Penggunaan Kulit Kopi Sebagai Pakan Ternak
Selasa, 29 Maret 2016
Edit
Kopi adalah salah satu tanaman yang menghasilkan limbah sampingan dalam proses pengolahannya yakni kulit kopi. Limbah kulit kopi belum dimanfaatkan secara optimal misalnya untuk pakan ternak. Ketidaktahuan peternak akan kandungan kulit kopi menjadi salah satu penyebab tidak dimanfaatkannya kulit kopi sebagai pakan ternak. Padahal sudah banyak orang yang melakukan penelitian terhadap penggunaan kulit kopi sebagai pakan ternak.
Kulit kopi cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia baik itu ruminansia kecil maupun ruminansia besar. Kandungan nutrisi kulit kopi non fermentasi seperti protein kasar sebesar 8,49%, relatif sebanding dengan kandungan zat nutrisi rumput. Bahkan ada juga penelitian penggunaan kopi ini untuk bahan pakan ternak unggas.
Walaupun demikian terdapat beberapa faktor pembatas penggunaan kulit kopi, diantaranya cukup tingginya kandungan serat kasar serta mengandung zat antinutrisi seperti tannin dan kafein. Serat kasar merupakan komponen bahan pakan yang sulit dicerna oleh organ pencernaan ternak. Keberadaan fraksi serat ini akan mempengaruhi kecernaan dan penyerapan zat-zat makanan lainnya termasuk didalamnya protein, mineral dan vitamin.
Fermentasi merupakan salah satu teknologi merubah pakan menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energy) dan disukai ternak karena adanya aroma wangi dari hasil fermentasi Potensi kandungan gizi kulit kopi masih dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi dengan Aspergillus niger. Protein kulit kopi dapat ditingkatkan dari 9,94 % menjadi 17,81%, kandungan serat kasar menurun dari 18,74% menjadi 13,05%, (Budiari, 2009).
Kulit kopi cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia baik itu ruminansia kecil maupun ruminansia besar. Kandungan nutrisi kulit kopi non fermentasi seperti protein kasar sebesar 8,49%, relatif sebanding dengan kandungan zat nutrisi rumput. Bahkan ada juga penelitian penggunaan kopi ini untuk bahan pakan ternak unggas.
Walaupun demikian terdapat beberapa faktor pembatas penggunaan kulit kopi, diantaranya cukup tingginya kandungan serat kasar serta mengandung zat antinutrisi seperti tannin dan kafein. Serat kasar merupakan komponen bahan pakan yang sulit dicerna oleh organ pencernaan ternak. Keberadaan fraksi serat ini akan mempengaruhi kecernaan dan penyerapan zat-zat makanan lainnya termasuk didalamnya protein, mineral dan vitamin.
Fermentasi merupakan salah satu teknologi merubah pakan menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energy) dan disukai ternak karena adanya aroma wangi dari hasil fermentasi Potensi kandungan gizi kulit kopi masih dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi dengan Aspergillus niger. Protein kulit kopi dapat ditingkatkan dari 9,94 % menjadi 17,81%, kandungan serat kasar menurun dari 18,74% menjadi 13,05%, (Budiari, 2009).
Bahan pakan termasuk kulit kopi apabila difermentasi, kandungan protein dan energinya meningkat sedangkan kandungan serat kasarnya menurun. Hasil kajian Parwati et al. (2008) kulit kopi yang difermentasi dengan Aspergillus niger mampu menggantikan dedak padi yang selama ini sebagai pakan konsentrat untuk ternak sapi. Hal ini menunjukan bahwa dengan sentuhan teknologi dapat menjadikan kulit kopi sebagai bahan pakan yang lebih bermutu.
Cara Membuat Fermentasi Kulit Kopi Dengan Aspergillus niger
- Aspergillus niger dilarutkan dengan air, ditambahkan gula pasir, urea, dan NPK, kemudian inkubasi selama 24 jam.
- Menyiapkan tempat untu melakukan fermentasi (silo) bisa dengan menggunakan Tong Plastik atau untuk sekala besar menggunakan tempat yang beratap genteng, yang nantinya bisa ditutup dengan terpal atau plastik. Intinya tempat pembuatan fermentasi kulit kopi ini dalam keadaan anaerob.
- Kulit kopi yang telah siap difermentasi ditaburkan pada permukaan media setebal 5–10 cm, selanjutnya disiram dengan larutan Aspergillus secara merata. Penyiraman dapat dilakukan dengan shower (gembor) yang banyak tersedia dipasaran.
- Tumpukan bahan yang telah tersiram larutan Aspergillus ditaburkan lagi dengan kulit kopi setebal 5–10 cm, selanjutnya disirami larutan Aspergillus secara merata. Demikian seterusnya, sehingga bahan habis tertumpuk dan tersiram cairan Aspergillus.
- Tumpukan kulit kopi ditutup dengan terpal yang bersih secara rapat dan di inkubasi selama 7 hari.
- Setelah umur 7 hari dapat dibongkar, selanjutnya dikeringkan atau di angin-anginkan.
