Makalah Pembuatan Briket Dari Kotoran Ternak
Jumat, 19 September 2014
Edit
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Limbah ternak merupakan sisa buangan
dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah
potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain-lain. Limbah tersebut
meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses. Sumber energi alternatif
yang dapat diperbaharui di Indonesia cukup banyak, di antaranya adalah
bahan-bahan limbah rganik. Limbah organik memiliki potensi yang cukup besar
adalah kotoran ternak, yang dapat dimanfaatkan menjadi briket dengan kualitas
yang baik serta lebih ekonomis.
Limbah peternakan merupakan bahan-bahan
yang kurang bernilai. Walaupun demikian, bila ditangani dengan baik akan
menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Pada praktikum Ilmu dan Teknologi
Pengolahan Hasil Ikutan Ternak akan dilaksanakan pembuatan briket limbah
ternak, sehingga akan diketahui penanganan hasil ikutan dan limbah peternakan
menjadi bahan yang lebih bernilai.
Pemanfaatan limbah
peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk
mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak. Limbah ternak merupakan sisa buangan
dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah
potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain – lain. Limbah tersebut
meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,
embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, dan isi rumen.
Dalam konteks itu pemantaan
kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan salah satu
alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk keperluan
rumah tangga. Dari kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenisbahan bakar yaitu
(gas bio) dan briket. Kendala pembuatan briket yang secara tradisional adalah
pada alatnya. Alat pembuat briket yang modern pasti sangat mahal. Oleh karena
itu penting sekali bagi kita untuk bisa menciptakan briket kotoran ternak
beserta alat pencetaknya yang sederhana.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu briket
kotoran ternak ?
2.
Alat apa yang
digunakan untuk pembuatan briket kotoran ayam broiler ?
3.
Bagaimana cara
pembuatan briket kotoran ayam broiler ?
4.
Apa keunggulan
dan kelemahan dari briket kotoran ayam broiler ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui cara
pembuatan briket kotoran ternak
2.
Mengetahui apa
itu briket
3.
Mengetahui
keunggulan dan kelemahan penggunaan brike
II. TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Briket Kotoran Ternak
Briket sendiri
adalah sumber energi alternatif pengganti Minyak Tanah dan Elpiji dari
bahan-bahan bekas, sampah maupun limbah-limbah pertanian yang tidak terpakai
dan diolah. Selain penghasil gas, bio, kotoran
ternak juga dapat menghasilkan briket kotoran ternak. Limbah peternakan dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat
diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih
mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah
ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang
lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbahai tujuan
(Sihombing, 2000).
B.
Alat yang Digunakan untuk Pembuatan Briket
Penggunaan kotoran ternak sebagai bahan pembuatan briket tidak
saja sebagai merupakan cara pemanfaatan energi yang lebih baik tetapi juga
dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kotoran ternak. Alat cetak briket manual
memilki fungsi mencetak briket dari bahan oganik, seperti kotoran Sapi baru ,
limbah pertanian yang mengandung karbon tinggi seperti: sekam, serbuk gergaji,
jerami, daun-daunan, serbuk arang, serbuk batubara, arang biomasa, dan arang
sekam. Sebagai bahan bakar rumah tangga di daerah pedesaan dengan hasil cetakan
berbentuk silinder (Zuhdi, 2011).
Screw conveyor
yang ada di dalam alat pencetak briket modern berfungsi untuk memindahkan
material/adonan. Kemudian dilakukan pemotongan sehingga menghasilkan suatu
briket yang diharapkan (Gale, 1995). Pada suatu studi dlakukan
penelitian mengenai masalah perubahan struktur makromolekul briket pada tungku
pengepresan alat pembuatan briket, dan menyimpulkan bahwa pengepresan baiknya
dilakukan pada kemiringan 90°C Ndaji dkk. (1997).
Alat pencetak
briket sangat penting dam proses pembuatan briket. Pengaruh terbesar terletak
pada kepadatan dan stuktur briket. Struktur briket atau bentuk dari briket
dalam proses pencetakan berpengaruhnya terhadap pembakaran. (Liu 2000). Rancang
bangun alat pencetak briket dengan skala ukuran 1:10. Bahan- bahan yang
digunakan adalah kayu. Rancang bangun alat pengering briket dengan drum bekas.
