Laporan Manajemen Ternak Perah
Jumat, 04 April 2014
Edit
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sapi adalah hewan ternak terpenting
sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi
menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu
dan 85% kebutuhan kulit. Salah satu usaha guna pemenuan komoditi susu yang
terus dikembangkan oleh peternak adalah pemeliharaan sapi perah. Sapi perah
merupakan salah satu panghasil protein hewani yang sangat penting. Usaha ternak
sapi perah di Indonesia baru dimulai pada abad ke-17 bersamaan dengan masuknya
belanda ke Indonesia, pada waktu itu orang belanda merasa berkepentingan
mandatangkan sapi perah, agar dapat memperoleh produksi susu untukmemenuhi
kebutuhan mereka. Pada waktu itu bangsa sapi tipe perah yang didatangkan adalah
Friesian Holstein (FH) dari
negeri Belanda, maka tidak mengherankan populasi bangsa sapi perah di Indonsia
sebagian besar adalah Friesian
Holstein.
Setiap suatu usaha pasti
berkeinginan untuk mendapatkan keuntungan, keuntungan dapat diperoleh bila
besanya pemasukan (input) dari usaha tersebut harus lebih besar daripada
pengeluarannya. Usaha akan berjalan dengan baik bila persiapan dilakukan secara
matang. Faktor yang akan menjadi penghambat perlu diketahui dan dicari
informasi pemecahannya, sekaligus faktor pendukung yang ada dimanfaatkan secara
maksimal. Selain itu, informasi prospek pemasaran susu sapi termasuk hal
penting untuk diketahui. Adapun perusahaan
peternakan yang terletak di kota Surakarta adalah perusahaan sapi perah CV
Murni. Tujuan diadakannya praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah
untuk mengetahui kondisi ekonomi di perusahaan tersebut.
Rendahnya produksi air
susu di daerah tropik disebabkan karena faktor klimat, penyakit, pemuliaan,
pakan dan pengelolaan, ketinggian tempat, stress, transportasi dan teknik
penyimpanan susu. Hal-hal di atas memotivasi para peternak melakukan upaya
untuk meminimalis hambatan-hambatan tersebut, rangkuman dari upaya tersebut
adalah memanage usaha pruduksi susu sapi perah sehingga dapat menghasilkan
produk yang bermutu tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, higienis
serta dapat bersaing dengan produk impor, dari hal-hal diatas, maka pelaksanaan
praktikum Manajemen Ternak Perah sangat diperlukan bagi mahasiswa untuk
mendapatkan pengetahuan tentang mengelola usaha produksi ternak perah.
B. Tujuan
Dan Manfaat Praktikum
1.
Tujuan
Praktikum Manajemen Ternak Perah
bertujuan untuk :
a.
Mengetahui tata
laksana/kegiatan suatu perusahaan ternak perah.
b. Mengetahui kondisi suatu
perusahaan ternak perah menyangkut kondisi ternak, perkandangan, dan sanitasi
2.
Manfaat
Manfaat praktikum Manajemen
TernakPerah antaralian :
a.
Memotivasi mahasiswa untuk
beternak khususnya beternak sapi perah
b.
Mengetahui tata cara
pemeliharaan ternak perah
c.
Mahasiswa mendapat pengalaman
dalam tata laksana pemeliharaan sapi perah di perusahaan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Keterangan
Umum Perusahaan
Peranan seorang manajer dalam suatu perusahaan peternakan sangat menonjol.
Kehadiran tenaga terlatih yang sangat terampil melakukan segala tata laksana
peternakan, disertai penataan perlengkapan dan peralatan perusahaan peternakan
yang disesuaikan dengan faktor fisik dan ekonomi akan menentukan keberhasilan
tujuan tersebut (Santosa, 2005).
Perusahaan
peternakan adalah tempat berlangsungnya penggabungan faktor produksi di bidang
peternakan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan komersial.Sebelum
mendirikan perusahaan peternakan, seorang pengusaha harus memikirkan banyaknya
modal yang diperlukan, kemungkinan kegagalan, dampak terhadap lingkungan, pemilihan
lokasi yang strategis.Perusahaan peternakan memiliki ciri khas yang mudah untuk
dikenali yaitu memiliki pola usaha besar, manajemen terstruktur, berbadan hukum
(Dinas Pendidikan, 2007).
