Penyakit Botulismus Pada Itik / Bebek
Rabu, 15 Oktober 2014
Edit
I.
PENDAHULUAN
Itik adalah salah
satu unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
Anseriformes, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus Anatini, dan genus
Anas (Srigandono, 1986). Itik adalah anggota unggas yang secara relatif tahan
terhadap berbagai penyakit unggas. Pada umumnya tingkat mortalitas yang dialami
oleh ternak itik tidak setinggi pada ternak ayam.
Itik merupakan
salah satu ternak unggas yang memiliki potensi yang luar biasa untuk memenuhi
kebutuhan sumber protein pada makanan manusia. Produk yang dihasilkan dari
beternak itik adalah daging dan telur. Pada saat ini, banyak makanan olahan
yang berasal dari itik. Permintaan pasar terhadap daging dan telur itik sangat
tinggi dari tahun ke tahun. Bahkan pada tanggal 26 Februari 2007 lalu,
pemerintah melalui Departemen Pertanian mengizinkan importasi 450 ton daging
bebek beku asal Malaysia. Terlepas dari pro dan kontra terhadap rencana
pemerintah tersebut, yang perlu kita ambil hikmahnya adalah beternak itik
merupakan peluang bisnis yang sangat menguntung dan prospektif, karena belum
terpenuhinya kebutuhan produk itik di pasaran oleh para peternak.
Salah satu
tantangan atau kendala bagi para peternak itik adalah mengatasi serangan
penyakit pada itik. Dalam beternak, bila terjadi penyakit yang menimbulkan
kematian sampai melebihi dari yang seharusnya, ini menandakan ada kesalahan
dalam tata laksana atau ada keteledoran peternak, karena penyakit yang
menimbulkan kematian yang tinggi itu, tidak akan muncul bila peternakan
dikelola dengan baik dan memenuhi syarat.
Berdasarkan macam
penyebabnya, penyakit pada itik digolongkan menjadi beberapa golongan, di
antaranya disebabkan oleh parasit, virus, bakteri, jamur, dan disebabkan oleh
sebab lain. Macam-macam penyakit pada itik memiliki berbagai macam reaksi dan
gejala masing-masing. Bahkan sering terjadi kematian dalam waktu yang sangat
singkat tanpa sempat terdeteksi oleh peternak.
Beberapa penyebab penyakit pada itik :
1. Penyakit yang
disebabkan oleh virus :
a. DVH (Duck Virus
Hepatitis)
b. Fowl Pox
2. Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri :
a. Haemorrhagic
Septicemia (Cholera)
b. NDD (New Duck
Disease)
c. Paratyphoid
d. Botulismus
3. Penyakit yang
disebabkan oleh parasit :
a. Parasit dalam
(Endo parasite)
b. Parasit luar
(Ecto parasite)
4. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur :
a. Pneumonia
b. Aflatoxicosis
5. Penyakit yang
disebabkan oleh sebab lain :
a. Bumble foot
b. Water belly
c. Prostrasi
phallus
Penyakit-penyakit
yang dapat menyerang itik yang tertera diatas merupakan beberapa dari sekian
banyak kemungkinan penyakit yang mengancam itik. Dalam papper ini kelompok kami
ingin sedikit membahas tentang penyakit yang disebabkan oleh bakteri yaitu botulismus.
Alasan kami memilih penyakit ini adalah karena kebanyakan peternak terutama
yang masih tradisional kurang terlalu memperhatikan penyakit yang berasal dari
bakteri disekitar lingkungan peternakannya. Barangkali justru bakteri yang
disepelekan oleh peternak tersebut akan dapat sangat mematikan bagi ternak
itiknya.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Botulismus
Botulismus merupakan penyakit yang bersifat
neuroparalitik (melumpuhkan syaraf), dan biasanya berakibat fatal. Botulismus
atau disebut juga Limberneck adalah suatu keracunan yang disebabkan oleh
toksin Clostridium botulinum (C. Botulinum). Bakteri tersebut berasal dari sisa pakan yang
membusuk, kadang-kadang juga dari bangkai hewan atau tanaman yang telah
membusuk dimana itik tersebut dipelihara secara ekstensif (digembalakan).