Tungku dirancangdengan menggunakan pengudaraannya lebih baik. Bahan tungku
adalah tanah liat (Herbawamurti, 2005).
Limbah peternakan
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat
diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih
mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah
ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang
lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbahai tujuan
(Sihombing, 2002).
Untuk mengatasi
kelangkaan bahan bakar perlu dicari sumber energi alternatif agar
kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Salah satu bahan
bakar alternatif ini ternyata dapat dibuat dari kotoran ayam broiler yang sudah bercampur dengan
litter.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif
yang tepat untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak. Limbah ternak
merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain –
lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti
feses,urine,sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak
sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan salah satu alternatif untuk
mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk keperluan rumah tangga
(Sofyadi, 2003).
Pemanfaatan
kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis bahan bakar yaitu biogas dan briket. Di
India dengan adanya tinja sapi sebanyak 5 kg perekor dan kerbau 15 kg perekor,
oleh pemerintah India disarankan untuk dihasilkannya dung cake (briket)
secara massal sebagai sumber energi (Nurtjahya, 2003).
III.
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Menangani Kotoran dan Alas Kandang
a. Kotoran
dan Alas Kandang
Kotoran dan alas kandang merupakan
limbah dari kegiatan budidaya ternak ayam pedaging. Kotoran kandang berupa
tinja ayam, pakan yang tercecer / tumpah.
Peternak menggunakan alas kandang yang dikenal dengan istilah litter. Tujuan pemberian litter adalah menyerap air yang tumpah
atau dari tinja ayam yang basah dan mengurangi kontak ayam dengan kotoran
(Anonim, 2007). Manajemen litter pada ayam pedaging adalah salah satu
faktor penting yang harus diperhatikan, karena selama hidupnya ayam berada di
atas litter yang bercampur dengan
kotoran.
Sebagian besar
peternak menggunakan sekam sebagai alas kandang. Adapun beberapa jenis bahan
yang dapat digunakan sebagai alas kandang lainnya adalah: jerami yang telah
dipotong kecil, serutan kayu (Fadilah, 2005).,Para ahli menyarankan ketebalan litter
7-10 cm, tergantung kondisi lingkungan dan musim. Biasanya jika ketebalan litter kurang dari 7 cm sering mengakibatkan alas kandang mudah
menggumpal sehingga banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuang gumpalan
tersebut. Jika tidak segera dibuang
kondisi tersebut bisa mempunyai efek negatif yang besar pada performance, kesehatan dan dalam
budidaya (Anonim, 2007).
Pada akhir
pemeliharaan ayam pedaging, biomassa litter bertambah banyak karena bercampur
dengan tinja dan sisa pakan yang tumpah. Selama pemeliharaan ayam pedaging setiap
ekor ayam menghasilkan kotoran dan alas kandang 1,75 kg. Dengan populasi ayam yang ada di di Kabupaten
Klaten pada tahun 2007 sebanyak 250 ribu ayam pedaging / bulan maka dalam satu
tahun populasi ayam menjadi 3.000.000
ekor sehingga jumlah kotoran dan alas kadang
yang dihasilkan 5,25 juta kg
(Djuriono, 2008).
Kotoran dan alas
kandang umumnya dijual dengan harga 750 rupiah
per karung ( setara 25 kg). Pada musim hujan bahan tersebut sering tidak
laku dijual sehingga banyak peternak yang mengambil jalan pintas untuk mengeluarkan kotoran kandangnya dengan
cara membuang di sembarang tempat atau dibakar.
- Menangani Kotoran dan Alas Kandang
SMK Negeri 1 Trucuk tahun 2006 disebutkan bahwa Standar Kompetensi Melakukan Penanganan
Kotoran dan Alas Kandang terdapat tiga kompetensi dasar yaitu :
(1) Mempersiapkan kan peralatan, (2) Melakukan penanganan
kotoran dan alas kandang, (3) Melakukan pemeriksaan.