Usaha peternakan sapi perah di
Indonesia didominasi oleh peternak skala kecil dan menengah. Usaha ternak sapi
perah Indonesia memiliki komposisi peternak skala kecil mencapai 80 persen,
peternak skala menengah 17 persen dan peternak skala besara mencapai 3 persen.
Dengan rata-rata pemilikan sapi sebanyak 3-5 ekor per peternak, tingkat
efisiensi usahanya masih rendah. Jika skala kepemilikan ternak tersebut ditingkatkan menjadi 7 ekor per peternak maka
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat efisiensi usaha sekitar 30 persen
(Swastika et al., 2000).
Breed sapi Holstein/Friesian
Holstein/Fries Holland/FH, asalnya dari propinsi Friesien negeri Belanda, masuk
Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda atas prakarsa Kontrolir Van Andel yang
bertugas dari Kawedanan Tengger, Pasuruan (1891-1892), atas anjuran dokter
hewan Bosma mengimpor sapi pejantan Fries Holland langsung dari negeri Belanda.
Sejak tahun 1900 di Lembang dan Cisarua (Bandung) telah terdapat perusahaan
sapi perah Fries Holland murni, disamping itu di Klaten (Jawa Tengah) terdapat
pula pembibitan sapi pejantan muda Fries Holland dari negeri Belanda sebanyak
22 ekor dan langsung dibawa ke Grati, Pasuruan (Soetarno, 2003).
B. Manajemen
Pedet
Langkah
pertama yang harus dilakukan terhadap pedet yang baru lahir adalah membersihkan
lendir di dalam rongga mulut dan rongga hidung serta mengeringkan bulunya yang
dapat dilakukan dengan baik oleh induknya sendiri. Tali pusar dipotong pendek
(2 cm dari pangkalnya) dan diberi yodium segera mungkin setelah kelahiran untuk
mencegah infeksi. Biarkan pedet bersama induk selama 40-72 jam, agar pedet
mendapat kolostrum dan menggertak induk untuk mengeluarkan susu dengan mudah
dan lancar. Selanjutnya pedet ditempatkan dalam kandang khusus pedet serta
dijaga supaya pedet dan alas kandangnya tetap kering. Selanjutnya yang
terpenting adalah pedet harus mendapatkan kolostrum ( yaitu susu yang
dihasilkan oleh induk yang baru melahirkan ) yang dihasilkan induk hingga 1
minggu setelah kelahiran sebanyak tidak lebih dari 6% berat badannya (Ellyza,
2011).
Kolostrum sangat penting bagi pedet yang baru saja lahir, karena: Kolostrum kaya akan protein (casein)
dibandingkan susu biasa. Protein dibutuhkan pedet untuk pertumbuhan tubuh, kolostrum
mengandung vitamin A, B2, C dan vitamin-vitamin yang sangat diperlukan pedet, kolostrum
mengandung zat penangkis (anti bodi) yang dapat memberi kekebalan bagi pedet
terutama terhadap bakteri E. coli penyebab scours. Zat penangkis tersebut
misalnya immuglobin (Soetarno, 2003).
Susu
pengganti (milk replacer) adalah susu buatan untuk menggantikan susu
induk yang berasal dari bahan utama susu skim dengan penambahan bahan-bahan
yang berasal dari pengolahan ikan, buah, biji-bijian tanaman pangan serta
dilengkapi dengan vitamin dan mineral. Susu pengganti diberikan ke pedet
sebagai pengganti susu segar/susu induk selama periode pra-sapih. Susu
pengganti harus dibuat dengan bahan dan cara tertentu sehingga memiliki
kandungan nutrien serta mempunyai sifat fisik, khemis dan biologis yang mirip
dengan susu segar (Musofie et al., 2000).
Pemotongan tanduk juga penting
dilakukan. Pada beberapa kasus, putting sapi perah bias berjumlah lebih dari 4.
Kelebihan putting ini harus dihilangkan bila anak sapi telah berumur 1-2 bulan.
Kolostrum harus sesegera mungkin diberikan pada pedet yang baru lahir agar
lebih cepat mendapatkan antibody. Pemberiannya sekitar 6% dari berat lahir
selama 6 jam setelah lahir atau tidak lebih dari 4% berat lahir per pemberian.
