Cara Melakukan Palpasi Rectal Pada Sapi
Rabu, 22 Oktober 2014
Edit
Deteksi kebuntingan merupakan suatu hal yang sangat
penting dilakukan setelah ternak dikawinkan. Secara umum, deteksi kebuntingan
dini diperlukan dalam hal mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera
setelah perkawinan atau IB, sehingga waktu produksi yang hilang karena
infertilitas dapat ditekan dengan
penanganan yang tepat seperti ternak harus dijual atau diculling. Hal
ini bertujuan untuk menekan biaya pada breeding program dan membantu manajemen
ternak secara ekonomis.
Biasanya para peternak mendeteksi kebuntingan dengan
memperhatikan tingkah ternak tersebut, apabila ternak telah dikawinkan tidak
terlihat gejala estrus maka peternak menyimpulkan bahwa ternak bunting dan
sebaliknya. Namun cara tersebut tidaklah sempurna dan sering terjadi kesalahan
deteksi kebuntingan. Menurut Partodihardjo (1992) tidak adanya gejala estrus
bisa saja karena adanya corpus luteum persistent atau gangguan hormonal
lainnya, hingga siklus berahi hewan terganggu.
Deteksi kebuntingan dini pada ternak sangat penting
bagi sebuah manajemen reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi ekonomi.
Mengetahui bahwa ternaknya bunting atau tidak mempunyai nilai ekonomis yang
perlu dipertimbangkan sebagai hal penting bagi manajemen reproduksi yang harus
diterapkan. Pemilihan metoda tergantung pada spesies, umur kebuntingan, biaya,
ketepatan dan kecepatan diagnosa. Pemeriksaan kebuntingan adalah salah satu
cara dengan menggunakan metode khusus untuk menentukan keadaan hewan bunting
atau tidak. Selain itu pemeriksaan kebuntingan hewan dapat digunakan untuk
membantu dalam pelaksanaan program inseminasi buatan (IB) dan untuk mendiagnosa
terhadap kemungkinan adanya kelainan dalam saluran reproduksi hewan.
Tujuan dari setiap metode yang digunakan dalam
pemeriksaan kebuntingan adalah untuk menentukan status kebuntingan dengan
ketepatan 100 % dan tidak mempunyai positif palsu atau negative palsu,
menentukan kebuntingan sedini mungkin, menentukan usia kebuntingan, menentukan
kemampuan keberlangsungan kebuntingan dan menentukan jenis kelamin fetus dan
bisa berhasil dalam waktu singkat.
Dalam usaha pembangunan Peternakan Kesehatan dan
reproduksi ternak menjadi faktor penting dalam mendorong populasi dan
pertumbuhan/perkembangan ternak. Karena dari reproduksi maka akan tumbuh
genarasi baru /individu ternak baru. Kecepatan pertumbuhan ini sangat di
tentukan:
1. Kondisi ternak yang dapat di nilai dari Body
Condition Scorer (BCS), di atas 3.
2. Kondisi kesehatan dan normalitas organ
reproduksi.
3. Keberhasilan fertilisasi baik kawin secara
alami maubun melalui teknik Inseminasi Buatan (IB).
4. Pemeliharaan selama kebuntingan.
Seorang petugas inseminar sebelum melakukan
Inseminasi Buatan (IB) sebaiknya melakukan palpasi rectal untuk mengetahui
lebih jauh tentang status estrus dan kondisi pada uterus. Karena jika ternayata
di dalam uterus telah terdapat fetus maka jika di IB akan menyebabkan abortus.
