Rumput Setaria (Setaria sphacelata)
Sabtu, 28 Mei 2016
Edit
Rumput Setaria merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kualitas yang baik untuk hijauan pakan ternak, hal ini apabila dilihat dari tingkat pertumbuhan, produktifitas hasil panen maupun nutrisi yang terkandung didalamnya. Rumput ini berasal dari kawasan-kawasan tropika dan subtropika Afrika, kemudian dibawa ke Asia dan Australia dan diperkenalkan ke daerah-daerah tropika didunia. Penanaman dan pembiakan rumput ini dapat dilakukan dengan pols (sobekan rumpun) dan menggunakan biji (Dinas Peternakan Provinsi Riau, 2003).
Rumput Setaria yang berasal dari Afrika ini, mempunyai nama-nama spesifik dibeberapa tempat. Dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan nama Setaria sphacelata, sedangkan dalam bahasa Inggris cukup dikenal dengan Setaria, Malaysia mengenal dengan sebutan Sekoi, Filipina mengenal dengan nama Bunga-bunga, sedangkan Vietnam mengenal rumput ini dengan sebutan Coduoi cho.
Klasifikasi Rumput Setaria
Phylum : Spermatophyta
Sub phylum : Angiospermae
Class : Monocotyl
Ordo : Glumiflora
Family : Graminae
Sub Family : Panicoldea
Genus : Setaria
Spesies : Sphacelata
Kandungan Nutrisi Rumput Setaria
Produksi berat segar Rumput Setaria mencapai 100-110 ton/ha/tahun. Nilai gizi yang terkandung dalam Rumput Setaria adalah protein kasar 6-7 %, serat kasar 42,0 %, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1% dan lemak 2,8%. Di samping sebagai rumput potong untuk pakan, juga digunakan sebagai rumput untuk padang penggembalaan, karena tahan injakan (Prawiradiputra et al., 2006)
Pemberian Rumput Setaria Untuk Pakan Ternak
Rumput Setaria sebagai hijauan pakan ternak dapat diberikan dalam bentuk rumput potongan, rumput padang pengembalaan maupun diberikan setelah dilakukan pengolahan terlebih dahulu seperti dibuat silase. Rumput Setaria juga dimanfaatkan sebagai mulsa tanah, selain bermanfaat bagi ternak Rumput Setaria juga digunakan sebagai pencegah terjadinya erosi.
Peningkatan Produksi Rumput Setaria
Untuk mendapatkan produksi yang optimal dan nilai gizi yang tinggi perlu adanya tindakan kultur teknik secara tepat terutama dalam pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit yang baik, penanaman, pengairan dan penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti pemberian pupuk (Reksohadiprojo, 1985). Menurut Hardjowigeno (1995) pemupukan pada Rumput Setaria dapat menggunakan pupuk organik dan pupuk an-organik pada waktu pengolahan tanah dilakukan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah agar mencapai produksi yang maksimal. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa aturan dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah, menurunkan produktifitas lahan dan dapat mempengaruhi produksi tanaman. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan penggunaan pupuk yang dikaitkan dengan aspek pendukung kelestarian alam yaitu dengan penggunaan pupuk organik (Kanisius, 1983)
Hasil penelitian Marliani (2010) menunjukkan penanaman Rumput Setaria dengan jenis pupuk kandang feses ayam dan feses sapi dengan dosis 150 gr/polybag dapat meningkatkan produksi berat segar, berat kering, jumlah anakan dan kadar abu tapi belum berpengaruh pada kandungan Protein Kasar, Serat Kasar, Lemak Kasar dan BETN.
Kelemahan Rumput Setaria
Menurut Jonas et al., (1970) pemberian rumput setaria yang mengandung kadar oksalat 5% dapat menyebabkan kematian ternak. Oksalat di dalam rumput setaria terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk terlarut dan bentuk terikat. Bentuk terlarut lebih berbahaya dari pada nemtuk terikat karena dapat diserap oleh tubuh dan menyebabkan ketersediaan unsur kalsium menjadi menurun. Sedangkan level oksalat pada setaria sering kali melebihi 5% terutama pada umur panen yang relatif muda (Sutikno et al., 1989).
Salah satu cara untuk menurunkan oksalat yaitu dengan teknik silase, dengan penambahan molases 3%. Dilaporkan bahwa penambahan molases dapat meningkatkan kualitas silase dan dapat meningkatkan kandungan gula tersedia yang dapat dikonversikan menyadi asam laktat (Watson dan Nash, 1960, Barnett, 1954).
Baca juga: cara mudah membuat silase komplit
Sumber:
Barnett,
A.J.G., 1954. "Silage Fermentation" Aust. J. Exp. Agric. And
Animal Husbandry., 6: 76 80.
Dinas Peternakan Propinsi Riau.
2003. Petunjuk Budidaya Hijauan Makanan
Ternak. Balai Pembibitan Ternak.
Jonas, R.J., A.A. Seawrigh and D.A.
Little., 1970. Oxalic poisoning in Animal Grazing the Tropical Grass Setaria
Sphaculata. J. of the Aust. Inst. Agric. Sci., 36: 41-4.
Hardjowigeno.
S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta
Marliani. 2010. Produksi dan Kandungan Gizi Rumput Setaria (Setaria Sphacelata) Pada Pemotongan Pertama Yang
Ditanam Dengan Jenis
Pupuk
Kandang Berbeda. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif
Kasim. Riau.
Prawiradiputra B., R. Sajimin, N.
Purwantara, D. Herdiawan. 2006. Hijauan Makanan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.
Reksohadiprojo. 1985. Produksi Hijauan Ternak. BPFE.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sutikno, A.I., B. Tangendjaja dan S.
Kompiang, 1989. Laporan Akhir Hasil Penelitian IV-I/5/4/3/01. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Watson, S.J. and Nash, M.J., 1960. The
convertion of grass and forage crops. Aust. J. Exp Agric and Animal Husbandry, 6
: 76 - 80