Laporan Praktikum Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum
Selasa, 08 April 2014
Edit
I. IDENTIFIKASI DAN PENGENALAN BAHAN PAKAN
A.
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Ternak-ternak dipelihara untuk
dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga
dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat
dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting
bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan
hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak
dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan
kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang
diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang
sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat
(makanan penguat).
Oleh karena hal tersebut, para
peternak harus bisa jeli di dalam menentukan bahan pakan apa yang sekiranya
bisa diberikan pada ternaknya. Di dalam menentukan bahan pakan, selain jumlah
nutrisi yang ada di dalamnya juga harus mempertimbangkan harga dari bahan pakan
tersebut supaya di dalam usaha peternakannya tersebut tidak mengalami kerugian.
2 Tujuan
a.
Menghindari pemalsuan bahan
pakan
b.
Menghindari kerusakan bahan
pakan
3. Waktu dan tempat
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini dilaksanakan pada tanggal
28,30 April 2009 dan tanggal 1,5,8 Mei 2009 dan bertempat di laboraturium
Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan,Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
B.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan Pakan Hijauan
Hijauan umumnya terdiri dari dari
berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan pertanian, rumput jenis
unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis leguminosa. Hijauan tersebut
merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Pakan
hijauan yang sudah tua mengandung serat kasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan
hijauan yang tua tersebut kurang bermutu. Hijauan yang bermutu baik adalah yang
tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kandungan protein leguminosa lebih
dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Oleh karena itu, kombinasi keduanya
merupakan bahan pakan yang bermutu (Sugeng dan Sudarmono, 2008).
Hijauan segar ialah makanan yang
berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar
ialah rumput segar, leguminosa segar dan silage. Hijauan kering ialah makanan
yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering
(AAK, 1983).
Makanan kasar ialah bahan makanan
yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi. Bahan ini umumnya terdiri dari
makanan huijauan yang berupa rumput atau leguminosa dalam bentuk yang masih
segar ataupun yang telah diawetkan seperti silage atau hay (AAK, 2008).
Potensi fisik jerami yang sangat
besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar
(37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos
dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala
utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan
protein (3-5%) yang rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua, jaringannnya
telah mengalami lignifikasi tingkat lanjut dan tingginya kandungan silikat
(Anonim, 2009).
Hijauan segar adalah semua bahan
pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong
terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh
ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari
rumput-rumputan, tanaman bijibijian / jenis kacang-kacangan (Anonim, 2009).
2. Bahan Pakan
Sumber Energi
Karbohidrat dan lemak merupakan
sumber energi utama. Zat karbohidrat ini bias berupa gula, pati atau serat
kasar. Makanan berbutir dan ubi-ubian banyak mengandung gula dan pati. Hijauan
merupakan sumber karbohidrat, apalagi makanan penguat seperti jagung dan
sorghum (Sugeng, 2000).
Umbi-umbian tumbuh banyak di daerah
tropis yang basah dan bermusim. Umbi-umbian yang paling banyak di daerah tropis
adalah ketela pohon, ubi, ketela ranbat, talas dan garut, mempunyai nilai
kandungan tenaga dalam bahan kering yang tinggi (Williamson dan Payne, 1993).
Bekatul biasanya bercampur
pecahan-pecahan halus dari menir dan lebih sedikit mengandung kulit dan selaput
putih serta berwarna agak kecoklatan (Lubis, 1963). Bekatul mendekati analisa
dedak lunteh, tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit. Susunan
zat makanannya sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4 %
serat kasar; 7,4 % lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8 %dan MP
70 % (Anggorodi, 1985).
Bahan pakan sumber energi mengandung
karbohidrat relatif lebih tinggi dibandingkan zat – zat makanan lainnya.
Kandungan protein sekitar 10% (Suprijatna, 2005). Bahan pakan sumber energi
bukan merupakan sumber zat makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses
metabolis zat makanan organik yang terdiri karbohidrat, lemak dan protei
(Wahju, 1997).