Di dalam silabus kejuruan, dijelaskan
bahwa indikator dari kompetensi dasar mempersiapkan peralatan meliputi :
1)
Peralatan
yang digunakan untuk kerja diidentifikasi;
2) Peralatan
yang telah diidentifikasi dipersiapkan sesuai jumlah dan posisi yang
memungkinkan kerja secara efisien;
3) Peralatan diperiksa fungsinya, dan apabila
terjadi ketidak normalan fungsi dilaporkan, serta apabila mungkin dilakukan
perbaikan seperlunya;
4)
Kemungkinan
bahaya kerja diidentifikasi dan dimungkinkan untuk dicari teknik yang lebih
aman.
Indikator dari
kompetensi dasar melakukan penanganan kotoran dan alas kandang meliputi :
1) Pengumpulan
kotoran dilakukan sesuai dengan prosedur; Kotoran atau alas kandang ditempatkan pada tempat yang telah disediakan;
2)
Kotoran
dimasukkan dalam alat angkut sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan;
3)
Kotoran
dan alas kandang dibuang dengan mem-perhatikan kenyamanan lingkungan.
Indikator
dari kompetensi dasar melakukan pemeriksaan meliputi:
1)
Lembar
isian pekerjaan diisi dan dilaporkan kepada atasan untuk tujuan pemeriksaan
pekerjaan;
2)
Beberapa penyimpangan didiskusikan dengan tim
kerja dan dilaporkan kepada atasan.
Di
dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dijelaskan bahwa penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada standar kompetensi menangani kotoran
dan alas kandang adalah:
1)
:Sistem
dan prosedur untuk melindungi bahaya gas dan debu organik;
2)
Sistem
dan prosedur penanganan keamanan secara manual;
3)
Seleksi
penggunaan dan peralatan pakaian serta peralatan pelindung yang sesuai;
4)
Sistem
dan prosedur keamanan untuk mencegah bahaya kerja di kandang;
5)
Berat
beban peralatan dan muatannya tidak boleh melebihi standar K3
Peralatan
keamanan yang sesuai dalam menangani kotoran dan alas kandang meliputi: sepatu
boot, topi, overall, sarung tangan, kaca mata pelindung, pelindung rambut,
masker dan sistem pelindung terhadap gas organik.
Informasi
yang harus dicatat ketika melakukan kegiatan menangani kotoran dan alas kandang
antara lain:
1)
Kondisi
kotoran atau alas kandang; tanggal, waktu, temperatur , kelembaban, kecepatan
angin dan periode kegiatan dalam
kandang;
2)
Keberadaan unggas mati yang tertinggal;
3)
Keberadaan
telur yang pecah pada alas kandang;
4)
Keberadan
pakan dan air minum yang tercecer/tumpah
Situasi
yang harus diamati ketika melakukan kegiatan penanganan kotoran dan alas
kandang adalah kondisi kotoran atau alas kandang yang mengganggu kesehatan
unggas, misalnya: bau yang menyengat karena kandungan amoniak yang tinggi, suhu
dan kelembaban kandang yang terlalu tinggi.
Sejumlah
peralatan diperlukan dalam menangani kotoran dan alas kandang. Perlalatan itu digunakan untuk membersihkan dan menjaga higienis
kandang, mengangkut kotoran dan mengelola limbah.
- Kemampuan Menangani Kotoran dan Alas Kandang
Kompetensi dalam
menangani kotoran dan alas kandang membutuhkan pengujian yang berpatokan bahwa
kebersihan dan higienies kandang berpengaruh terhadap efisiensi produksi unggas
dan kesehatan kerja (Dimenjur, 2004). Pengetahuan dan ketrampilan unit
kompetensi ini harus dapat ditransfer kepada siswa. Adapun
pengetahuan yang diperlukan meliputi:
1)
Sifat-sifat
alas kandang yang baik dan yang harus sudah diganti.
2)
Karakteristik
alas kandang atau kotoran pada unggas yang sehat dan sakit.
3)
Pengaruh
kondisi alas kandang dengan kesehatan unggas.
4)
Usaha
untuk memaksimalkan higienis dan kenyamanan unggas.
5)
Pengawasan
lingkungan dan tata cara aplikasi praktis perusahaan.
6)
Bahaya gas yang ditimbulkan oleh alas kandang dan
debu organik.
