Sistem Pencernaan Pada Ternak Ruminansia
Rabu, 25 Mei 2016
Edit
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. Pengertian Pencernaan pada hewan ruminansia adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia. Lambung pada perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati). Rumen dan retikulum dihuni oleh mikroba dan merupakan alat fermentatif dengan kondisi anaerob suhu 390C. Menurut Church (1988), kapasitas keseluruhan dari keempat bagian perut tersebut adalah rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7% dan abomasum 8%. Sedangkan sekum, kolon, dan rektum termasuk organ pencernaan bagian belakang.
Kelebihan sistem pencernaan pada ternak ruminansia dibanding dengan sistem pencernaan ternak lain antara lain yaitu dapat mencerna serat kasar dan dapat berperan sebagai sistem penahanan tubuh dari zat-zat antinutrisi yang terkandung dalam pakan. Hal ini karena dalam rumen terdapat bermilyaran mikrobia yang berperan dalam proses pencernaan tersebut. Mikroba rumen berperan sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan-serangan toksik antinutrisi yang dihasilkan dalam proses pencernaan. Pell et al. (2003) menyatakan bahwa proses adaptasi mikroorganisme merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh dari ternak itu sendiri.
Dalam studi fisiologi ternak ruminasia rumen dan retikulum sering dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulo-rumen. Omasum disebut sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsi omasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang. Termasuk organ pencernaan bagian belakang lambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakang tersebut juga terjadi aktivitas fermentasi.
Baca juga: Jenis dan peran mikroba rumen
Proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Pencernaan Mekanik yang terjadi di dalam mulut.
2. Pencernaan Hidrolis (Enzimatis) yang disebabkan oleh enzim pencernaan ternak itu sendiri .
3. Pencernaan Fermentatif yang dilakukan oleh mikroorganisme rumen
Pencernaan fermentatif merupakan proses yang dapat meningkatkan pencernaan bahan makanan dalam rumen, karena pada ternak ruminansia pencemaan makanan sangat tergantung pada aktifitas mikroorganisme . Aktifitas mikroorganisme rumen dipengaruhi oleh kandungan zat-zat makanan dalam ransum (Oh dkk., 1969).
Proses pencernaan pada ternak ruminansia yaitu:
- Makanan yang masuk melalui mulut ternak ruminansia akan mengalami proses pengunyahan atau pemotongan secara mekanis sehingga membentuk bolus. Pada proses ini, makanan akan bercampur dengan saliva kemudian masuk ke dalam rumen melalui esofagus. (Pencernaan Mekanik).
- Selanjutnya, di dalam rumen makanan akan mengalami proses pencernaan fermentatif. Pada masa ternak istirahat makanan dari rumen yang masih kasar dikembalikan ke dalam mulut (regurgitasi) untuk dikunyah kembali (remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali (redegultasi), Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh mikroba rumen. Kontraksi retikulo-rumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Digesta yang halus dapat masuk ke dalam usus dan mengalami proses pencernaan hidrolitik (enzimtis).
- Sisa-sisa dari proses pencernaan yang tidak dapat diserap dan dimanfaat oleh mikroba rumen akan dibuang melalui anus.
Pada proses ruminasi, setiap bahan cair akan dengan cepat ditelan kembali, akan tetapi bahan kasar akan merangsang hewan untuk memamah, barang kali adalah rangsangan taktil pada epitel rumen anterior. Beberapa ransum khususnya yang mengandung sedikit atau sama sekali tidak mengandung bahan hijauan kasar, tidak akan menghasilkan rangsangan untuk memamah. Waktu yang dihabiskan untuk memamah tergantung pada kandungan serat makanan. Pada sapi yang merumput umumnya adalah sekitar 8 jam per hari, atau sekitar sama dengan waktu yang digunakan untuk merumput. Setiap bolus makanan yang dimuntahkan kembali ke mulut akan dikunyah 40 sampai 50 kali, yang berarti akan lebih banyak dikunyah selama memamah dibandingkan dengan ketika merumput atau makanan.
Perombakan kimia makanan dalam retikulo-rumen dilakukan oleh enzim-enzim yang tidak disekresi oleh hewan itu sendiri akan tetapi oleh mikroorganisme yang terdapat di ruangan percernaan tersebut. Retikulo-rumen memberikan suatu sistem biakan kontinu bagi bakteri dan protozoa (juga beberapa fungi). Makanan dan air memasuki rumen dan makanan akan difermentasi secara partial untuk menghasilkan terutama asam lemak, sel-sel mikroba, dan gas metan dan karbondioksida. Gas tersebut akan hilang melalui eruktasi dan asam lemak atsiri terutama akan diserap melalui dinding rumen. Sel-sel mikroba bersama-sama dengan komponen makanan yang telah dirombak akan memasuki abomasum dan usus halus. Di mana tempat tersebut makanan akan dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh hewan inang, dan hasil pencernaan akan diserap.