Pakan sumber energi memiliki
kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%. Dalam karbohidrat dan
protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu kurang lebih dari 4
kkal/gram, sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih besar yaitu kurang
lebih 9 kkal/gram. Sumber bahan energi yaitu jagung kuning, sorghum, tapioka,
beras, bekatul, dan lainnya (Wahyu dan jojo 1988).
3. Bahan Pakan
Sumber Protein
Tepung bulu adalah tepung bulu ayam yang telah
mengalami proses hidrolisis dengan jalan pengukusan pada suhu dan tekanan yang
tinggi. Tepung bulu mengandung protein yang cukup tinggi yaitu sebasar 75-80%
dengan nilai kecernaan protein di atas 75% bila proses pembuatannya baik
(Kamal, 1998)
Bungkil kedelai merupakan bahan
makanan yanbg dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, meskipun bungkil
kedelai tersebut sudah diambil minyaknya tetapi masih menyimpan protein nabati
sebesar kurang lebih 40% (Rasyaf, 2001).
Bungkil kelapa merupakan sumber lemak
yang baik untuk unggas serta mengandung protein. Bungkil kelapa selain mudah
didapat harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi ransum
maksimal sebesar 10 – 15%. Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam lemak juga
sebagai sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit (Hardjosworo, 2000).
Penggunaan bungkil kelapa seharusnya tidak lebih dari 20 % karena penggunaan
yang berlebihan harus diimbangi dengan penambahan metionin dan lisin (tepung
ikan) serta lemak dalam ransum. Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup
tinggi yaitu 18 % , sedangkan nilai gizinya dibatasi oleh tidak tersedianya dan
ketidakseimbangan asam amino (Rasyaf, 1991).
Golongan bahan pakan ini meliputi
semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal
dari hewan/tanaman).Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai
hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang
dan bungkil)
b.Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra, gamal dan sentero.
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan
sebagainya) (Anonim, 2009).
Bungkil kedelai merupakan sumber
protein yang cukup tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga kurang baik
jika diberikan terlalu banyak (Rasyaf, 1991). Kedelai mentah mengandung
beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak tahan
panas, sehingga bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu
tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum untuk unggas. Kualitas bungkil
kedelai ditentukan oleh cara pengolahan. Pemanasan yang terlalu lama dapat
merusak kadar lisin (Wahju.1997).
4. Bahan Pakan
Sumber Mineral
Bahan pakan sumber mineral umumnya
terdapat pada pakan berbutir dan hasil ikutannya serta hijauan. Pakan berbutir
kaya akan unsur P, sedangkan hijauan kaya Ca, tetapi unsure P- nya kurang,
kecuali hijauan jenis leguminosa. Tepung tulang kaya akan Ca dan P, sedangkan
kapur (giling) merupakan sumber Ca yang paling bagus dan harganya pun murah
(Sugeng dan Sudarmono, 2008).
Feed supplemen mineral lainnya adalah
bahan makanan yang memiliki zat mineral seperti bahan makanan yang terdapat
dalam jenis makanan yang menyimpan unsur zat Mg (Magnesium) yaitu: jenis
kacang- kacangan (Hartono, 1995).
Salah satu jenis batu kapur yang
disebut batu bintang ( watu lintang) adalah salah satu sumber mineral Ca yang
baik yang sering digunakan di dalam ransum ternak. Batu kapur yang baik hampir
murni tersusun dari kalsium karbonat (CaLO3) yang mengandung 36 sampai 38% Ca
(Kamal, 1998).
5. Bahan Pakan
Sumber Vitamin
Vitamin A dibentuk dari pro vitamin A
(karoten). Warna kuning pada umbi-umbian dan butir-butiran hijau sebagai
provitamin A, oleh dinding usus halus diubah menjadi vitamin A. Apabila
sebagian besar daun pada hiajauan masih berwarna hijau, berarti provitamin-A
nya masih tetap bertahan. Hijauan yang dipanen pada saat masih muda, provitamin
A-nya lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan yang tua (Sugeng dan Sudarmono,
2003).