Penyebab botulismus adalah neurotoksin dari C.
botulinum yang merupakan bakteria berspora, berbentuk batang, Gram positif
dan bersifat anaerobik. Spora dari C. botulinum tersebar dalam tanah,
tumbuh-tumbuhan, isi usus hewan mamalia, unggas dan ikan. Dalam kondisi
tertentu, spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif yang dapat
menghasilkan toksin. Hal ini yang menyebabkan C. botulinum dapat tumbuh
dan menghasilkan neurotoksin dalam kondisi anaerobik seperti pada bangkai hewan
ataupun dalam makanan kalengan.
Botulismus pada itik biasanya merupakan keracunan makanan
yang dapat membunuh sekelompok itik sekaligus. Kombinasi infeksi dari bakteri
dan virus patogen unggas akan menyebabkan kematian terhadap itik tersebut.
Kasus botulismus dicurigai banyak terjadi di Indonesia yang menyerang ternak
unggas termasuk itik. Peternak biasanya menemukan itiknya mati setelah
mengalami kelumpuhan sesaat di sawah atau padang penggembalaan.
Botulismus dapat ditemukan dari darah hewan yang terserang. Gejala sampai kematian yang cepat dan terjadi hanya beberapa jam akan membedakannya dengan gejala penyakit oleh toksin lain seperti aflatoxin dan sebagainya. Diagnosis terhadap kematian semacam ini biasanya tidak dilakukan karena keterbatasan kemampuan laboratorium kesehatan hewan setempat.
Botulismus adalah basilus anaerobik Gram positif yang menghasilkan
spora tahan panas. Bakteri ini dapat tumbuh baik pada media biakan biasa.
Pertumbuhan paling subur terjadi pada 25ºC, tetapi juga tumbuh baik pada 20º
sampai 35ºC. Sporanya berbentuk bulat telur dan letaknya subterminal, dan
sedikit membengkak sehingga memberikan bentuk menggelembung pada sel.
1. Mekanisme
penyerangan bakteri terhadap tubuh itik
Mekanisme masuknya C. botulinum toksigenik ke
dalam tubuh dapat melalui kontaminasi luka, mulut/makanan dan inhalasi. C.
botulinum yang sudah masuk dalam tubuh dapat memproduksi toksin dalam
saluran pencernaan atau jaringan tubuh yang luka karena lingkungannya mendukung
untuk pertumbuhannya. Toksin tidak diabsorbsi melalui kulit yang utuh.
Sesudah toksin diabsorbsi, maka toksin masuk dalam aliran
darah dan ditransportasikan menuju sel neuronal lalu menyeberangi membran
vesikel endocytic dan memasuki sitoplasma. Di dalam sitoplasma, toksin
memecah beberapa protein yang membentuk synaptic fusion complex.
Pecahnya kompleks synaptic fussion mencegah vesikel mengalami fusi
dengan membran, yang akan mencegah pelepasan acetylcholine ke dalam
celah synaptic. Tanpa pelepasan acetylcholine neuronal, otot yang
berhubungan tidak dapat berkontraksi dan menjadi lumpuh.
Fungsi normal akan kembali dengan lambat melalui
kembalinya protein ke dalam sitoplasma atau melalui produksi synaps yang
baru. Kematian akibat botulismus secara akut terjadi karena obstruksi udara
pernafasan atau kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2. Mekanisme aksi
toksin pada neuromuscular
Otot rangka tubuh disyarafi oleh motoneuron yang
mempunyai sel-sel dalam batang otak atau sumsum punggung. Axon dari motoneuron lewat
dan keluar dari sistem susunan syaraf pusat di bagian anterior akar spinal
untuk membentuk syaraf perifer yang cabangnya berada dalam otot rangka lalu ke
terminal dan berhubungan dengan serabut otot lurik/kasar, membentuk synapses
neuromuskuler.
