Makalah Penyakit Anthrax
Rabu, 08 Oktober 2014
Edit
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara beriklim
tropis dengan rata-rata cuaca yang panas dan lembab, serta keadaan yang kering
di beberapa kawasan terutama bagian timur. Keadaan ini dapat memungkinkan
berbagai jasad renik pathogen ataupun non-patogen tumbuh dan berkembangbiak
dengan baik. Situasi alam yang seperti ini, baik secara langsung atau tidak
langsung sangat mempengaruhi status kinerja kesehatan hewan begitu pula pada
masyarakat.
Pergantian cuaca yang bervariasi antar
daerah dan perubahan suhu udara antar waktu yang mencolok, sangat mempengaruhi
kondisi kesehatan individu. Pengaruh perubahan cuaca terhadap intensitas
penyakit dan infektivitas jasad renik dapat meningkat atau sebaliknya bahkan
dapat menurun hingga titik terendah. Jika derajad temperature dan kelembaban
udara di suatu daerah tinggi, maka penyakit dan aktivitas agen dapat
diperkirakan akan meningkat yang dapat memengaruhi ksehatan.
Antraks adalah penyakit menular akut dan
sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam
bentuknya yang paling ganas. Antraks
bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan
karena kulit para korban akan berubah hitam. Antraks paling sering menyerang
herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit ini bersifat
zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat
ditularkan antara sesama manusia. Manusia dapat terinfeksi bila kontak dengan
hewan yang terkena anthraks, dapat melalui daging, tulang, kulit, maupun kotoran.
Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena manusia mengonsumsi
daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit tersebut. Meskipun hanya
mengonsumsi dalam jumlah kecil. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia
menjadi rendah akibat: kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol),
kepayahan, iklim yang jelek (sangat dingin/panas) dan cekaman (stres).
Disamping itu penularan pada manusia dapat melalui luka.Meskipun begitu, hingga
kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang
yang mengidap antraks.
Anthrax umumnya menyerang hewan
herbivora seperti sapi, kambing, kerbau dan domba, namun untuk kasus di
Indonesia sendiri lebih banyak menyerang sapi. Penularannya sendiri biasanya
disebabkan karena spora anthrax yang tertelan ketika ternak sedang
digembalakan. Dalam tubuh hewan terinfeksi itulah spora mengalami perbenihan
dalam bentuk vegetative dan selanjutnya akan memperbanyak diri sampai berakibat
kematian pada hewan tersebut, dan ketika menjelang mati atau saat sudah menjadi
bangkai, maka bentuk vegetative akan keluar dan menyebar di lingkungan sekitar
menunggu tertelan oleh korban berikutnya dan terulang siklus yang sama.
Sayangnya kejadian kasus anthrax masih saja berulang, karena berbagai faktor
seperti tradisi peternak kita yang masih mengumbar ternaknya untuk mencari
makan sendiri dan akhirnya memakan spora anthrax yang ada dalam tanah, apalagi
di musim kemarau dimana ternak terpaksa merumput dekat sekali dengan tanah yang
telah tercemar.
BAB II
ISI
Kejadian anthrax bersifat universal
dimana dapat terjadi di seluruh wilayah dunia mulai dari negara yang beriklim
dingin, subtropis dan tropis, pada negara yang miskin, negara berkembang hingga
negara maju sekalipun. Kejadian anthrax pada manusia di Indonesia hampir selalu
berhubungan dengan wabah penyakit anthrax pada hewan. Tahun 2001-2004, kasus
antraks pada manusia dilaporkan terjadi setiap tahunnya.
Infeksi anthrax jarang terjadi namun hal
yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing dan
unta. Anthrax dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi
di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum
untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika
Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur
Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan
dibandingkan manusia.
Penyebab anthrax adalah sejenis bakteri,
yaitu Bacillus anthracis.Bakteri ini memiliki bentuk batang besar.
Sifat yang unik dari bakteri anthrax
adalah bila berada di luar tubuh hewan cenderung melindungi diri dengan
membentuk spora. Apabila di lingkungan sekitar pemeliharaan hewan atau aktivitas
masyarakat telah tercemar spora Bacillus anthracis, maka keadaan hawa
yang dingin, kekurangan makanan pada hewan dan kondisi adanya cekaman karena
keletihan spora trsebut dapat berperan selaku pemicu terjadinya infeksi oleh
jasad renik tersebut.
Sumber infeksi yang utama adalah setiap
bahan yang berasal dari hewan yang mati karena anthrax. Penyebaran spora
anthrax dapat melalui berbagai macam cara baik secara biologic mauoun mekanik,
antara lain melalui hewan pemakan bangkai tercemar, makanan atau minuman
tercemar dan air mengalir yang tercemar. Anthrax biasa ditularkan kepada
manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan
seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular anthrax.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari
produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan.
Anthrax dapat memasuki tubuh manusia
melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Anthrax tidak
mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.Bakteri B. anthracis ini
termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk spora.
