Ternak Menjamin Fungsi Tanah Berkelanjutan
Sabtu, 29 Maret 2014
Edit
Konsep
Sistem Pertanian terpadu adalah konsep pertanian yang dapat dikembangkan untuk
lahan pertanian terbatas maupun lahan luas. Pada lahan terbatas atau lahan
sempit yang dimiliki oleh petani umumnya konsep ini menjadi sangat tepat
dikembangkan dengan pola intensifikasi lahan. Lahan sempit akan memberikan
produksi maksimal tanpa ada limbah yang terbuang percuma. Sedangkan untuk lahan
lebih luas konsep ini akan menjadi suatu solusi mengembangkan pertanian
agribisnis yang lebih menguntungkan. Melaiui sistem yang terintegrasi ini akan
bermanfaat untuk efisiensi penggunaan lahan, optimalisasi produksi, pemanfaatan
limbah, subsidi silang untuk antisipasi fluktuasi harga pasar dan kesinambungan
produksi.
Reijntjes
(1999) mengatakan, hewan atau ternak bisa beragam fungsi dalam sistem usaha
tani lahan sempit, hewan memberikan berbagai produk, seperti daging, susu,
telur, wol, dan kulit. Selain itu, hewan juga memiliki fungsi sosiokultural,
misalnya sebagai mas kawin, untuk pesta upacara dan sebagai hadiah atau
pinjaman yang memperkuat ikatan sosial. Dalam kondisi input luar rendah,
integrasi ternak ke dalam sistem pertanian penting, khususnya untuk :
1. Meningkatkan
jaminan subsistens dengan memperbanyak jenis-jenis usaha untuk menghasilkan
pangan bagi keluarga petani.
2. Memindahkan
unsur hara dan energi antara hewan dan tanaman melalui pupuk kandang dan pakan
dari daerah pertanian dan melalui pemanfaatan hewan penarik.
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
hewan, pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan
limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak,
darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll (Sihombing, 2000). Farida
(2000) mengungkapkan bahwa produksi kokon tertinggi diperoleh dari pemanfaatan
50 % limbah feces sapi yang dicampur dengan 50% limbah organik rumah tangga,
yang bermanfaat untuk dijadikan pupuk organik.
Saat ini masyarakat masih
kurang menyadari akan pentingnya upaya pengelolaan limbah peternakan yang
dihasilkan sehingga terkesan tidak mau tahu. Kalaupun ada pihak yang berupaya
menanganinya akan menjadi kurang efektif karena tidak mendapat dukungan dari
pihak lain. Melihat kenyataan seperti itu timbullah suatu pertanyaan, bagaimana
caranya mengelola limbah ternak agar selain tidak merusak lingkungan juga dapat
memberikan keuntungan bagi sektor lain . Limbah peternakan yang dihasilkan ada
yang berupa kotoran (pupuk kandang) ada pula yang berupa sisa-sisa makanan.
Setiap usaha peternakan baik itu berupa sapi, ayam, kambing, kuda, maupun babi
akan menghasilkan kotoran. Namun jangan salah, kotoran yang dihasilkan ternak
tersebut ternyata memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga tidak
salah bila para petani menggunakannya sebagai pupuk dasar.
Kotoran yang dihasilkan
ternak itu ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang yang telah
membusuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran yang dikeluarkan hewan ternak
sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainnya.
Sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah
disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh
jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah.
kotoran ternak memiliki
kandungan unsur hara yang cukup tinggi dan sangat lengkap. Dengan keunggulan tersebut
maka manfaat dari penggunaan kotoran ternak ini antara lain :
1.
Menambah zat atau unsur hara dalam tanah. Tanah yang miskin atau pun kurang
subur memeiliki kandungan unsur hara yang kurang mencukupi bagi pertumbuhan,
sehingga pemberian pupuk terutama pupuk yang bersifat organik secara langsung
akan mampu menambah unsur hara yang kurang memadai tersebut serta memberikan
tambahan unsur hara baru yang belum ada.
2. Mempertinggi kandungan humus di dalam tanah.
Humus sebagai hasil substansi yang berasal dari bahan organik seperti protein,
lemak dan sisa-sisa tanaman yang telah mengalami proses penguraian sangat
penting artinya bagi tanaman. Hal ini disebabkan humus bersifat koloid
(bermuatan negatif) yang dapat meningkatkan absorpsi (penyerapan) dan
pertukaran kation serta mencegah terlepasnya ion-ion penting. Selain itu humus
juga berfungsi sebagai reservoar (pergantian) mineral untuk pengambilan oleh
tumbuhan. Adanya pupuk kandang yang hampir sebagian besar berupa bahan organik
akan dapat menambah kandungan humus yang ada. Semakin banyak humus terdapat
pada tanah, maka tanah relatif semakin subur.
3. Mampu memperbaiki struktur
tanah, bahwa struktur tanah yang baik ditunjang oleh keberadaan mikroorganisme
organik yang cukup. Tanah yang strukturnya sudah rusak hampir tidak memiliki
lagi mikroorganisme yang menunjang kesuburan tanah. Dengan memberikan pupuk
kandang maka akan mengaktifkan kembali mikroorganisme yang ada melalui proses
biologis dan kimia.
4. Mendorong atau memacu
aktivitas kehidupan jasad renik di dalam tanah. Terkait dengan manfaat
sebelumnya, pemberian pupuk kandang ini secara langsung akan menambah bahan
organik yang ada. Ada ataupun tidaknya suatu jasad renik didalam, pemberian
pukan ini justru akan mendorong atau memacu kehidupan jasad renik, yang pada
akhirnya melalui proses penguraian akan menghasilkan tanah yang subur dan kaya
akan bahan organik.
Pupuk kandang sebagai limbah ternak banyak mengandung
unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air
(H2O). Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur
hara mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn),
dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada pupuk kandang membuat
penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja. Hal ini erat
kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan tanaman yang tidak boleh
melebihi rasio C/N =12. pupuk kandang
yang memiliki rasio C/N tinggi yaitu + 25 kurang baik bila digunakan untuk
menyuburkan tanaman secara langsung. sehingga
waktu yang diperlukan jasad renik untuk dekomposisi (penguraian) pupuk ini
lebih cepat.
Pola ini sangatlah menunjang dalam
penyediaan pupuk kandang dilahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut
pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk,
dan limbah pertanian untuk makan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman
dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha
yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah, sehingga
dapat menjamin fungsi tanah yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Farida E. 2000.
Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai Pakan
atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry.
Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.
Reijntjeas, Coen.,
Haverkort, Bertus., Bayer,W,Ann. 1999. Pertanian Masa Depan Pengantar Untuk
Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sihombing
D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.