Vitamin B12 dibutuhkan untuk
merangsang proses pertumbuhan, meningkatkan daya tetas, meningkatkan resistan
embrio dan membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B12 terdapat
pada tepung ikan (Hartono, 1995).
Vitamin K banyak terdapat pada
berbagai bagian tanaman hijau. Sejumlah senyawa mempunyai aktivitas seperti
vitamin K, dan yang digunakan sebagai standar normal adalah yang disebut
menadion. Ada tersedia beberapa derivat larut air yang berbeda yang
diperdagangkan sebagai sumber vitamin K. Dua di antaranya yang umum digunakan
adalah meradion sodium bisulfite dan menadion dimethilpyrimedinol bisulfite
(Kamal,1998).
Vitamin D berguna untuk metabolisme
dan mengatur keseimbangan unsur Ca dan P dalam tubuh, lebih- lebih untuk
pembentukan tulang. Vitamin D di dalam tubuh dibentuk dengan bantuan sinar
matahari. Di mana di bawah kulit terdapat provitamin D yang apabila kena sinar
pagi akan terbentuk vitamin D (Sugeng, 2000).
6. Feed Additif
Penggunaan antibiotika dalam usaha
peternakan ayam dewasa ini semakin populer. Penggunaan antibiotika dirasakan
mempunyai peranan penting dalam merangsang pertunbuhan ayam dan sekaligus
memperbaiki efisiensi dalam penggunaan makanan. Penggunaan euramian, telah
terbukti sanggup memperbaiki pertumbuhan ayam rata-rata sebesar enam persen,
efisiensi makanan sebesar tiga persen dan kasus penyakit berak darah berkurang
tiga persen sampai enam persen (Mutidjo, 1992).
Hormon oestrogen sintesis seperti
stiboestrol memiliki peranan perangsang pertumbuhan, sedangkan thyroxine dapat
merangsang pertumbuhan dan produksi susu dan wol. Hormon dapat dimasukkan
kepada ternak baik melalui mulut atau implantasi di bawah kulit. Dengan
implantasi, pelet ditempatkan pada pangkal telinga ternak ruminansia, dan di
leher pada komponisasi kimia ayam jantan muda (Williamson dan Payne, 1993).
Masih ada sejumlah bahan makanan
tambahan seperti “ nitrovin” yaitu suatu devirat guanidin dan senyawa
quinoxaline, yang nampaknya meningkkan laju pertumbuhan beberapa klas ternak.
Koksidiostat yang digunakan pada makanan unggas dan obat-obatan yang digunakan
dalam pengobatan histomoniasis pada kalkun juga bekerja sebagai perangsang
pertumbuhan (Hartono, 1995).
Ternak sering terserang oleh berbagai
macam penyakit, baik yang berupa parasit luar (ecto-parasite) maupun parasit
dalam (endo-parasit). Untuk mencegah timbulnya penyakit akibat teraserang
koksida (koksidosis) dapat digunakan berbagai macam koksidiostat. Salah satu
koksidiostat yang sangat efektif adalah sulfaquinoxalin. Di sampinng diberikan
sebagai aditif pakan juga dapat diberikan bersama air minum (Kamal, 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan
Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Aak. 2008. Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta
Anggoradi, H.R. 1995. Nutrisi
Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anonim. 2009. BALITNAK
Ransum Ayam Kampung. Martsiano.
http://wordpress.com Diakses tanggal 17 April 2009 pukul 10.48 WIB.
Anonim. 2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler.
www.poultryIndonesia.com diakses tanggal 17 April 2009 pukul 11.18
WIB.
Anonim. 2009. Pati Aren. www.suaramerdeka.com Diakses tanggal 17 April 2009 pada
pukul 12.16 WIB.
Anonim. 2009. Mendongkrak
Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju. www.pustakadeptan.co.id diakses tanggal 17 April 2009 pukul 12.38
WIB.