7)
Upaya
untuk mengurangi bahaya K3.
8) Prosedur
yang berhubungan dengan manajemen limbah dan lingkungan, kesehatan serta
kenyamanan unggas.
Sedangkan
ketrampilan yang diperlukan meliputi:
1)
Mengenali
dengan mudah kotoran unggas sehat dan sakit
2)
Mengamati
dan mengenali serta menginterpretasikan kondisi kandang yang sehat
3)
Mengenali
dengan mudah alas kandang yang sudah waktunya diganti
4) Melaksanakan
kegiatan pengumpulan kotoran dan alas kandang serta melakukan pembuangan sesuai
dengan prosedur perusahaan
5)
Mengamati,
mengidentifikasi, dan peka terhadap keadaan lingkungan
6)
Memonitor
dan mencatat suhu, waktu, kelembaban dan kondisi kandang
- Teknologi Briket Arang
Teknologi briket arang artinya teknik
yang digunakan untuk mencetak arang menjadi padat dan dalam bentuk tertentu
agar mudah dikemas dan nyaman digunakan jika dibandingkan dengan menggunakannya
secara langsung (Djuriono, 2008). Teknologi briket telah berkembang dan telah
dikenal oleh masyarakat terutama kalangan industri.
Pada bulan Juli
tahun 2008, Program Keahlian Unggas SMK N 1 Trucuk telah menghasilkan cara
mengolah kotoran dan litter (alas
kandang) menjadi bahan bakar Hasilnya
menunjukkan bahwa bahan bakar dengan bahan baku litter bekas kotoran kandang ayam (LBKKA) cukup prospektif sebagai
pengganti briket batubara, LPG (berkaitan dengan penghangat anak ayam) dan
minyak tanah (Djuriono, 2008).
Proses pengolahan
LBKKA menjadi briket arang melalui beberapa tahap sebagaimana tampak pada
Gambar 2. Kegiatan
diawali dari pengumpulan kotoran dan alas kandang. Bahan ini diperoleh dari kandang ayam pedaging
yang baru saja dipanen.
Setelah bahan
terkumpul, maka dilanjutkan pembuatan arang
dengan menggunakan cerobong. Alat
ini terdiri dari ruang bakar yang terbuat dari kaleng dan pipa cerobong yang
terbuat dari seng.
Ruang bakar cerobong diberi bara api, selanjutnya LBKKA dicurahkan di
sekitar cerobong
Api dalam cerobong akan menyala dan merambat membakar LBKKA di
sekitarnya. Pembakaran berlangsung tanpa
menimbulkan api sehingga akan terbentuk arang. Cara ini membutuhkan waktu 3 jam untuk menghasilkan arang . Hasil
pembakaran adalah arang LBKKA Pembuatan arang LBKKA dengan menggunakan cerobong
cukup efisien dengan kapasitas pembakaran mencapai 15kg/jam.
Langkah selajutnya adalah menghancurkan arang menjadi serbuk/tepung yang
halus. Alat yang digunakan untuk menggerus/ menumbuk adalah berupa gilingan tepung yang
berteagakan mesin atau alat penumbuk sederhana berupa penumbuk (misaal lesung
dan alu penumbuk beras). Arang yang
telah dihaluskan kemudian disaring dengan saringan yang lembut.
Pada pembuatan briket arang dibutuhkan bahan perekat
supaya tidak mudah hancur. Bahan perekat yang biasa digunakan dapat berupa:
lumpur tanah, pati dari ubi kayu (aci) dan tetes. Untuk menghasilkan briket
arang yang kualitasnya baik bagi industri rumah tangga dengan tekanan
tekannya > 50kg/cm3 dan
komposisi adonan arang 88%, serbuk molase 12 % dari jumlah (Djuriono, 2008).
Briket sebanyak 1 kg dengan campuran
aci /tetes 12% ketika dibakar dapat bertahan selama 2 jam. Makin banyak persentase perekat pada briket
arang, makin kuat tekstur briket sehingga lebih tahan pecah, tetapi biaya
pembuatannya lebih mahal. Berbagai macam alat pencetak briket telah dikembangkan
mulai dari peralatan yang sederhana sampai dengan peralatan yang menggunakan
teknologi tinggi. Contoh alat yang digunakan untuk mencetak briket antara lain
: Pencetak Briket Sederhana; Mesin Pencetak Briket Model Pegas; Mesin Briket Semi-Motorik; Mesin Pencencetak Briket Vertikal; Mesin Pencetak Briket Horisontal.
a.
