi normal kuku, membersihkan kotoran pada celah kuku, menghindari pincang,
mempermudah pada saat penampungan dan deteksi dini terhadap laminitis dan
kemungkinan terjadinya infeksi pada kuku.
Kuku harus mendapat perhatian terutama pada ternak yang selalu berada di dalam kandang. Hal ini dapat
menyebabkan kuku menjadi lebih lunak karena sering terkena feses dan urine
serta luka akibat terperosok dalam selokan pembuang kotoran yang menyebabkan
infeksi busuk kuku. Biasanya ternak yang berada di kandang dengan lantai karpet
pertumbuhan kukunya lebih cepat dibandingkan dengan ternak yang berada di
kandang berlantai semen. Hal ini karena setiap hari ternak berpijak pada
permukaan lantai yang kasar, sehingga kuku sedikit demi sedikit akan terkikis
dengan sendirinya. Alat-alat yang digunakan adalah mesin potong kuku, kama gata
teito (pisau pemotong kuku), rennet, gerinda, mistar ukur, dan tali hirauci.
Bahan dan obat-obatan yang diperlukan adalah perban, kapas, Providon iodine,
Gusanex, antibdiotik, antiinflamasi, dan salep. Langkah-langkah dalam
pemotongan kuku yaitu sebagai berikut :
a. Siapkan peralatan untuk memotong kuku
kemudian atur tali pada mesin
potong kuku.
b. Keluarkan ternak dari kandang, pastikan
ternak sudah dimandikan dan diberi pakan.
c. Ternak dimasukkan kedalam mesin potong kuku
yang bentuknya seperti kandang jepit kemudian ternak di restrain dengan tali
penompang tubuh sapi dibagian tengah, depan dan belakang tubuh sapi yang sudah
dikaitkan pada mesin potong kuku dengan cara melingkarkan tali pada bagian
perut dan dada kemudian dikencangkan.
d. Kemudian tekan tombol hidrolik untuk
mengangkat sapi ke atas meja dan dibaringkan terlebih dahulu. Proses
pengangkatan tubuh sapi menggunakan sistem hidrolik dengan 2 buah silinder
sehingga proses pengangkatan lebih halus dan lebih bertenaga.
e. Setelah itu ikat kaki ternak dengan tali
pada tiang mesin potong kuku yang terangkat tadi. Perlu diperhatikan bahwa pada
saat pemotongan kuku sebaiknya ternak ditali dengan model Halter (tali kepala)
yang ditambat kuat, sedangkan tali nose ring ditambat sedikit longgar.
Tujuannya supaya apabila ternak berontak maka hidungnya tidak terluka atau
bahkan terputus.
f. Ukur panjang kuku ternak dengan mistar
ukur, setelah dicatat kemudian bersihkan
kotoran-kotoran atau batu pada kuku. Setelah itu kuku diberi desinfektan
dan dibersihkan lagi menggunakan sikat.
g. Selanjutnya Buatlah pola dengan gerinda.
h. Gerakan tangan memotong kuku ternak adalah
mengiris, yaitu kama ditarik vertikal dari atas ke bawah, bukan mencabik.
Lakukan pemotongan menurut garis pola yang sudah dibuat secara rata sampai
kedua belah kuku betul-betul simetris dan rata.
i. Apabila ada cekungan pada kuku, bersihkan
menggunakan rennet.
j. Bila dinding kuku masih terlihat tebal,
gunakan gerinda atau alat kikir hingga 0,5 cm dari batas garis putih.
k. Setelah selesai, panjang kuku diukur dengan
mistar dan dicatat kembali kemudian kaki ternak dan tali hirauchi dilepas
l. Mendipping ternak pada cairan desinfektan
yang tersedia di depan tempat potong kuku, kemudian ternak dibawa kembali ke
kandang.
m. Mesin potong kuku yang telah selesai dipakai
kemudian di sanitasi agar mesin tetap terawat dan terjaga kebersihannya.
5. Desinfeksi
Kandang
Desinfeksi kandang dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dengan menggunakan sprayer yang telah terisi larutan
desinfektan dan disemprotkan ke seluruh lantai, dinding, palungan dan halaman
kandang. Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk
mengendalikan populasi mikroorganisme
yang berpotensi menimbulkan penyakit sehingga merugikan kesehatan ternak. Kegiatan desinfeksi dapat menggunakan desinfektan Bestadest dengan dosis 2,5 s/d 5
ml/liter (untuk 4m2) atau
Benzaklin dengan dosis 60 ml/10 liter air disemprotkan keseluruh lantai,
dinding, halaman kandang, dan kuku pejantan.
6. Kontrol
Ektoparasit
Ektoparasit
adalah parasit yang hidupnya menumpang pada bagian luar atxau permukaan tubuh
inangnya, seperti berbagai jenis serangga (lalat, dll) serta jenis akari
(caplak, tungau dll). Keberadaan ektoparasit akan mengakibatkan ternak merasa
tidak nyaman, sehingga nafsu makan ternak menurun dan akan berdampak pada
kualitas produk ternak. oleh karena itu penyemprotan anti ektoparasit sangat
penting dalam agenda pencegahan penyakit. Penyemprotan anti ektoparasit merupakan suatu tindakan pengendalian terhadap parasit-parasit dari luar tubuh yang dapat
mengganggu kesehatan ternak. Ektoparasit dapat menyebabkan stres pada pejantan,
serta
dapat bertindak sebagai vektor mekanik maupun biologis penyakit hewan.