Kolostrum diberikan kira-kira sampai lima hari setelah dilahirkan. Selanjutnya,
pedet diberi susu normal dengan ketentuan pemberian setelah kolostrum, yaitu
minggu ke-2 sebanyak 8% dari bobot lahir, minggu ke-3 sebanyak 9% dari bobot
lahir, minggu ke-4 sebanyak 10% dari bobot lahir, minggu ke-5 sebanyak 8% dari
bobot lahir, dan minggu ke-6 sebanyak 5% dari bobot lahir. Penyapihan pada
pedet tergantung berat bedan dan kondisi pedet (Susilorini, 2009).
C. Manajemen
Sapi Dara
Sapi dara merupakan sapi betina umur 1-2 tahun
atau lebih dan belum beranak. Pememliharaan dan pemberian pakan pada sapi perah
dara sebelum beranak sangat memepengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan sapi-sapi
dara sebelum beranak yang pertama tergantung sekali pada cara pemeliharaan dan
pemberian makanannya. Kerap kali para peternak mengabaikan pemeliharaan
anak-anak sapi setelah anak sapi tersebut tidak menerima susu lagi, sehingga
dengan demikian pertumbuhan sapi-sapi dara akan terhambat. Sapi-sapi betina muda akan tumbuh
terus dengan baik sampai umur 5 tahun, bila
pemeliharaan dan makanan yang diberikan pada masa, pertumbuhan
ini tidak baik maka pada waktu sapi-sapi
betina beranak untuk pertama kalinya besar badannya tak dapat mencapai
ukuran yang normal dan hewan itu akan tetap
kecil, disamping itu umur beranak yang pertamanya akan terlambat sampai umur 3 tahun atau lebih keadaan ini banyak terdapat di Indonesia. Juga dalam hal produksi
susunya tak akan sesuai seperti yang
diharapkan. Karena itu perhatian haruslah
banyak ditujukan pula pada pertumbuhan sapi-sapi dara dengan
selalu memperhatikan makanannya baik kualitas
maupun kuantitasnya, agar supaya tetap mempertahankan kecepatan
tumbuhnya. Selain hijauan anak-anak sapi diberikan pula makanan penguat (Soetarno, 2003).
Ketersedian
air perlu diperhitungkan terlebih dahulu sebelum suatu usaha pemeliharaan sapi
dimulai karena air merupakan suatu kebutuhan mutlak. Ketersediaan air
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air minum, pembersihan kandang atau
halaman serta untuk memandikan sapi. Kebutuhan air minum dapat berasal dari air
minum khusus yang sengaja disediakan pada bak-bak air, baik di padang
penggembalaan maupun di kandang ataupun di halaman pengelolaan. Oleh karena itu
cara penyediaan maupun cara pembeian memerlukan peralatan yang bagus (Santosa,
2001).
Setelah umur
sapi dara 12 bulan, akan tumbuh baik apabila hijauan yang diberikan berkualitas
baik, jadi perlu diusahakan sebelum umur 12 bulan sapi harus memiliki nafsu
makan yang kuat, rumen bagus dan sehat. Apabila pakan
yang diberikan baik, sapi dara menunjukkan birahi pertama sekitar 9-10 bulan.
Adakalanya apabila pakan kurang baik sapi tidak menunjukkan birahi sampai umur
20 bulan atau lebih. Setelah umur 12 bulan meskipun menunjukkan tanda birahi
sapi belum cukup umur untuk dikawinkan. Perkawinan akan dilakukan setelah sapi
umur 15 bulan dengan berat mencapai. Apabila sapi dara sudah umur 15 bulan dan
berat badan 350 kg dan menunjukkan tanda-tanda minta kawin yaitu : vulva 3A,
gelisah, sering menguak, menaiki sapi lain, diam waktu dinaiki sapi lain,
itulah saat yang tepat untuk dikawinkan (Soetarno, 2003).
Sejak mulai umur 3 bulan calf starter yang mengandung protein kasar 16-18% secara sedikit demi sedikit diganti dengan makanan
penguat yang mengandung 12 atau 13 protein kasar, tetapi bila hijauan yang diberikan berkualitas
sedang, maka makanan tersebut sama dengan
calf starter (75% MN) jumlah konsentrat yang diberikan tergantung
kualitas dan kuantitas hijauan yang diberikan
kepada sapi dara tersebut. Sapi-sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama kali setelah sapi sebut berumur 15-18 bulan dan besar badannya telah cukup besarnya
dengan berat badan ± 300 kg. Hal ini penting
supaya sapi-sapi dara dapat beranak pada umur 2 tahun Pada kira-kira 2 bulan sebelum beranak, maka pemberian makanan
penguat harus ditambah disesuaikan dengan
kebutuhan sapi bunting (Priyo, 2008).