Endospora yang dibentuk oleh B. anthracisakan bertahan dan akan terus
berdormansi hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini
menjadi inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan
akan terus membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke
dalam peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga
cara, yaitu :
1. Inhaled anthrax, dimana spora anthrax
terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan, namun kejadian ini sangat
jarang terjadi. Dari ketiga jenis tipe anthrax, memang tipe pernafasan adalah
yang paling berbahaya karena case fatality rate nya yang mencapai 100%.
2. Cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk
melalui kulit yang terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian
besar merupakan cutaneous anthrax (95% kasus). Bisa terjadi jika bakteri atau
spora masuk kedalam jaringan kulit yang lecet atau luka, dan menyebabkan lepuh
kemudian secara cepat berubah menjadi bisul bernanah dan akhirnya menjadi
koreng berwarna hitam. Anthraxjenis ini biasa terjadi di tempat penjagalan
hewan.
3. Gastrointestinal anthrax, dimana daging dari
hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandung
bakteri atau spora tertelan lewat mulut, biasanya terjadi karena makan daging
terinfeksi yang tidak dimasak sampai matang sempurna.
4. AnthraxMeningitis (Meningitis Anthrax).
Terjadi karena komplikasi bentuk anthrax yang lain, dimulai dengan adanya lesi
primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik dan kematian dapat terjadi
antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis purulenta akut
yaitu demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan kesadaran dan
kaku kuduk.
Beberapa gejala-gejala anthrax tipe
pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan
meningkat, muntah berwarna coklat atau hitam, buang air besar berwarna hitam,
sakit perut yang sangat hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks tipe kulit
ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok,
pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi
gatal tetapi agak terasa sakit. Anthraxterjadi setelah mengomsumsi daging yang
terkena antraks. Daging yang terkena antraks mempunyai berwarna hitam,
berlendir, dan berbau.
Ternak yang mati mendadak juga masih
disembelih dan selanjutnya dagingnya dijual kembali atau dikonsumsi, karena
jamak diketahui bahwa ternak merupakan aset berharga terutama bagi peternak
kecil, sehingga mereka tidak mau rugi. Ada beberapa ciri daging yang terkena
antraks yaitu berwarna kehitaman, berbau dan berlendir. Selain itu adanya
faktor ketidaktahuan dari sebagian peternak, bahwa bangkai ternak yang mati
akibat penyakit anthrax harus diperlakukan “sedemikian rupa” yaitu bangkai sama
sekali haram untuk dibuka, karena oksigen akan masuk ke dalam tubuh yang sudah
terpotong dan terbentuklah spora, sehingga langkah mutlak yang mesti dilakukan
adalah ternak yang mati dibakar, diberi desinfektan kemudian dikubur untuk
membantu pemutusan siklus penularan antraks.
Penularan dan penyebaran anthrax ada 5,
penularan dari hewan ke hewan atau ke manusia, penularan melalui spora,
penularan melalui hewan dan pakan ternak, dan penularan melalui konsentrat atau
bahan pakan dari hewan.
a. Penularan dari hewan ke hewan atau ke manusia
Anthrax
tidak bisa ditularkan oleh hewan yang satu ke hewan yang lainnya atau dari
manusia ke manusia secara langsung. Penularan dapat terjadi bila hewan atau
manusia lewat cairan tubuh yang mengandung kuman anthrax atau oleh spora yang
ada disekelilingnya.
b. Penularan melalui spora
Basil
anthrax berada dan berkerumun di dalam berbagai jaringan hewan sakit, keadaan
seperti ini kuman akan dikeluarkan dari tubuh melalui sekresi dan ekskresi
selama sakit atau menjelang kematiannya. Spora dengan cepat akan terbentuk dan
lebih lanjut mencemari tanah atau objek lain di sekitarnya. Bila terjadi hal
yang demikian, maka akan menjadi sulit untuk memusnahkan sporayang sudah
terlanjur terbentuk sehingga tersebar mencemari lingkungan.
c Penularan
melalui hewan dan pakan ternak
Rumput
yang dipangkas untuk pakan ternak sangat potensial sebagai pembawa spora dan
berisiko menularkan anthrax dari satu daerah ke daerah lain. Ketika rumput
untuk pakan ternak semakin kritis, pemotongan rumput biasanya cenderung semakin
ke pangkal batang yang berdekatan dengan tanah.Dengan demikian, ada tanah yang
terbawa pada rumput tersebut. Bila tanah tersebut mengandung spora anthrax,
maka akan menjadi sumber pencemaran di daerah tempat tinggal peternak tersebut.
d. Penularan melalui konsentrat atau bahan pakan
dari hewan
Infeksi
terjadi karena telah digunakan imbuhan pakan hewan yang terdiri atas tepung tulang
mentah yang berasal dari hewan yang tertular anthrax. Sebelum pakan diberikan
ke ternak harus dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dilakukan pada
suhu 130° C agar kuman anthrax bisa mati.