Pencetak briket
Sederhana
Pencetak briket Sederhana terdiri dari:
Bantalan, penumbuk, pencetak dan penekan.
Langkah
1: Alat pencetak diletakkan di atas bantalan, kemudian adonan arang dimasukkan
ke dalamnya.
Langkah
2: Mengisi besi pencetak denngan adonan arang sampai 2 cm di atas permukaannya.
Langkah 3: Adonan dipadatkan dengan besi
penumbuk.
Langkah
4: Meratakan dan merapikan adonan hingga rata dengan alat pencetak.
Langkah
5: Menyiapkan alat penekan briket
Langkah
6: Pencetak diletakkan tepat di atas penekan briket .
Langkah
7: Penekan briket ditekan penuh dengan tangan.
Langkah
8: Briket keluar dari lubang pencetak.
Langkah
9: Briket diambil dan siap dijemur/dikeringkan
a.
Mesin Pencetak Briket
Model Pegas
Alat ini terdiri dari: (1) Tuas Penekan,
(2) Pegas Pengendali, (3) Poros Penekan (4) Penekan Briket (5) Pencetak Briket,
(6) Rumah Penekan dan (7) Landasan.
Cara pemakaian mesin pencetak model
pegas adalah sebagai berikut :
1) Tempatkan alat pencetak briket pada landasan yang rata,
misalnya lantai yang rata, plat seng dan
lain-lain seperti gambar di atas.
2) Stel dengan memutar baut penyetel lubang pencetak sehingga
diameternya sesuai/pas dengan penekan.
3) Isi lubang pencetak dengan campuran briket bionergi sampai
penuh
4) Tekan tangkai penekan sampai mentok (tidak bisa ditekan lagi)
5) Lepas tangka penekan sehingga
ujung poros pelubang sumuran
diatas pencetak
6) Angkat unit mesin
pencetak dengan mengangkat stand/dudukan
7) Kendorkan pencetak dengan memutar baut pemutar
8) Angkat pelan-pelan pencetaknya sehingga lepas dari briket bioenerginya
9) Lepas batang pelubang
ventilasi.
10) Jemur briketnya sampai
kering.
b. Mesin Briket Semi
Motorik
Kapasitas produksi 250 kg/hari; satu unit mesin terdiri dari
mesin penggerus, pencampur dan pencetak.
Pada mesin penggerus digerakkan ole motor 1 PK, sedangkan mesin pencampur dan mesin pencetak
sepenuhnya dengan menggunakan tenaga manusia.
c. Mesin Pencetak Briket Vertical
Mesin ini dirancang untuk dapat mencetak dan menghasilkan
Briket dari bahan baku serbuk arang.
Adapun spesifikasi dari alat tersebut adalah sebagai berikut:
Kapasitas
Produksi: s.d 1.000 briket/jam
Penggerak
Mula: Motor listrik 1,5 HP
Muatan:
Campuran Serbuk Arang dan binder
Ukuran
Briket: diamter 5 cm tebal 3 cm
Dimensi:
Panjang = 60cm; Lebar = 50cm; Tinggi = 63cm
Berat:
~ 60 kg
d.
Mesin Pencetak Briket Vertical
Mesin ini dirancang untuk dapat mencetak dan menghasilkan
Briket dari bahan baku serbuk arang.
Adapun spesifikasi dari alat tersebut adalah sebagai berikut:
Kapasitas
Produksi: s.d 1.000 briket/jam.
Penggerak
Mula: Motor listrik 1,5 HP.
Muatan:
Campuran Serbuk Arang dan binder.
Ukuran
Briket: diamter 5 cm tebal 3 cm
Dimensi:
Panjang = 100cm; Lebar = 50cm; Tinggi = 63cm
Berat:
~ 70 kg
3.
Penggunaan
Teknologi Briket Arang dalam Pembelajaran Menangani Kotoran dan Alas Kandang.