D. Manajemen
Sapi Dewasa
Soetarno (2000), menyatakan apabila sapi beranak pertama umur dua sampai
tiga tahun dengan jarak beranak 12 bulan, lama laktasi 10 bulan, dewasa
produksi atau produksi tertinggi dicapai pada laktasi keempat atau berumur
empat sampai lima tahun setelah produksi tinggi dicapai, biasanya produksinya
menurun secara berangsur setelah 12 tahun keatas sapi dikeluarkan karena
gangguan kesehatan dan reproduksi, kadang sapi dapat menghasilkan susu sampai
umur 15 tahun atau lebih. Sudono et al. (2004), menyatakan bahwa mengemukakan sapi perah yang sedang
menyusui memerlukan makanan tambahan sekitar 25% hijauan dan kosentrat di dalam
ransum. Hijauan dapat berupa rumput alam, rumpurt Unggul dan leguminosa.
Pemandiaan sapi perah sangat perlu dilakukan agar susu yang dihasilkan
bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok dan agar sapi tetap sehat karena
respirasi kulitbaik sehingga metabolisme akan baik juga. Betina yg diperah
sebaiknya disikat setiap hari untuk menghilangkan rambut-rambut yang rontok,
rambut panjang di sekitar ambing kaki belakang serta bagian belakang dari
daerah lipat paha dicukur agar mudah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
menempel sehingga takmengotori susu dan air cukup dimandikan agar lebih
bersih dan segar (Arif, 2009).
Selesai
diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah
dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan kain yang
kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan
selama 4 detik. Semua peralatan yang digunakan untuk
memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan. Susu hasil
pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring
agar kotoran saat pemerahan tidak ikut
masuk ke dalam susu (Syarief dan Harianto, 2011).
Pemberian
pakan sapi dara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu system penggembalaan
(pasture fattening), kereman (dry lot fattening), kombinasi cara pertama dan
kedua. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan dapat berupa
jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfafa, rumput gajah, rumput benggala
atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50
kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyk
10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2 % dari BB. Sapi yang
sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan
konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah
dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus
atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai
penguat) yang berupa garam dapur, kapur (Suranto, 2003).
Kotoran
ditimbun ditempat lain agar mengalami proses fermentasi (1-2 minggu) dan
berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak
boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara di dalamnya berjalan
lancer. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan
minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masuh di dalam atap. Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak di injak-injak atau
tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanent
berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari permukaan lantai (Anonim, 2005).
Sapi perah
dewasa dilakukan exercise (gerak jalan), pemeliharaan kuku, kebersihan badan,
dan perlu diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa
perkawinan, dan beranak. Pembuatan catatan meliputi catatan reproduksi dan
kesehatan. Sapi perah yang umumnya dimanfaatkan sebagai indukan adalah sapi FH
(Fries Holland) dengan cirri-ciri warna bulu putih dengan bercak hitam, berat
badan betina dewasa 625 kg, pembawaan betina tenang dan jinak, daya merumput
(Grazing ability) hanya baik pada pasture yang baik saja, dewasa kelamin sapi
FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15-18 bulan, produksi susu
relative lebih tinggi dibanding sapi perah lainnya (Anonim, 2005)
Sapi sebelum diperah kandang tempat dimana
sapi itu hendak diperah harus dibersihkan atau dicuci dulu dan dihilangkan dari
bau-bauan, baik yang berasal dari kotoran sapi maupun dari makanan atau hijauan
yang berbau (silage), karena air susu itu mudah sekali menyerap baubauan yang
dapat mempengaruhi kualitas air susu. Sebaiknya sapi yang hendak diperah diberikan
makanan penguat lebih dulu, supaya sapi tersebut dalam keadaan tenang. Jangan
diberikan rumput atau hijauan lainnya sebelum atau selama diperah untuk
menjamin air susu yang dihasilkan tetap bersih dan mempunyai kualitas yang
baik. Sebelum sapi diperah hendaknya bagian badan sapi daerah lipat papa dan
bagian belakang dicuci atau dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran yang
menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh ke dalam susu pada waktu sapi itu
diperah. Sebelum hangat untuk mengurangi timbulnya kontaminasi bakteri pada
susu, disamping itu untuk merangsang keluarnya atau memancarnya susu sehinggai
memudahkan pemerahan. Cara pemerahan susu dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pemerahan dengan mengunakan alat mesin perah dan pemerahan secara manual.
