Pemeriksaan Parasit Pada Feses
Senin, 22 September 2014
Edit
Penyakit parasit pada hewan
merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak dan umumnya
tidak menimbulkan kematian, tetapi bersifat menahun yang dapat mengakibatkan
kekurusan, lemah dan turunnya daya produksi (Levine dan Norman, 2001).
Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman
dalam membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga
memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang
mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga bergantung pada
persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun
sediaan yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis
parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa
adalah tinja atau feses, sedangkan parasit darah dan jaringan dengan cara
biopsi, kerokan kulit maupun imunologis.
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan
yang kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel
epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis makanan serta
gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya dengan
frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan
laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan
diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai
pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses
masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan
mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Berdasarkan
gejala klinis dan dari pemeriksaan umum dan khusus. Dilakukan juga pemeriksaan
feses dan pemeriksaan darah untuk mendukung hasil diagnosis. Pemeriksaan feses
dapat dilakukan dengan metode natif, metode sentrifuse, metode Parfitt and
Banks, atau metode McMaster
1.
Metode
Natif
Pemeriksaan
feses dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Salah satu
metode kualitatif adalah metode natif. Metode natif dipergunakan untuk
pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi
ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan
lugol atau eosin 2%. Penggunaan eosin dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan
telur-telur cacing dengan kotoran di sekitarnya. Kelebihan metode ini adalah mudah dan cepat dalam pemeriksaan
telur cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit, serta peralatan yang
digunakan juga sedikit. Sedangkan kekurangan metode ini adalah dilakukannya
hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi.
Metode natif dilakukan dengan cara mencampur feses dengan sedikit air dan
meletakkannya di atas gelas obyek yang ditutup dengan deckglass dan memeriksa
di bawah mikroskop.
2.
Metode
sentrifus
Metode sentrifus dilakukan dengan cara 2 gram feses
yang akan diperiksa ditaruh dalam mortir, dan ditambahkan sedikit air ke
dalamnya kemudian diaduk sampai larut. Larutan ini dituangkan ke dalam tabung
sampai ¾ tabung dan disentrifuse selama 5 menit. Hasil dari proses sentrifuse
adalah cairan jernih dan endapan. Cairan jernih diatas endapan tersebut dibuang
dan sebagai gantinya dituangkan NaCl jenuh di atas endapan sampai ¾ tabung. Larutan
ini diaduk sampai merata dan disentrifuse lagi selama 5 menit. Setelah
disentrifuse tabung tersebut diletakkan diatas rak dengan posisi tegak dan
ditambahkan lagi NaCl jenuh sampai permukaan cairan menjadi cembung, diamkan
selama 3 menit. Untuk mendapatkan telur cacing, obyek gelas diletakkan pada
permukaan yang cembung dan dibalik dengan hati-hati, kemudian ditutup dengan
deckglass dan periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10×10.
3.
Metode
Mc.Master
Penghitungan jumlah telur cacing dan oosista yang
dieliminasikan per gram tinja dilakukan dengan metode Mc.Master. Metode ini
dilakukan dengan mencampurkan 1 gram tinja dengan aquadestilata sampai
volumenya mencapai 15 ml dan diaduk dengan pengaduk (magnetik stirrer) sampai
merata. Sementara menunggu meratanya campuran tadi, dobel obyek gelas disiapkan
dan diisi dengan larutan gula jenuh sebanyak 0,3 ml menggunakan spuit ukuran 1
cc. Dalam keadaan teraduk larutan tinja diambil sebanyak 0,3 ml dan dimasukkan
dalam dobel obyek gelas yang telah berisi larutan gula jenuh tadi. Campuran
tinja dan gula jenuh ini diaduk dengan jarum sampai merata dan didiamkan selama
3 menit. Dobel obyek gelas ini diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran
10×10 dan telur cacing serta oosista yang menempel pada obyek gelas yang
terhitung dikalikan 50.
4.
Metode
Parfitt and Banks
Metode ini digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya telur cacing pada feses (tinja) dengan menggunakan uji endap (sedimentasi), dengan prosedur
mengambil
3 gram feses (tinja) dan digerus dengan morir. Lalu campuran tersebut
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai setinggi 1 cm dari mulut tabung dan
didiamkan selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan diambil dengan pipt
tetes sehingga tinggal endapan saja. Kemudian ditambahkan air pada endapan tadi
setinggi 1 cm dari mulut tabung dan dikocok. Lalu didiamkan lagi selama 10
menit sampai terlihat endapan. Cairan jernih dibuang, lalu diteteskan NaOH 10%
sebanyak 3 tetes dan ditambah aquadest setinggi 1 cm dari mulut tabung, dikocok
dan didiamkan selama 10 menit sampai terlihat endapan. Cairan jernih dibuang
lagi. Kemudian diteteskan methylen blue sebanyak 3 tetes dan diaduk. Lalu
diambil endapan yang paling bawah dan diletakkan di atas gelas objek dan
kemudian diperiksa di bawah mikroskop (10 x 10).