Menangani kotoran
dan alas kandang adalah kompetensi yang sangat erat kaitannya dengan kompetensi
membesarkan unggas. Pendekatan pembelajaran yang dipakai adalah pembelajaran
berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah suatu proses
pembelajaran yang perencanaan, pelaksanaan dan penilainnya benar-benar mengacu
kepada penguasaan kompetensi oleh peserta (Anonim, 1999). Pendekatan
pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan
dalam proses pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta untuk
mencapai penguasaan kompetensi tertentu.
Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi, antara
lain:
a.
Fokus
kegiatan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta
b. Kondisi
proses belajar peserta untuk menguasai kompetensi, harus memiliki kesepadanan
dengan kondisi dimana kompetensi tersebut akan digunakan
c.
Aktifitas
belajar peserta bersifat perseorangan.
Antara satu peserta dengan peserta lainnya tidak ada
ketergantungan. Jadi peserta tidak
diperlakukan secara klasikal.
d.
Harus
tersedia program pengayaan bagi peserta yang lebih cepat dan program perbaikan
bagi peserta yang lamban, sehingga perbedaan irama perkembangan belajar setiap
peserta dapat dilayani.
Alokasi waktu 40
jam sesuai dengan tuntutan yang ada pada silabus kejuruan KTSP Program Keahlian
Budidaya Ternak Unggas masih dimungkinkan untuk diisi dengan kegiatan
pembelajaran yang bersifat meningkatkan
kemampuan siswa yang berkaitan erat dengan pengolahan kotoran dan alas kandang. Kemampuan yang dapat ditambahkan adalah
mengolah kotoran dan alas kandang menjadi arang briket. Kemampuan tersebut akan menjadikan siswa
mampu mengolah bahan yang sebelumnya hanya dibuang/dijual, menjadi barang yang
bermanfaat dan mempunyai nilai jual tinggi. Disamping itu dengan kemampuan siswa dalam mengolah kotoran dan alas
kandang menjadi arang briket, maka siswa juga mampu berperan dalam mencegah
pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit, serta turut membantu pemerintah
dalam penyediaan bahan bakar yang murah dan terbarukan (renewable).
Tuntutan yang harus
dipenuhi oleh guru agar dapat menghantarkan siswa mengolah kotoran dan alas kandang menjadi briket arang adalah
memanfaatkan teknologi briket arang dalam pembelajarannya. Pembelajarannya didesain agar siswa tertarik
terhadap materi tersebut.
Motivasi dapat
ditumbuhkan melalui penyadaran akan bahaya-bahaya yang timbul akibat kotoran jika tidak segera dikelola; Nilai
ekonomis kotoran jika dibandingkan dengan nilai briket arang; Mudahnya cara
membuat briket, Peluang pasar briket arang.
Seorang siswa dikatakan mampu mengolah kotoran dan alas
kandang menjadi briket apabila menguasai cara pembuatan arang dari kotoran dan
alas kandang. Selanjutnya
ia juga harus menguasai cara mengolah arang menjadi briket.
DAFTAR PUSTAKA
Arhief.2008. Pembuatan Briket. http://arhiefstyle87.wordpress.Com. /2008/04/10
/pembuatan-briket-arangdari-serbuk-gergaji/. Diakses pada hari Rabu, 30
November 2013 pukul 14.00 WIB.
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai
Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak.
IPB.
Bogor.
Rita. 2009. Briket
Sampah. http://bandarsampah.blogdetik.com.
Diakses pada hari Rabu, 30 November 2013 pukul 14.00 WIB.
Rizna.2009. Faktanya kompor BBA. http://sekolahmultiply.
multiply. com/journal /item/11. Diakses pada hari Sabtu, 30 November 2013 pukul
19.00 WIB.
Sofyadi, Cahyan. 2003. Konsep
Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. Badan Litbang
Departemen Pertanian. Bogor.
Sihombing D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha
Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Soehadji. 1992. Kebijakan
Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan.
Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Wahyu, Arozi. 2011. Pembuatan Briket Arang. Erlangga. Jakarta.
Widodo, Asari, dan Unadi,
2005. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk
Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Publikasi
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.