Bila terdapat air susu yang abnormal yang dihasilkan dari seekor sapi, maka
sapi ini harus diperah yang terakhir dan air susunya dipisahkan dari air.
sapi-sapi perah yang baik masa keringnya ialah peternakan di Lembang dan Rawa
Seneng ± 2 bulan, sedangkan di peternakan-peternakan lainnya terlalu lama. Hal
ini disebabkan adanya gangguan reproduksi artinya sulit untuk dijadikan bunting
kembali. Dalam hal lain masih banyak terdapat perusahaan peternakan sapi perah
yang masa keringnya kurang dari 6 minggu dengan alasan sapinya masih
berproduksi banyak ± 5 liter dan merasa sayang atau rugi kalau dikeringkan.
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya lama hidup berproduksi (longervity)
yang pendek dari sapi-sapi yang masa keringnya pendek. Sapi yang mempumyai
longervity yang panjang akan menghasilkan susu yang lebih banyak per unit pakan
yang dimakan, dengan demikian alasan lebih efisien dalam biaya (Priyo, 2008).
E. Manajemen
Kesehatan
Peradangan dapat terjadi pada satu kelenjar atau
lebih dan mudah dikenali apabila pada kelenjar susu menampakkan gejala
peradangan yang jelas. Kelenjar ambing membengkak, edematus berisi cairan
eksudat yang disertai tanda-tanda peradangan yang lainnay seperti suhu
meningkat, kemerahan, rasa sakit, dan penurunan fungsi.Akan tetapi seringkali
suit diketahui kapan terjadi suatu peradangan, sehingga diagnosis terhadap
mastitis sering dilakukan dengan melakukan pengujian pada produksi susu,
misalnya dengan penghitungan jumlah sel somatik (JSS) dalam susu (Paryati,
2002).
Mastitis
bersifat kompleks karena : (1) Penyebabnya beragam (bakteri : streptococcus sp, stphylococcus sp, dan lain-lain, kapang atau
khamir serta virus); (2) Tingkat reaksinya beragam; (3) Lama penyakitnya
bervariasi; (4) Akibat yang ditimbulkannya sangat bervariasi. Ada 3 faktor
mempermudah terjadinya mastitis yaitu, kondisi hewan itu sendiri, kondisi
lingkungan yang buruk dan agen penyebab penyakit (Anonimus, 2009).
Penyakit
mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae
Epizootica (AE)
disebabkan oleh virus. Penyakit ini menular kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur, dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala : (1) rongga mulut, lidah dan telapak kaki atau atau tracak melepuh serta terdapat tojolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Adapun cara pengendalian tersebut adalah: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah (Anonimus, 2009).
disebabkan oleh virus. Penyakit ini menular kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur, dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala : (1) rongga mulut, lidah dan telapak kaki atau atau tracak melepuh serta terdapat tojolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Adapun cara pengendalian tersebut adalah: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah (Anonimus, 2009).
F.
Kandang Dan Peralatan
Kandang
merupakan bagian penting yang harus ada dalam suatu perusahaan peternakan sapi
perah. Kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggal ternak, yang ditujukan
untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari luar yang merugikan seperti
terik matahari, hujan, angin, gangguan binatang buas, serta untuk memudahkan
dalam pengelolaan (Nurdin, 2011).
Kandang
diperlukan untuk melindungi ternak sapi dari keadaan lingkungan yang merugikan
sehingga ternak akan memperoleh kenyamanan. Keperluan kandang pemeliharaan sapi
potong tidak terlalu penting seperti pada pemeliharaan sapi perah karena
pemeliharaan sapi potong dapat dilakukan dengan sistem ladang ternak (Santoso,
2009).
