Pola Warna Dari Sapi Bali
Sabtu, 29 Maret 2014
Edit
Sapi
Bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari
banteng (Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik, hingga saat ini
masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman
Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia ini sudah lama didomestikasi suku
bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di
Indonesia.
Kekhasan
sapi Bali yakni berukuran sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya
ramping. Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung
ekornya berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna
putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha
bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror).
Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut)
memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa ternak yang masih muda membutuhkan
lebih sedikit makanan dibandingkan yang lebih tua untuk setiap unit pertumbuhan
bobot badannya. Salah satu faktornya antara lain pertambahan bobot badan hewan
muda sebagian disebabkan oleh pertumbuhan otot-otot, tulang-tulang dan
organ-organ vital, sedangkan hewan yang lebih tua bobot badannya disebabkan
karena perletakan (deposit) lemak. Lemak mengandung sedikit air dan lebih
banyak energi dibandingkan dengan unit jaringan tubuh lainnya (Parakkasi,
1999). Lebih lanjut Bambang (2005) menjelaskan bahwa jika telah mencapai
kedewasaan dan pertumbuhannya telah terhenti tetapi mereka mengalami perubahan
maka perubahan tersebut karena penimbunan lemak bukan pertumbuhan murni. Kay
dan Housseman (1975) menyatakan bahwa hormon androgen pada hewan jantan dapat
merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar dibandingkan dengan
hewan betina.
Warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis
kelaminnya, sehingga termasuk hewan dimoprhism-sex. Pada saat masih “pedet”,
bulu badannya berwarna sawo matang sampai kemerahan, setelah dewasa Sapi Bali
jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna
bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau
hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi
hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua
atau merah bata apabila sapi itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon
testosterone.
Disamping pola warna yang umum dan standar, pada sapi Bali juga
ditemukan beberapa pola warna yang menyimpang seperti dikemukakan Hardjosubroto
dan Astuti (1993), yaitu :
1. Sapi injin adalah sapi Bali yang warna bulu tubuhnya hitam sejak kecil, warna bulu telinga bagian dalam juga hitam, pada yang jantan sekalipun dikebiri tidak terjadi perubahan warna.
2. Sapi mores adalah sapi Bali yang semestinya pada bagian bawah tubuh berwarna putih tetapi ada warna hitam atau merah pada bagian bawah tersebut.
3. Sapi tutul adalah sapi Bali yang bertutul-tutul putih pada bagian tubuhnya.
4. Sapi bang adalah sapi Bali yang kaos putih pada kakinya berwarna merah.
5. Sapi panjut adalah sapi Bali yang ujung ekornya berwarna putih.
6. Sapi cundang adalah sapi Bali yang dahinya berwarna putih.
1. Sapi injin adalah sapi Bali yang warna bulu tubuhnya hitam sejak kecil, warna bulu telinga bagian dalam juga hitam, pada yang jantan sekalipun dikebiri tidak terjadi perubahan warna.
2. Sapi mores adalah sapi Bali yang semestinya pada bagian bawah tubuh berwarna putih tetapi ada warna hitam atau merah pada bagian bawah tersebut.
3. Sapi tutul adalah sapi Bali yang bertutul-tutul putih pada bagian tubuhnya.
4. Sapi bang adalah sapi Bali yang kaos putih pada kakinya berwarna merah.
5. Sapi panjut adalah sapi Bali yang ujung ekornya berwarna putih.
6. Sapi cundang adalah sapi Bali yang dahinya berwarna putih.
Sapi Bali, telah ditetapkan
dalam program nasional yang meliputi
program pemurnian dan peningkatan mutu genetik
. Sebagai wilayah peternakan murni sapi
Bali ditetapkan di beberapa wilayah antara lain pulau
Bali, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan yang
dimulai pada tahun 1976. Di Pulau
Bali telah dilaksanakan
program pemuliaan sapi Bali dengan melakukan
seleksi dalam bangsa (within breed), untuk
memperoleh bibit sapi Bali yang baik mutunya melalui Proyek Pengembangan dan Pembibitan Sapi Bali (P3Bali) (Soehadji, 1990). Untuk itu persilangan hanya dapat dilakukan di luar wilayah peternakan murni.