Ada
beberapa bentuk penyakit antraks pada ternak yaitu :
1. Bentuk per akut ditandai dengan kematian
mendadak dengan gejala sesak napas, gemetar dan kejang atau bahkan tanpa adanya
gejala.
2. Bentuk akut biasanya dikenali dengan demam
(sampai dengan 41°C), produksi susu menurun drastis dan keguguran bagi hewan
bunting, depresi, sukar bernapas, kejang
dan diikuti kematian yang disertai dengan keluarnya darah kental berwana merah
kehitaman dari lubang kumlah.
3. Bentuk kronis lebih umum ditemukan pada babi, ditandai
dengan lepuh di sekitar lidah dan kerongkongan.
Gejala infeksi anthrax pada hewan antara
lain hewan yang terinfeksi menjadi lemah, panas tubuh tidak merata, paha
gemetar, seolah-olah ada rasa nyeri meliputi pinggang, perut atau seluruh
tubuh. Periode inkubasi pada hewan herbivora yang rentan bervariasi dari
sekitar 36 jam sampai 72 jam, melanjut ke fase sistemik hiper-akut, biasanya
tanpa dikenali sebelum ada gejala. Gejala pertama adalah kematian mendadak satu
atau dua ekor dalam populasi terserang. Nafsu makan sangat berkurang atau tidak
ada. Sekresi susu dan ruminasi berhenti, perut menjaadi kembung. Daerah leher,
dada, sisi lambung, pinggang, dan alat kelamin luar menjadi bengkak.
Pembengkakan ini menjadi cepat berkembang dan meluas. Bila bagian tubuh
tersebut diraba terasa panas, konsitensi lembek atau keras. Kulit terlihat
normal utuh atau terdapat luka yang mengeluarkan eksudat cair berwarna kuning
muda.
Gejala awal pada sapi yang terserang
anthrax sering kurang jelas untuk dikenali, kecuali adanya demam tinggi sampai
42oC. Bengkak pada leher sering melanjut menjadi faringitis dan
terdapat reaksi busung di daerah glottis, sehingga menyebabkan sesak napas yang
makin memperparah penyakit. Sapi yang terinfeksi anthrax kesulitan buang air
kencing dan bila air kencing tersebut keluar dapat bercampur dengan darah.
Tinja bercampur darah berwarna merah hitam dan disertai oleh jaringan nekrotik
yang mengelupas.
Sejak dikenal bahwa Bacillus
anthracis adalah penyebab anthrax
pada hewan dan manusia, maka banyak usaha yang dilakukan ilmuan untuk
memproduksi suatu agen pembentuk zat kebal yang aman untuk digunakan dalam
memberikan perlindungan bagi hospes target yang terserang.
Keberhasilan dalam pengendalian anthrax
antara lain dipengaruhi oleh tipe peternakan, kondisi iklim, pemahaman
masyarakat, keadaan lingkungan, dan kebijakan pemerintah. Karenanya program
pengendalian anthrax antara satu negera dengan negara lainnya berbeda. Ada 3
macam cara untuk menanggulangi anthrax yaitu dengan vaksin, serum anti anthrax,
dan kemoterapi.
Dalam sejarahnya vaksin anthrax juga
mengalami beberapa perkembangan, awalnya vaksin dibuat oleh Pasteur dengan
menggunakan metode untuk melemahkan organisme penyebab penyakit fowl cholera,
akan tetapi tidak bias melemahkan Bacillus antrhacis. Penelitian
selanjutnya Bacillus antrhacis menjadi lemah bila diinkubasi dalam
kultur bakteri dengan pemanasan 42oC – 43oC yang
berdampak pada penghambatan sporulasi.
Di balik keberhasilan penggunaan vaksin
untuk mencegah anthrax, ternyata masih dijumpai kesulitan lapangan yang menjadi
kendala untuk memperoleh reaksi kekebalan optimal dan meminimalkan reaksi pasca
vaksinasi. Hewan adakalanya tidak memperoleh perlindungan yang cukup dan pada
kasus tertentu vaksin dibuktikan memicu reaksi tubuh yang terlalu kuat sehingga
hewan menjadi shock.
Penggunaan vaksin anthrax harus
dilakukan dengan hati-hati dan pemilik ternak harus diberitahu bahwa vaksin
anthrax da kalanya dapat menjadi sebab munculnya kejadian anthrax, karenanya
vaksin anthrax tidak boleh digunakan pada daerah yang tidak endemis, kecuali
bila diagnosis anthrax sudah diketahui secara pasti ada di daerah tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
1. Antraks adalah penyakit menular akut dan
sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya
yang paling ganas.
2. Antraks sering menyerang herbivora-herbivora
liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti
dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan antara
sesama manusia.
3. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan
empat cara yaitu: inhaled anthrax, cutaneous anthrax, gastrointestinal anthrax
dan meningitis anthrax.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso,
B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.
Akoso,
B. T. 2009. Epidemiologi & Pengendalian Anthrax. Kanisius.
Yogyakarta.
Soeharsono.
2005. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Kanisius.
Yogyakarta.