Anonim. 2009. Budidaya dan Pasca Panen. www.litbang_deptan.co.id diakses tanggal 17 April 2009 pukul 12.52
WIB.
Anonim. 2009. Biji Kacang Aren. www.Indobiogen.or.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 10.06 WIB.
Anonim. 2009. Bunga dan Biji Turi. www.griyokulo.tv.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 10.15
WIB.
Anonim. 2009. Bertanam Trembesi. www.sahabatlingkunganmultyplay.com
diakses taggal 20 April 2009 pada pukul 11.45 WIB.
Anonim. 2009. Agar Enceng tidak Bikin Gondok. www.katabermakna.blogspot.com diakses pada tanggal 20 April 2009
pada pukul 12.00 WIB.
Anonim. 2009. MBM Tempo Majalah.
www.tempointeraktif.com diakses tanggal 20 April 2009 pada
pukul 12.16 WIB.
Anonim. 2009. Bagaimana Memproses Tepung Ikan yang Baik. www.abswers.yahoo.com diakses tanggal 20 April 2009 pada
pukul 12.37 WIB.
Anonim. 2009. Struktur Komposisi da Nutrisi Jagung. www.balitseeal.litbangdeptan.go.id
diaksestanggal 20
April 2009 pada pukul 12.53 WIB.
Atjung. 2008. Tanaman yang Menghasilka Minyak, Tepung dan
Gula. Yasaguna. Jakarta.
Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang
Berhasil. Gunung Mas. Pekalongan.
Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil.
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri. Sumatra Barat.
Kamal, M.1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Fakultas
Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam.
Kanisius. Yogyakarta.
Parakasi, Amirudin. 1993. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Angkasa
Bandung.
Rasyaf, M. 2001. Beternaka Ayam Petelur. Penebar Swadaya.
Depok.
Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Knisius.
Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat, dan
Yuniarsih, Yuyun. 2001. Kedelai, Budidaya
dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Soeprapto dan Sutarman,
Tateng. 1982. Betanam Kacang Hijau. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sugeng, B. 2000. Berternak Domba. Penebar Swadaya. Depok.
Sugeng dan Sudarmono. 2008.
Beternak Domba Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Depok.
Suprayetno,dkk. 1981. Lamtoro gung dan Manfaatnya. Bhratara
Karya Aksana. Jakarta.
Wahyu, Jojo. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Pers.
Yogyakarta.
Wiliamson da Paeni. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. UGM
Pers. Yogyakarta.
Windyarti, S. S. 2007. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Depok.
II.
FORMULASI
RANSUM
.A.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tidak semua bahan dapat dimasukkan dalam kategori bahan pakan. Bahan pakan
adalah setiap bahan yang dapat di makan, disukai, dapat dicerna sebagian atau
seluruhnya, dapat di absorbsi dan bermanfaat bagi ternak, salah satu faktor
terpenting dalam kehidupan ternak adalah pakan. Dimana, apabila pakan yang
diberikan pada ternak dalam jumlah yang cukupdapat digunakan untuk beraktivitas
dan tumbuh berkembang.
Seperti manusia ternak tidak hanya membutuhkan pakan dalam segi kuantitas
yang cukup, tetapi kualitas harus juga terpenuhi. Pakan dengan kuantitas yang
cukup hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok ternak saja. Jadi kemampuan atau
perfoman produksi terlihat biasa saja atau bahkan kurang. Untuk mendapatkan
suatu produksi yang maksimal dibutuhkan suatu kasein bahan pakan, baik itu segi
kualitas maupun segi kuantitas. Segi kualitas pakan mencakup kandungan nutrien
bahan pakan, tekstur bahan pakan maupun tingkat palatabilitas ternak terhadap
pakan.