Satu kelompok serabut otot kasar disyarafi oleh
motoneuron tunggal membentuk motor unit. Sinyal yang dikirim ke otot untuk
berkontraksi berasal dari sistem syaraf pusat dan berlanjut ke serabut otot
rangka sebagai aksi potensial motoneuron. Aksi potensial mendepolarisasi
terminal motoneuron untuk menstimulasi pelepasan acetylcholine ke dalam
celah neuromuskular synaptic. Acetylcholine dilepaskan dari cytosol
yang mengatur exocytosis, suatu proses multi tahap yang melibatkan
partisipasi dari beberapa protein yang secara kolektif disebut SNAREs (soluble
Nethylmaleimide- sensitive factor attachment protein receptors).
Ketika acetylcholine mencapai membran otot postsynaptic,
ikatannya terhadap nicotinic cholinergic receptors membuka saluran
transmembran, menghasilkan suatu influx ion sodium (Na+) ke dalam
serabut otot dan berikutnya efflux dari potasium (K+); reduksi permulaan
ini dalam potensial membran serabut otot menimbulkan endplate potensial.
Ketika endplate potensial mencapai ambangnya, aksi potensial dibentuk
dalam otot, dan menyebabkannya berkontraksi.
Gejala yang timbul dari itik yang terkena bakteri
Clostridium botulinum adalah sebagai berikut :
a. Itik tidak
banyak bergerak, diam, dan murung.
b. Itik mengalami
kelumpuhan pada leher, sayap, dan kaki.
c. Pupil mata
melebar.
d. Kotoran cair
atau encer dan berwarna putih kehijauan.
e. Kadang-kadang
mengalami rontok bulu.
Ciri fisik itik yang sudah mati karena penyakit botulismus :
a. Tubuh menjadi
biru pucat
b. Bulu pada
tubuh berkurang
c. Terdapat
belatung/ulat didalam lambung apabila dilakukan pembedahan.
d. Bau bangkai
pada usia yang sama cenderung lebih menyengat.
B. Penularan
1. Penularan
terjadi jika itik memakan ulat yang sedang menjadi media perkembangbiakan jasad
renik organisme, sehingga bebek menjadi keracunan sedang ulatnya sendiri jika
sudah dicuci bersih tidak akan menularkan penyakit. C. botulinum yang
sudah masuk dalam tubuh dapat memproduksi toksin dalam saluran pencernaan atau
jaringan tubuh yang luka karena lingkungannya mendukung untuk pertumbuhannya.
2. Penularan
terhadap itik lain pun juga dapat terjadi apabila ada itik yang tidak sengaja
memakan makanan bersamaan dengan itik yang terjangkit penyakit Botulismus.
3. Penularan juga
dapat terjadi apabila terdapat luka pada ternak kemudian terpapar darah ataupun
media penularan dari ternak yang terserang penyakit tersebut.
4. Penularan
terhadap manusia juga bisa disebabkan karena memakan bangkai dari itik yang
tidak dimasak dengan benar.
5. Penularan lain
juga dapat melalui urin ataupun kotoran dari itik yang terserang penyakit.
6. Melalui spora,
bakteri dapat bertahan hidup dalam beberapa waktu dan akan tumbuh berkembang
bila mendapatkan tempat yang tepat atau telah dikonsumsi oleh ternak.
C. Pencegahan
Upaya
pencegahan yang dapat dilkukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit botulismus
antara lain:
1. Jauhkan ternak
itik dari tempat-tempat yang kotor, bangkai atau makanan busuk.
2. Pemberian
makanan yang bersih dan dalam bentuk segar.
3. Pemeliharaan
kesehatan dan kebersihan lingkungan peternakan maupun vaksinasi terhadap
penyakit.
4. Kandang itik
harus selalu dibersihkan agar tidak ada bangkai yang membusuk dilingkungan
kandang.
