Gangguan Reproduksi Pada Sapi Dan Cara Penanganannya Ke 3
Rabu, 18 Mei 2016
Edit
Untuk gangguan reproduksi pada ternak sapi yang ke 3 adalah disebabkan oleh Infeksi Organ Reproduksi. Untuk anda yang belum membaca gangguan yang pertama dapat membacanya dibawah ini:
Gangguan Reproduksi Pada Sapi Dan Cara Penanganannya
dan gangguan yang ke 2 adalah:
Gangguan Reproduksi Pada Sapi Dan Cara Penanganannya Ke 2
Infeksi Organ Reproduksi
Ganguan reproduksi yang disebabkan infeksi dibagi menjadi 2, yaitu infeksi nonspesifik dan spesifik.
Infeksi nonspesifik yang kerap terjadi antaralain Endometritis, Piometra dan Vaginitis. Endometritis biasanya disebabkan terkontaminasinya endometrium (dinding rahim) dengan berbagai mikroorganisme selama masa puerpurium (masa nifas). Piometra merupakan pengumpulan sejumlah eksudat purulen dalam lumen uterus (rongga rahim) biasanya juga dijumpai adanya korpus luteum persisten pada salah satu ovariumnya. Sedangkanan Vaginitis merupakan peradangan pada vagina, biasanya sebagai penjalaran dari metritis dan pneumovagina atau dapat disebabkan oleh tindakan penanganan masalah reproduksi yang tidak tepat
Penyakit gangguan reproduksi yang disebabkan oleh infeksi spesifik menjadi perhatian besar. Hal ini memang sudah menjadi tugas laboratorium untuk mengetahui penyebab penyakit secara spesifik. Penyakit gangguan reproduksi yang disebabkan oleh agen infeksi spesifik dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu yang disebabkan oelh bakteri, virus, protozoa (parasit), dan jamur. Selanjutnya akan diuraikan berbagai penyakit yang menyebabkan penyakit gangguan reproduksi berdasarkan kategorinya:
Bakterial
1. Brucellosis
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Brucella abortus ini seringkali menyebabkan kejadian keguguran pada ternak yang bunting. Biasanya keguguran terjadi pada umur kebuntingan 7 bulan. Angka kematian induk sangat kecil atau tidak terjadi, namun kerugian ekonomi yang ditimbulkan sangat besar berupa keluron anak, anak lahir lemah dan kemudian mati, dan gangguan alat reproduksi yang menyebabkan kemajiran, dan pada sapi perah sering terjadi penurunan produksi susu.
Spesies bakteri Brucella yang sering menjadi masalah adalah; Brucella melitensis menyerang kambing, Brucella abortus menyerang sapi, dan Brucella suis menyerang babi. Brucellosis ini bisa juga menyerang manusia. Penularan kepada manusia terjadi karena minum susu yang tidak dimasak sempurna, karena menolong kelahiran sapi atau mengambil plasenta yang tertinggal.
Penularan Brucellosis biasanya terjadi secara oral, melalui hidung atau mata. Selain itu penularan dapat juga terjadi secara congenital dimana anak yang dilahirkan dari induk penderita, cenderung menjadi latent carier dan akan mengalami abortus pada saat terjadi kebuntingan yang pertama. Pada saat keguguran, fetus dan membrannya mengandung banyak kuman dan menjadi sumber penularan. Penyebaran Brucellosis di Indonesia diketahui dibeberapa pulau seperti Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera.
2. Leptospirosis
Penyebab yaitu Leptospira pomona, Leptospira gripothyposa, Leptospira conicola, Leptospira hardjo. Cara penularannya melalui kulit terbuka/selaput lendir (mulut, pharynx, hidung, mata) karena konta dengan makanan dan minuman yang tercemar. Gejala yang nampak diantaranya: anoreksia (tidak mau makan), produksi susu turun, abortus pada pertengahan kebuntingan dan biasanya terjadi retensi placenta, metritis dan infertilitas. Pengendalian kejadian penyakit leptospirosis meliputi sanitasi yang baik, isolasi hewan yang sakit serta hindari pakan dan minuman dari pencemaran, vaksinasi dengan serotipe (jenis) leptospiora yang ada di daerah tersebut. Pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi, 3 juta IU penicillin dan 5 gram streptomycin (2xsehari).
3. Vibriosis
Penyebabnya adalah Vibrio fetus veneralis atau Campylobacter foetus veneralis. Dapat menular melaui perkawinan dengan pejantan tercemar. Gejala yang timbul diantaranya: endometritis dan kadang-kadang salpingitis denga leleran mukopurulen, siklus estrus diperpanjang + 32 hari, kematian embrio, abortus pada trisemester 2 kebuntingan dan terjadinya infertilitas karena kematian embrio dini. Pengendaliannya yaitu dengan cara IB dengan semen sehat, istirahat kelamin selama 3 bulan pada hewan yang terinfeksi, vaksinasi dengan bakterin 30-90 hari sebelum dikawinkan atau setiap tahun. Pengobatan dengan infusi (pemasukan) antibiotika spektrum luas secara intra uterin, injeksi pejantan dengan dihydrostreptomisin dosis 22 mg/kg BB secara subcutan.
4. Tuberkulosis
Penyebabnya adalah Mycobakterium bovis. Dapat menular melalui ekskresi, sputum (riak), feses, susu, urin, semen, traktus genitalis (saluran kelamin), pernafasan, ingesti dan perkawinan dengan hewan yang sakit. Gejala yang nampak diantaranya: abortus, retensi plasenta, lesi uterus bilateral, salpingitis dan adhesi (perlekatan) antara uterus. Penanganan dan pencegahan diantaranya dengan sanitasi kandang dan lingkungan, pengobatan dengan antibiotika, isolasi hewan yang terinfeksi dan vaksinasi.
Jamur
Penyebab utama abortus adalah Aspergillus fumigatus. Selain itu juga bisa disebabkan oleh Mucorales. Terdapat dua jalur utama penularan, 1). melalui inhalasi, masuk paru dan mengikuti aliran darah sampai ke plasenta dan menyebabkan abortus. 2). Melalui ingesti, menyebabkan radang pada rumen, mengikuti aliran darah menuju plasenta dan menimbulkan keradangan sehingga terjadilah abortus. Gejala yang nampak diantaranya : abortus pada 5-7 bulan kebuntingan, fetus mengalami autolisis/ lahir lemah, membran fetus (bengkak, nekrotik, lesi plasentoma, kotiledon dan karuncula bengkak, oedem dan nekrotik).
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan preparat antijamur dan perbaikan manajemen secara keseluruhan meliputi perbaikan pakan dan manajemen kesehatan yang baik meliputi sapi, kandang dan lingkungannya.
Selain gangguan reproduksi yang disebabkan oleh faktor diatas berikut kondisi patologis yang berhubungan dengan masalah reproduksi, yaitu: Prolaps Vagina Cervix, Distokia, Retensi Plasenta, Torsi Uterus, Maserasi Fetus, Mummifikasi Fetus dan Hernia Uterina.
Untuk Materi yang Keempat atau yang terakhir tentang Gangguan Reproduksi Sapi Akibat Kesalahan Manajemen dapat dibaca dibawah ini
Baca Juga:
Sumber: Ratnawati, D., Wulan C. P., Dan Lukman A. S. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Loka Penelitian Sapi Potong Jln. Pahlawan Grati No. 2 Grati Pasuruan 67184. Isbn 978-979-8308-69-7