Lebih lanjut teknik palpasi rectal sabagai dasar
Teknik Pemeriksaaan Kebuntingan (PKB), Melalui teknik PKB maka dapat mendeteksi
lebih dini terhadap status kebuntingan, sekaligus mengetahui kondisi reproduksi
sapi. Pemeriksaan Kebuntingan melalui palpasi rectal, merupakan cara
pemeriksaan yang sederhana, namun membutuhkan ketrampilan dan latihan yang
intensif sehingga petugas PKB mampu mendiagnosa kebuntingan, sekaligus
menentukan umur kebuntingan, mengetahui posisi fetus dan memprediksikan
kelahiran. Dengan demikian maka dapat di prediksikan kondisi kebuntingan sapi,
sekaligus dapat mencegah kondisi gangguan rproduksi maupun gangguan kelahiran
pada sapi saat melahirkan.
Suatu pemeriksaan kebuntingan secara tepat dan dini
sangat penting bagi program evaluasi keberhasilan inseminasi buatan (IB).
Ketrampilan untuk menentukan kebuntingan secara dini sangat perlu dimiliki oleh
setiap petugas pemeriksa kebuntingan. Selain ketrampilan menentukan kebuntingan
perlu juga menetukan umur kebuntingan dan ramalan waktu kelahiran dengan
ketepatan beberapa hari sampai satu dua minggu tergantung pada tingkat
kebuntingan.
A. PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN
1. INDIKASI LUAR
Berhentinya
gejala-gejala birahi sesudah IB sudah bisa menandakan adanya kebuntingan, akan
tetapi tidak berarti bahwa seratus persen akan terjadi kebuntingan. Peternak
mungkin lalai atau tidak memperhatikan gejala birahi walaupun tidak terjadi
kebuntingan. Kematian embrio dini atau abortus mungkin saja dapat terjadi.
Perubahan-perubahan patologis dapat terjadi didalam uterus seperti myometra,
sista ovarium bisa menyebabkan kegagalan birahi.
Kelenjar
susu pada sapi dara berkembang dan membesar mulai kebuntingan 4 bulan. Pada
sapi yang pernah beranak/ sering beranak pembesaran ambing terjadi pada 1
sampai 4 minggu menjelang kelahiran.
Ternak
betina bertambah tenang, lamban dan hati-hati dalam pergerakannya sesuia dengan
bertambahnya umur kebuntingan. Pada minggu terakhir kebuntingan ada
kecenderungan pertambahan berat badan. Pada akhir kebuntingan ligamentum pelvis
mengendur, terlihat legokan pada pangkal tulang ekor, oedema dan relaksasi
vulva.
Pada
umur kebuntingan 6 bulan keatas gerakan fetus dapat dipantulkan dari dinding
luar perut. Fetus teraba sebagai benda padat dan besar yang tergantung berayun
didalam struktur lunak perut (abdomen).
2. INDIKASI DALAM
Palpasi
per-rektal terhadap uterus, ovaria dan pembuluh darah uterus adalah cara
diagnosa diagnose kebuntingan yang paling praktis dan akurat pad sapid an
kerbau. Sebelum palpasi rektal perlu diketahui :
a. Sejarah perkawinan ternak yang bersangkutan
b. Tanggal melahirkan terakhir
c. Tanggal dan jumlah perkawinan atau IB
d. Kejadian-kejadian penyakit pada ternak
tersebut
3. CARA PALPASI REKTAL SECARA RINGKAS SEBAGAI
BERIKUT :
a. Pemeriksa memekai pelindung sepatu boot,
pakaian praktek lapangan berlengan pendek
b. Memakai sarung tangan plastic
c. Kuku pemeriksa harus dipotong tumpul, rata,
licin dan tidak boleh memakai cincin
d. Melakukan pemeriksaan dengan tangan kanan
atau kiri sesuai kebiasaan
e. Waspada terhadap sepakan (tendangan) kaki
sapi yang biasanya terjadi menjelang atau waktu tangan dimasukkan ke dalam
rectum.
f. Sarung tanngan plastik harus dilicinkan
dengan sabun
g. Tangan dimasukkan kedalam rectum dalam bentuk
mengerucut dan diteruskan sampai melampaui organ reproduksi. Apabila feses
banyak maka perlu dikeluarkan terlebih dahulu.
h. Rasakan setiap perubahan-perubahan pada organ
reproduksi