5. Mengeluarkan
itik yang terdeteksi terkena penyakit dan memusnahkannya dengan cara dibakar.
6. Selalu memantau
kondisi ternak itik, apabila terjadi hal-hal diluar kebiasaan itik, maka
karantinakan dan lapor ke dinas peternakan setempat.
7. Pencegahan yang
di lakukan dengan manajemen sanitasi biosekuriti dan program karantina yang
baik dan kontiyu.
D. Pengobatan
1. Pengobatan yang
dapat di lakukan segera berikan obat Laxantive atau yang organic berikan
Tetes Molasses.
2. Pengobatan dapat
dilakukan dengan cara memberikan obat laxanatia pencahar.
3. Berikan Epson
25 gram per 1 liter air.
4. Memberikan air
es dan juga minyak agar itik terus merasa haus, sehingga toksin dalam tubuhnya
melemah.
5. Diberikan obat lazantia
(obat cuci perut) untuk mengeluarkan racun dari saluran pencernaan atau
suntikan antibiotik botulismus type C sebanyak 2 - 4 ml ke dalam pembuluh
darah.
Bila masih memungkinkan ternak itik yang sakit dapat
diberikan obat-obatan pencahar agar itik mencret dan kuman beserta racunnya
dapat ikut keluar dari saluran pencernaan. Pengobatan secara tradisional yang
dapat membantu menyembuhkan yaitu dengan memberikan minyak kelapa satu sendok
makan dan air minum yang bersih. Minyak kelapa akan membuat itik haus dan ingin
minum sebanyak-banyaknya. Jika itik banyak minum, racun dalam darah itik akan
encer dan daya kerjanya berkurang, dengan demikian angka kematian dapat
dihindari.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Itik merupakan
salah satu ternak unggas yang memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan
secara intensif. Prospek yang sangat baik, karena itik dapat dijadikan sebagai
alat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Produk yang dihasilkan
dari ternak itik yaitu daging dan telur. Saat ini pun banyak sekali dijumpai
produk olahan dari ternak itik yang sangat digemari oleh masyarakat. Permintaan
pasar terhadap produk ternak itik juga memiliki prospek yang bagus.
Salah satu
tantangan yang harus dihadapi oleh peternak yang melakukan budidaya itik adalah
mengenai adanya serangan penyakit. Meskipun itik dikenal lebih kebal terhadap
penyakit dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, akan tetapi harus
dipersiapkan pencegahan penyakit secara intensif. Hal tersebut dikarenakan jika
penyakit sudah berhasil menyerang ternak itik, bukan saja penurunan produksi
bahkan bisa terjadi kematian pada ternak itik.
Penyakit yang perlu
diwaspadai oleh peternak budidaya itik, baik skala intensif maupun yang hanya
memelihara beberapa ekor sebagai sambilan saja yaitu penyakit yang menyebabkan
itik yang lumpuh dan lesu. Nama penyakit ini sering disebut dengan penyakit
Botulismus. Penyakit ini umumnya menyerang itik yang digembalakan.
Gejala-gejala itik
yang terserang penyakit botulismus yaitu itik lemah, lesu, dan lumpuh pada
leher, kaki dan sayap. Kadang-kadang itik tidak dapat berdiri tegak, bulu mudah
rontok dan jalan sempoyongan. Penyebab penyakit botulismus adalah akibat racun
yang dihasilkan oleh kuman Clostridium Botulinum yang sering ditemukan
pada bangkai atau tanaman yang sudah busuk.
Pencegahan selalu
lebih baik dibandingakan dengan pengobatan. Jadi, lebih baik mencegah itik
terserang penyakit ini daripada harus mengobatinya. Jika, penyakit botulismus
sudah terlanjur menyerang itik maka upaya pengobatan dapat dilakukan dengan
cara memberikan obat laxanatia pencahar. Adapun untuk pencegahannya dapat
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan pakan dan air minum. Usahakan selalu
baru dan bersih dan hindari memberikan pakan yang sudah basi, busuk dan
tercemar.