Kandang
sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan
kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Sedangkan kandang yang efektif perlu
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan bagi ternak,
aman dan menyenangkan bagi karyawan, efisiensi dalam penggunaaa tenaga kerja
dan peralatan serta mudah dalam pengawasan/pengontrolan penyakit (Sudono et al, 2004). Kandang sapi perah
dilengkapi dengan saluran pembuangan berupa selokan kecil yang memanjang
dibagian belakang posisi sapi. Cara pengambilan kotoran
biasanya dengan mengguyurkan ke arah kotoran sapi yang berserakan sehingga,
kotoran tersebut langsung mengalir ke suatu bak penampungan (Setiawan,
2003).
Kebutuhan hijauan pada setiap jenis
ternak berbeda-beda. Ternak sapi, kerbau, kambing, dan domba memerlukan jumlah
hijauan yang lebih banyak dari pada ternak non ruminansia seperti ; babi, kuda,
unggas, dan lainnya. Pada umumnya jumlah hijauan yang diberikan pada ternak
tersebut adalah 10 % dari berat hidup, sedangkan makanan penguat misalnya
konsentrat hanya diberikan 1 % saja dari berat hidup.Kebutuhan ternak perah
akan zat makanan terdiri atas 2 bagian, Pertama, kebutuhan hidup pokok (maintainance repoirements), yaitu
kebutuhan untuk memelihara keutuhan organ dan fungsi tubuh, dalam arti kata
kebutuhan untuk mempertahankan bobot hidup. Kedua, kebutuhan produksi
(pertumbuhan, produksi air susu, dan sebagainya) (Nursiam, 2010). Upaya untuk pencegahan dan pengobatan panyakit
pada sapi perah yang paling utama adalah sanitasi dan disinfektan karena
sanitasi merupakan ujung tombak yang tidak bisa untuk diabaikan dalam suatu
usaha peternakan (Wiharto, 2006).
G. Penanganan
Feses
Limbah
sapi dapat berupa kotoran/ feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi yang
dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyarakat. Hal ini
disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah.
Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi
sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan
berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan (Sudono et al., 2003).
Tinja atau feses
adalah produk buangan dari saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Feses merupakan limbah
organik yang bersifat biodegradable,
yaitu senyawa yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Pengolahan feses ternak
dapat dimanfaatkan sebagai biogas,
pakan, dan pupuk (Anonimus, 2010).
Limbah sapi dapat
berupa kotoran/feses dan air seni.Saat ini, limbah sapi yang dijadikan kompos
atau pupuk organik banak diminati masyarakat.Hal ini disebabkan harga pupuk
kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah. Pengolahan
limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber
penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai
cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan (Sudono et
al., 2003).
Limbah ternak adalah sisa buangan
dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemelihraan ternak, rumah
potong hewan, pengolahan produk ternak dan lain-lain.Limbah tersebut meliputi limbah
padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur,
lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll. Umumnya setiap
kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat
(Sihombing, 2000).
Kotoran sapi bila didekomposisi
dengan stardec yang mengandung mikroorganisme cell akan menghasilkan pupuk
organik disebut sebagai fine compost. Fine compost akan menyuplai unsur hara
yang ddiperlukan tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah. Hasilnya, biaya
produksi lebih rendah dan produksi meningkat.Stardec dihasilkan LHM (Lembah
Hijau Multifarm), bertujuan sebagai salah satu upaya membantu tercapainya
keseimbangan, serta membuat limbah-limbah yang tidak berguna menjadi berdaya
guna dan berdaya hasil.Limbah seperti kotoran ternak dan blotong pabrik gula
yang diolah dengan stardec mampu menciptakan sebuah solusi untuk meningkatkan
martabat alam yang seimbang (Trobos, 2001).
H. Hambatan/Kendala
Usaha
Keberhasilan suatu peternakan sangat
tergantung kepada tata laksana yang dilakukan. Tanpa tata laksana yang teratur
dan baik, produksi yang dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan harapan,
bahkan suatu kerugian dan kehancuran yang cukup besar akan senantiasa
mengancam. Peranan seorang manajer dalam suatu perusahaan peternakan sangat
menonjol. Kehadiran tenaga terlatih yang sangat terampil melakukan segala tata
laksana peternakan, disertai penataan perlengkapan dan peralatan perusahaan
peternakan yang disesuaikan dengan faktor fisik dan ekonomi akan menentukan
keberhasilan tujuan tersebut (Santosa, 2001).