- Penggunaan kulit kopi fermentasi sebagai pakan ternk ini perlu dicampur dengan bahan pakan yang lain, agar kebutuhan nutrient ternak tercukupi.
Kandungan Nutrisi Kulit Kopi Sebelum dan Sesudah Difermentasi menurut Budiari (2009) yang disitase oleh budiari juga pada tahun 2014 dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Aras Kulit Kopi Terfermentasi Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Kelinci Lokal Jantan (Lepus Ne Gricollis) adalah:
Pada gambar tabel diatas terdapat perbedaan nilai nutrisi pada analisis proksimat yang dilakukan oleh wiguna (2007) yang menyebutkan bahwa kandungan nutrisi kulit kopi sebelum difermentasi yaitu bahan kering (BK) 95,22%, protein kasar (PK) 10,47%, lemak kasar (LK) 0,26% dan serat kasar (SK) 32,36% serta gross energi (GE) sebesar 4,14 Kkal/kg. Perbedaan yang sangat mencolok adalah kandungan serat kasar, hal ini dapat terjadi karena perbedaan jenis kopi atau terjadi eror saat melakukan analisis. Saya sendiri kurang tau nilai serat kasar pada kulit kopi, menurut pendapat pribadi saya, dilihat dari tekstur kulit kopi. Kandungan serat kasarnya cukup tinggi. Saya kira kandungan serat kasarnya lebih dari 30%.
Penelitian Tentang Penggunaan Kulit Kopi Sebagai Pakan Ternak
Potensi kulit kopi sudah diteliti pada beberapa ternak diantaranya pada sapi, kambing, ayam dan babi. Hasil penelitian Parwati et al. (2006) menyatakan bahwa sapi yang diberi pakan tambahan dedak padi dan dedak kulit kopi menghasilkan pertambahan berat badan (0,58 kg vs 0,47 kg). Lebih lanjut Guntoro et al. (2003) melaporkan bahwa pemberian kulit kopi sebanyak 100-200 g/ekor/hari pada kambing peranakan Etawa meningkatkan pertumbuhan rata-rata dari 68,15 g (pakan tradisional) menjadi 99,25 - 100.10 g. Pemberian dedak kulit kopi terfermentasi sebanyak 11% dari total ransum pada ayam buras Bali produksi telurnya rata-rata 35 – 40 %, sedangkan ayam buras Bali dengan pakan konvensional produksi telurnya rata-rata 25% (Guntoro, 2004).
Penelitian Tentang Penggunaan Kulit Kopi Sebagai Pakan Ternak
Potensi kulit kopi sudah diteliti pada beberapa ternak diantaranya pada sapi, kambing, ayam dan babi. Hasil penelitian Parwati et al. (2006) menyatakan bahwa sapi yang diberi pakan tambahan dedak padi dan dedak kulit kopi menghasilkan pertambahan berat badan (0,58 kg vs 0,47 kg). Lebih lanjut Guntoro et al. (2003) melaporkan bahwa pemberian kulit kopi sebanyak 100-200 g/ekor/hari pada kambing peranakan Etawa meningkatkan pertumbuhan rata-rata dari 68,15 g (pakan tradisional) menjadi 99,25 - 100.10 g. Pemberian dedak kulit kopi terfermentasi sebanyak 11% dari total ransum pada ayam buras Bali produksi telurnya rata-rata 35 – 40 %, sedangkan ayam buras Bali dengan pakan konvensional produksi telurnya rata-rata 25% (Guntoro, 2004).
Akmal dan Filawati (2010) Pemberian Kulit kopi hasil fermentasi dengan Aspergillus niger dapat digunakan dalam ransum ayam broiler jantan sampai taraf 10 % Lebih lanjut Guntoro (2004) merekomendasikan bahwa aras penggunaan tepung kulit kopi untuk ransum ternak babi dan ayam sebesar 10-15 %.
Sumber:
Sumber:
- Akmal dan Filawati. 2010. Pemanfaatan Kapang Aspergillus niger sebagai Inokulan Fermentasi Kulit Kopi dengan Media Cair dan Pengaruhnya Terhadap Performans Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. XI. No.3
- Budiari, N.L.G. 2009. Potensi dan Pemanfaatan Pohon Dadem sebagai Pakan Ternak Sapi pada Musim Kemarau. Bulletin Teknologi dan Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
- Guntoro, S., dan I.M.R. Yasa. 2003. Pemanfaatan Kopi Terfermentasi Untuk Penggemukan Peranakan Ettawah (PE) Muda. Prosiding. Seminar Nasional Revitalisasi Teknologi Kreatif Dalam mendukung Agribisnis dan Otonomi Daerah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
- Parwati. I.A.P., S. Guntoro, N.Suyasa, I.M. Raiyasa, I.M. Londra dan Sriyanto. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian Adaptif Pengolahan Perkebunan untuk Pakan Ternak.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
- Wiguna, I W. A. A. 2007. Pengolahan Menjadi Pakan dan Pupuk Organik. Disampaikan dalam Pelatihan Kelompok Tani Ternak di Kabupaten Tabanan pada Tanggal 21-23 Nopember 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali.