UJI FORMALIN DALAM BAHAN PANGAN
Selasa, 21 Oktober 2014
Edit
UJI
FORMALIN DALAM BAHAN PANGAN
A.
Tinjauan
Pustaka
Formalin
adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa di gunakan
untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin merupakan
bahan kimia yang disalahgunakan pada pengawetan tahu, mie basah, dan bakso. Formaldehid
(HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu
kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas
(menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat
mudah larut dalam etanol dan eter (Djoko, 2006).
Formalin merupakan
bahan kimia yang
biasa dipakai untuk membasmi
bakteri atau berfungsi sebagai disinfektan. Zat ini termasuk dalam golongan
kelompok desinfektan kuat, dapat membasmi
berbagai jenis bakteri
pembusuk, penyakit, cendawan atau
kapang, disamping itu juga dapat mengeraskan jaringan tubuh setiap hari.
Kita menghirup formalin
dari lingkungan sekitar. Skala kecil, formaldehida sebutan
lain untuk formalin secara alami ada di alam. Contohnya gas penyebab bau kentut
atau telur busuk. Formalin di udara terbentuk dari pembakaran gas metana dan
oksigen yang ada di atmosfer,
dengan bantuan sinar
matahari. Formalin mudah larut dalam air sampai kadar 55 %, sangat
reaktif dalam suasana alkalis, serta
bersifat sebagai zat pereduksi
yang kuat, mudah
menguap karena titik
didihnya rendah yaitu -210C (Winarno, 2004).
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan
manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai
jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian,
pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Formalin di dalam dunia fotografi biasanya
digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering
digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum,
pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai
bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan
sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Formalin dalam
kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen
seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat
sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Produsen sering kali tidak tahu kalau
penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang
memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing
menunjukkan bahwa pemberian formalin dalam dosis tertentu pada jangka panjang
bisa mengakibatkan kanker saluran cerna. Penelitian lainnya menyebutkan
peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung)
pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Yuliarti, 2007).
Peraturan Menteri
Kesehatan sudah menyatakan
bahwa formalin merupakan bahan
tambahan makanan terlarang, ternyata pada kenyataannya masih banyak para pedagang/produsen makanan
yang “nakal” tetap menggunakan zat
berbahaya ini. Formalin
digunakan sebagai pengawet
makanan, selain itu
zat ini juga
bisa meningkatkan tekstur kekenyalan
produk pangan sehingga
tampilannya lebih menarik
(walaupun kadang bau khas
makanan itu sendiri
menjadi berubah karena
formalin). Makanan yang
rawan dicampur bahan berbahaya
ini biasanya seperti
bahan makanan basah
seperti ikan, mie, tahu hingga jajanan anak di sekolah
(Afrianto, 2008).
Adanya formalin atau
tidak dalam makanan
bisa dengan tes kalium permanganat Uji ini cukup sederhana, dengan melarutkan serbuk kalium permanganat di air hingga berwarna pink (merah jambu) Perubahan warna pada larutan dari warna merah jambu pudar, maka menunjukan sampel tersebut mengandung formalin (Wardani, 2006).
bisa dengan tes kalium permanganat Uji ini cukup sederhana, dengan melarutkan serbuk kalium permanganat di air hingga berwarna pink (merah jambu) Perubahan warna pada larutan dari warna merah jambu pudar, maka menunjukan sampel tersebut mengandung formalin (Wardani, 2006).
Uji kualitatif formalin dalam makanan dapat dilakukan
dengan KMnO4, sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan
spektrofotometri meggunakan larutan Nash (Williams,1984), 2,4-
dinitrofenilhidrazin (Hadi, 2003) dan alkanon dalam media garam asetat
(Supriyanto, 2008). Hadi (2003) melaporkan bahwa analisis formalin menggunakan
2,4- dinitrofenilhidrazin dalam tahu diperoleh nilai rekoveri 85,3 + 3,92 % dan
dalam bakso 43,91 + 3,73%, dengan batas deteksi 11,43 pg/mL, sedangkan dengan
alkanon dalam media garam asetat menggunakan spektrofotometer dapat
meng-analisis kadar formalin sampai 3 ppm (Supriyanto, 2008). Selain itu
formalin dapat juga dianalisa dengan asam kromotropat yang dilarutkan dalam
asam sulfat (BPPOM, 2000).
B. Materi dan Metode
1.
Materi
a. Bahan
1) Sosis
Sapi 5 gram
2) Tempura
5 gram
3) Bakso
Sapi 5 gram
4) Sosis
Ayam
5) Bakso
Pedas
6) Kalium
Permanganat (KMnO4 1 N) sebanyak 1 tetes pipet drop
7) Aquades
b. Alat
1) Dua
buah tabung reaksi 10 ml diberi nama A dan B
2) Pipet
drop
3) Kertas
saring
2.
