Cara Pengawetan Daging
Senin, 13 Oktober 2014
Edit
Daging
merupakan bahan pangan hewani yang memiliki nilai gizi tinggi. Produk ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan gizi protein yang mengandung
susunan asam amino yang lengkap. Daging ayam merupakan produk yang disukai oleh
hampir setiap orang karena memiliki kandungan protein dan asam amino esensial,
dan juga asam lemak esensial, vitamin dan mineral yang baik untuk pertumbuhan
manusia. Cara pengolahan dan pengawetan untuk memperpanjang masa simpan daging
banyak dilakukan.
Kandungan
lemak pada daging ayam sekitar 25%. Tingginya kandungan lemak pada daging ini
sangat mudah mengalami kerusakan oleh mikroorganisme atau oksidasi lemak
sehingga masa simpannya menjadi rendah. Bahan pengawet yang biasanya
ditambahkan adalah garam, nitrit, nitrat, asam askorbat, sodium askorbat,
antioksidan sintetik dan alkalin fosfat.
Beberapa jenis pengawetan pada daging antara lain adalah : pengawetan
daging dengan suhu rendah, pengawetan daging dengan penggaraman, pengawetan
daging dengan pengasapan, fermentasi daging, dan pengeringan daging.
1. Pengawetan
daging dengan suhu rendah
Cara pengawetan daging dengan suhu rendah ada 2 macam yaitu
pendinginan (cooling) dan pembekuan (freezing). Pendiginan adalah
penyimpanan daging di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10 0 C.
Sedangkan pembekuan adalah penyimpanan daging dalam keadaan beku yaitu pada
suhu 12 sampai -24 0 C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan
pada suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan
bahan pangan selama beberapa hari atau minggu sedangkan pembekuan bisa sampai
berbulan-bulan. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam
hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam daging. Penggunaan
suhu rendah dalam pengawetan daging tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika
daging beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di biarkan mencair
kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat
kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya
terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya.
2. Pengawetan
daging dengan penggaraman
Penggaraman (curing) adalah cara pengolahan dan
pengawetan daging dengan menambahkan bahan seperti garam NaCl, Na-nitrit atau
Na-nitrat, dan gula. Curing bertujuan mendapatkan warna yang stabil,
aroma, tekstur dan kelezatan yang baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging
selama pengolahan serta memperpanjang masa simpan produk daging (Soeparno,
1992). Proses penggaraman daging dengan nitrit berperan sangat penting yaitu
bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobulin yang diubah menjadi
nitrosochemochrome, sehingga menyebabkan warna daging jadi merah. Bersama
dengan garam dapur, nitrit atau nitrat berperan sebagai pengawet dengan cara
menurunkan Aw produk.
3. Pengawetan
daging dengan pengasapan
Pengasapan bersifat pengawetan karena ada penyimpanan/
penimbunan di permukaan daging senyawa kimia seperti formaldehida,
asetaldehida, aseton diasetil, methanol, etanol, fenol, asam-asam format dan
asetat, furfural dehida, resins, bahan lilin, ter dan bahan lain yang semua
bahannya terdapat pada produk yang diasap dengan konsentrasi berbeda. Proses
pengasapan konvensional yaitu dengan menggantungkan produk dalam rumah
pengasapan selama 4-8 jam pada suhu 35-40°C atau meletakkan beberapa jam dalam
suatu ruangan dimana asap disalurkan dari pembangkit asap yang terdiri dari
suatu roda penggiling dan suatu tongkat kayu.
4. Fermentasi
daging
Fermentasi yaitu proses penguraian senyawa kompleks yang
terdapat pada daging menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh enzim
yang berasal dari daging itu sendiri atau dari mikroorganisme yang berlangsung
dalam lingkungan yang terkontrol. Proses penguraian ini dapat berlangsung
dengan atau tanpa aktivitas mikroorganisme, terutama golongan jamur dan ragi.
Enzim yang berperan dalam proses fermentasi terutama didominasi oleh enzim
proteolisis yang mampu mengubah protein.
5. Pengeringan
daging
Pengeringan daging ini biasanya dilakukan pada saat
ketersediaan daging yang berlebihan. Pengeringan dilakukan dengan pembatasan
air dengan pengeringan, penggunaan garam dan gula untuk mengendalikan kegiatan
air lebih lanjut dan berfungsi sebagai penghambat selektif terhadap kegiatan
enzim dan mikroorganisme, penggunaan bumbu-bumbu untuk membatasi perkembangan
selanjutnya dari mikroorganisme dan untuk memberikan rasa yang khas.