Pada ternak jenis ruminansia dan non ruminansia mempunyai kemampuan
mencerna pakan yang berbeda. Ternak
ruminansia mampu mencerna pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi, sedangkan
ternak ruminansia tidak dapat, dan hanya terfokus pada pakan dengan energi dan
protein tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan produksi semua jenis ternak
membutuhkan suatu pakan yang mengandung nutrien yang cukup. Nutrien yang cukup
tidak dapat di temukan dalam satu jenis bahan pakan. Untuk itu diperlukan suatu
campuran beberapa bahan yang mempunyai nilai nutritif tertentu yang sesuai
dengan tujuan dari peternak. Bahan pakan yang dicampur dalam satu kesatuan
pakan dan disusun sesuai dengan tujuan peternak biasa disebut ransum.
Ransum telah disusun dengan berbagai bahan pakan dan dapat pula berupa
bahan non pakan. Bahan penyusun ransum dapat berasal dari biji-bijian, hijauan,
ataupun batu-batuan yang ukurannya telah diperkecil. Dalam suatu ransum
terdapat suatu keunggulan tertentu, baik itu dari segi energinya ataupun
proteinnya. Baik itu dalam penyusunannya harus disesuaikan denan tujuannya.
Penyusunan ransum yang tepat sangat berpengaruh terhadap performan ternak.
Untk itu dalam penyusunannya tidak boleh secara asal-asalan tetapi harus
melalui beberapa proses tahapan dan perhitungan yang matang sebelum melakukan
suatu perhitungan untuk menyusun ransum diperlukan beberapa informasi terlebih
dahuli pada setiap kondisi dan situasi yaitu: 1,. Nutrien yang dibutuhkan
ternak. 2. macam bahan pakan yang akan digunakan. 3. tipe ransum, dan 4. jumlah
ransum yang dapat dikonsumsi.
- Tinjauan Pustaka
1. Formulasi Ransum
Dalam beberapa keadaan, peternakan akan merasa rugi bila memakai ransum
yang dibuat oleh salah satu pengusaha makanan ternak. Menyusun ransum untuk
keperluan sendiri dengan menggunakan bahan-bahan makanan yang mudah diperoleh
disekitar peternakan atau dengan bahan makanan hasil pertanian sendiri, mungkin
dapat lebih menguntungkan, sertab lebih sesuai dengan kebutuhan ternak yang
sedang dipelihara (Aminudin, 1986).
Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode
pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan
yang digunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan
terutama oleh pengolahan dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-bahan makanan
yang akan dipergunakan dalam ransum harus diketahui dahulu kandungan zat-zat
makanan dan bahan-bahan makanan tersebut
Penggunaan beberapa hijauan yang pada umumnya dibawah 4% dari total
formulasi ransum menyebabkan hijauan ini tidak akan kekurangan, apalagi hijauan
pada formulasi ransum unggas bukan bahan utama. Hijauajn itu dapat diganti atau
dihilangkan dari formula ransum tanpa menggangu kandungan nutrisi dan harga
ransum ( Rasyaf,1990).
Cara menyusun ransum perlu diketahui, bila ingin mengurangi biaya pakan.
Ada dua cara dalam penyusunan ransum, yaitu dengan komposisi tabel, berpedoman
kandungan protein dan jumlah maksimal penggunaan yang tersaji dalam tabel,
dengan cara perhitungan sederhana (Sandhy,
2007).
Salah satu metode untuk menentukan tepat tidaknya berapa bagian dari
masing-masing jenisbahan yang akan diperlukan dalam ransum adalah dengan
menghitung menurut sistem segi empat person. Dalam menentukan komposisi
bahan-bahan pakan diutamakan memperhatikan banyaknya jenis bahan yang berasal
dari tanaman, yaitu bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat, serat kasar
dan protein ( Djanah, 1971).
2. Pencampuran Ransum
Pencampuran ransum pertama-tama dimulai dari bahan yang paling sedikit
porsinya. Setelah homogen dimasukkan bahan makanan yang porsinya terkecil
kemudian begitu seterusnya dan terakhir dimasukkan bahan pakan yang jumlah atau
porsinya terbesar. Cara bertahap itu dimaksudkan agar tiap bahan makanan
tercampur homogen ditiap bagian sehingga sejumlah unsur nutrisi yang dirancang
benar-benar sampai ketujuannya (Rasyaf, 1994).