Ada beberapa permasalahan yang
menyebabkan pengembangan sapi perah di Indonesia mengalami kelambanan walaupun
populasi sapi perah meningkat pesat, diantaranya yaitu:
1.
Permintaan akan komoditi susu
segar tidak menunjukkan peningkatan yang pesat walau peningkatan akan komoditi
protein hewani telah mengalami peningkatan yang sangat pesat.
2.
Kurangnya tenaga inseminator
pada daerah tertentu, dimana di daerah tersebut banyak peternak sapi perah yang
menginginkannya.
3.
Sebagai akibat perkembangan
ternak perah, maka daerah sekitar lokasi peternakan akan mengalami kekurangan
rumput gajah (rumput hijau) yang merupakan sumber makanan bergizi bagi ternak
sapi-sapi perah.
4.
Masalah penyakit yang dapat
menyerang ternak sapi perah.
5.
Tidak semua peternak dapat
memasarkan hasil produksinya dengan baik dan lancar (Trobos, 2001).
Cara
pemberian pakan yang secara ad libitum seringkali tidak efisien karena
akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan pakan yang tersisa menjadi
busuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya yang dapat membahayakan ternak
apabila termakan. Oleh karena itu, cara yang terbaik adalah membatasi pakan
dengan catatan baik kuantitas maupun kualitasnya mencukupi kebutuhan (Santosa,
2005).
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1982. Beternak Sapi
Perah. Kanisius. Yogyakarta.
AAK., 1995. Petunjuk Praktis
Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Akoso. 1996. Ilmu KesehatanTernak Umum.Gramedia, Jakarta
Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan
Ternak. Gramedia. Jakarta.
Anonimus . 1995. Pengolahan Ternak Sapi Pedaging. fp-usu , Medan
Buckle, K. A., Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton., 1985. Ilmu Pangan. Indonesia University Press. Jakarta.
Ellyza. 2011. Manajemen Sapi Perah. Graha Ilmu. Jogjakarta.
Hadiyanto. 1983. Ilmu
Pengelolaan Peternakan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Jahja dan Retno,1993. Pencemaran Lingkungan oleh Limbah Peternakan dan Pengelolaannya. Bull.
FKH-UGM Vol. X:2
MOSES, D. F., A. VARCARCEL, L. J. PEREZ and M. A.
DE LAS HERAS. 1996. Intracellular ATP concentration are maintained in
freezing-resistant ram spermatozoa. Cryo-Letters. 17:287-294.
Musofie, A., N. Kusumawardani dan
Aryogi. 1992. Pengaruh penggunaan susu skim dalam milk replacer terhadap pertumbuhan pedet sapi perah. Jurnal Ilmiah
Penelitian Ternak Grati. Sub Balai Penelitian Ternak Grati. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Nugroho, C.P. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Nurdin, E., 2011. Manajemen
Sapi Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta
Pane, I., 1993. Pemuliabiakan
Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta.
Partodihardjo, S., 1982. Ilmu
Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.
Rasyaf, Muhammad. 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Swadaya.
Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar
Ilmu Peternakan Tropis Edisi 2. BPFE. Yogyakarta
Santosa, U. 2001. Prospek
Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U. 2001. Tata Laksana
Pemeliharaan Ternak Sapi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soetarno, T. 1999. Manajemen
Ternak Perah. Gadjah Mada
University press. Yogyakarta.
Sudono, A; Rusdiana, R.F; dan Setiawan, B.S. 2004. Beternak Sapi
Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Susilorini,T.E.
2009. Budidaya 22 Ternak Potensial.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Tilman, A.D, H Hartadi, S Reksohadiprodjo, S Prawirokoesumo dan S
Lebdosoekodjo., 1998. Ilmu Makanan ternak
Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Trobos. 2001. Fine Compost
Lebih Irit dan Menguntungkan. Trobo no 24 / tahun 11. Jakarta.
Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Karena Isi Laporan Praktikum ini banyak sekali, Untuk mendapatkan Laporan Praktikum Manajemen Ternak Perah Silahkan Download Dibawah Ini :
Laporan Manajemen Ternak Perah
Laporan Manajemen Ternak Perah
password rar : thoms212.blogspot.com