Penyemprotan
anti ektoparasit dilakukan secara rutin
setiap sebulan
sekali menggunakan sunschin dengan obat anti ektoparasit cyperkiller 25 WP
(25% Cypermethrin dengan dosis 30 gr/50
liter air)
dan disemprotkan ke bagian tubuh
ternak, seperti bagian perut, pantat, kaki dan punggung. Penyemprotan anti
ektoparasit dilakukan sebaiknya tidak mencemari pakan, tempat
pakan, dan air minum. Cypermethrin
adalah piretroid sintetis yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Ini
berperan sebagai neurotoksin cepat bertindak pada serangga. Dalam hal ini mudah
terdegradasi di tanah dan tanaman. Cypermethrin sangat beracun untuk ikan,
lebah dan serangga air, menurut National Pestisida Jaringan Telekomunikasi
(NPTN). Cypermethrin banyak ditemukan dalam pembunuh semut, dan pembunuh kecoa,
termasuk Raid dan kapur semut.
Anti
ektoparasit lain yang digunakan untuk ternak adalah gusanex. Cara
pemakaiannya yaitu dengan menyemprotkan gusanex pada bagian tubuh ternak
yang mengalami luka. Tujuannya agar luka tersebut segera kering dan tidak
dihinggapi oleh lalat yang selanjutnya akan menjadi tempat berkembangnya telur
lalat dan ektoparasit lainnya.
7. Biosecurity
Menurut
Winkel (1997) biosekurity merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit
baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi
ternak secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal
welfare). Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan
pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
kontak/ penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit (Dwicipto,
2010) .
Biosecurity merupakan tindakan perlindungan terhadap ternak dari berbagai bibit
penyakit (bakteri dan virus) melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan
orang atau individu yang terlibat dalam siklus pemeliharaan yang dimaksud.
Tujuannya yaitu supaya bibit penyakit (bakteri dan virus) yang terbawa dari
luar tidak menyebar dan menginfeksi ternak. Tindakan biosecurity
meliputi :
a. Lokasi
peternakan harus terbebas dari gangguan binatang liar yang dapat merugikan.
b. Melakukan
desinfeksi dan penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat, nyamuk,
kumbang, belalang disetiap kandang secara berkala.
c. Setiap
kendaraan yang akan masuk ke areal peternakan harus melewati bak biosecurity dan disemprot,
yang mana cairan yang digunakan adalah cairan desinfektan (lysol).
d. Setiap petugas
yang akan masuk ke kandang diharuskan mencelupkan sepatu boot ke dalam bak biosecurity
yaitu wadah berisi desinfektan yang sudah disediakan.
e. Segera
mengeluarkan ternak yang mati untuk diotopsi lalu dikubur atau dimusnahkan.
f. Selain petugas
dilarang memasuki areal kandang.
g. Membatasi
kendaraan yang masuk ke areal kandang.
h. Meyediakan
kendaraan khusus bagi tamu yang berkunjung, contohnya seperti kereta biosecurity.
i. Untuk
aktivitas di dalam laboratorium harus menggunakan pakaian khusus berupa jas dan
alas kaki khusus untuk laboratorium
8. Pemberian Obat
Cacing
Pemberian obat cacing secara per oral dan dilakukan terhadap seluruh ternak setiap
pergantian musim. Ternaki yang mengidap parasit cacing sulit diprediksi bila
dilihat dari kondisi fisiknya sehingga untuk mengantisipasi terjadinya infeksi
dan berkembang biaknya cacing dalam tubuh ternak maka diperlukan pemberian obat cacing. Dosis yang
diberikan terhadap ternak ialah menurut berat badannya. Pemberian obat cacing
dilakukan terhadap seluruh ternak setiap 6 bulan sekali. Obat
cacing yang digunakan adalah Albendazole dengan dosis 1 ml/10 kg berat
badan ternak.
9. Otopsi
Bila
terjadi kasus kematian ternak maka dilakukan otopsi atau bedah bangkai pada
hari yang sama. Setelah itu dilakukan patologi anatomi, diambil potongan kubus
1 cm pada organ yang terjadi kelainan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang
berisi larutan formalin 10%. Sampel tersebut kemudian dikirim ke laboratorium
untuk pemeriksaan lebih lanjut, baru kemudian dilakukan pencatatan atau laporan
mortilitas ternak.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sistem manajemen
kesehatan ternak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem usaha
agribisnis. Upaya yang dilakukan untuk menjaga
kesehatan ternak meliputi tindakan karantina, pemeriksaan
kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi
kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity
maupun otopsi.
Tahap karantina ternak untuk menjamin bahwa ternak
kambing yang akan dipelihara lebih lanjut telah benar-benar aman dari penyakit
yang kemungkinan terbawa dari daerah asal. Tahap pemeliharaan sendiri sangat
menentukan produktivitas ternak berkaitan dengan gangguan kesehatan. Oleh
karena itu pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit-penyakit ternak
tertentu harus selalu mendapat perhatian terutama penyakit skabies dan cacingan
untuk golongan penyakit parasiter dengan menerapkan kontrol penyakit secara
berkesinambungan.