Sistem pemberian pakan yaitu penggabungan antara tepung halus (butiran
halus) dengan butiran kasar atau bijian, hal ini dilakukan semata-mata agar
kebutuhan tepung halus bisa terkurangi. Biji-bijian yang diberikan bersama
tepung halus ( yaitu dari bahan yang banyak terdapat di sekitar kita misal,
jagung,gabah, kedelai, bungkil kacang dan sebagainya (Marhiyanto,2000).
Pada pembuatan pakan ternak ada dua bentuk pakan yang dihasilkan yaitu
konsentrat dan pakan jadi. Pada dasarnya konsentrat merupakan formulasi pakan
yang berbentuk setengah jadi, biasanya konsentrat mengandung serat kasar rendah
dan mengandung nilai gizi sehingga dalam penggunaanya harus dicampur dengan
bahan-bahan lain yang mengandung protein ternak dan BETN sedangkan pakan jadi
merupakan formulasi pakan yang memenuhi persyaratan dan aliran sesuai dengan
kebutuhan ternak (Rasidi, 1998).
Dalam menyusun ransum dapat dilakukan dengan mencampur terlebih dahulu
bahan pakan yang mempunyai jumlah atau bagian kecil misalnya mineral, premix,
garam dapur, dan tepung batu. Hal ini bertujuan supaya campuran benar-benar
merata, sebab kalau teknik pencampuran ini tidak tepat dikhawatirkan bagian
yang kecil tidak merata pada setiap permukaan bahan yang lebih besar, seperti
jagung, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kacang dan tepung ikan
(Muslim,1993).
Untuk mendapatkan campuran ransum yang merata dan homogen, harus dilakukan
pencampuran dengan teknik yang benar. Pencampuran bahan baku pakan yang
beragam, ini dapat dilakukan secara mekanik dan manual. Dalam usaha ternak ayam
berskala besar, dapat digunakan mesin pengaduk yang disebut feed mixer,
sedangkan untuk usaha berskala kecil dan menengah. Pencampuran pakan ini cukup
dilakukan secara manual, yakni dengan menggunakan skep atau drum (Sudarmono,
2003).
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, p. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik.
Universitas Indonesia Press. Yogyakarta.
Djanah, Djamalin. 1971. Beternak Ayam. C.V. Yasaguna. Jakarta.
Juju, Wahyu. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Kumal, M. 1998. Bahan Pakan dan Penyusunan Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada . Yogyakarta.
Marhiyanto. 2000. Sukses Beternak Ayam Arab. Dika Publisiner. Yogyakarta.
Muslim. 1993. Budidaya Ayam Bangkok. Kanisius. Yogyakarta.
Rasidi. 1998. Formulasi Ransum Lokal Untuk Unggas. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf. 2000. Bahan Makanan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Sandy. 2007. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Djanah, Djamalin. 1971. Beternak Ayam. C.V. Yasaguna. Jakarta.
Juju, Wahyu. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Kumal, M. 1998. Bahan Pakan dan Penyusunan Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada . Yogyakarta.
Marhiyanto. 2000. Sukses Beternak Ayam Arab. Dika Publisiner. Yogyakarta.
Muslim. 1993. Budidaya Ayam Bangkok. Kanisius. Yogyakarta.
Rasidi. 1998. Formulasi Ransum Lokal Untuk Unggas. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf. 2000. Bahan Makanan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Sandy. 2007. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Untuk mendapatkan File Laporan Praktikum Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum Ini secara lengkap dan dalam bentuk Microsoft Word, Silahkan Download di bawah ini :
DOWNLOAD
Password RAR : thoms212.blogspot.com
DOWNLOAD
Password RAR : thoms212.blogspot.com