Metode
a. Isi
tabung reaksi A dengan aquades sebanyak 2 ml,
b. Kemudian
tambahkan 1 tetes pipet drop KMnO4 1 N,
c. Homogenkan
dengan pengaduk.
d. Isi
tabung reaksi B dengan aquades 10 ml,
e. Kemudian
masukan sampel sebanyak 5 g,
f. Lalu
homogenkan dengan pengaduk,
g. Saring
dengan kertas saring untuk diambil filtratnya,
h. Masukan
filtrate kedalam tabung A.
i.
Tunggu sampai 30 menit, jika warna merah
jambu pudar, maka menunjukan sampel tersebut mengandung formalin.
1.
Hasil
Tabel
1. Uji Formalin dalam Bahan Pangan
No
|
Nama Bahan
Pangan
|
Ciri-ciri
|
Asal
Daerah
|
Ada / Tidak
Berformalin
|
Menit
Ke-
|
1.
|
Sosis
Sapi
|
Warna
Merah
|
Kantin FP UNS
|
Ada
|
10
|
2.
|
Sosis
Ayam
|
Warna
Coklat
|
SD
Ngoresan
|
Ada
|
10
|
3.
|
Bakso
Pedas
|
Warna
Orange
|
Jebres
|
Ada
|
10
|
4.
|
Bakso
Sapi
|
Warna
Coklat Keabu-abuan
|
Jaten
|
Ada
|
10
|
5.
|
Tempura
|
Warna
Coklat
|
Gulon
|
Ada
|
10
|
Sumber : Laporan Sementara
2. Pembahasan
Pada praktikum pengujian kuantitatif kandungan formalin pada bakso sapi, sosis,
bakso ayam, nugget, dan galatin dilakukan dengan cara mengambil filtratnya yang
telah diberi aquades, dan diberi cairan kalium permanganate (KMnO4 1
N) sampai berwarna merah muda lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Sampel
sosis sapi dari kantin FP UNS, sosis ayam dari SD NGoresan, bakso pedas dari
Jebres, Bakso sapi dari Jaten, Tempura dari Gulon.
Adanya formalin atau
tidak dalam makanan bisa dengan tes kalium permanganat Uji ini cukup
sederhana, dengan melarutkan serbuk
kalium permanganat di air hingga berwarna pink (merah jambu) Perubahan warna pada larutan dari
warna merah jambu pudar, maka menunjukan sampel tersebut mengandung
formalin (Wardani, 2006).
Dari hasil pengamatan semua sampel positif
mengandung formalin. Filtrate dari bakso sapi, sosis ayam, sosis sapi, bakso
pedas, dan tempura mengalami perubahan warna bila dimasukkan ke dalam larutan
kalium permanganate (KMnO4 1 N) yang semula berwarna merah muda
menjadi tidak berwarna, sehingga dapat diindentifikasi sampel tersebut
mengandung pengawet formalin. Pada analisis kuantitatif, perubahan warna pada
larutan KMnO4 disebabkan karena aldehid
mereduksi KMnO4 sehingga warna larutan yang asalnya pink menjadi akhirnya
pudar/hilang. Hal ini menjadi dasar dalam pemilihan untuk melakukan uji
kuantitatif formalin.
D.
Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, maka
semua sampel produk makanan tersebut
tidak aman untuk dikonsumsi dalam
jangka yang panjang. Peraturan
Menteri Kesehatan sudah
menyatakan bahwa formalin merupakan bahan tambahan makanan
terlarang, ternyata pada kenyataannya masih banyak para pedagang/produsen makanan
yang nakal tetap menggunakan zat
berbahaya ini. Formalin
digunakan sebagai pengawet
makanan, selain itu
zat ini juga
bisa meningkatkan tekstur kekenyalan
produk pangan sehingga
tampilannya lebih menarik
(walaupun kadang bau khas
makanan itu sendiri
menjadi berubah karena
formalin). Makanan yang
rawan dicampur bahan berbahaya
ini biasanya seperti
bahan makanan basah seperti
ikan, mie, tahu hingga jajanan
anak di sekolah (Afrianto, 2008).
DAFTAR
PUSTAKA
Afrianto, Edi.
2008. Pengawasan Mutu
Produk/Bahan Pangan 1. irektorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar
dan Departemen Pendidikan Nasional.
Arisworo, Djoko. 2006.
Ipa Terpadu. Grafindo Media Pratama.
BPPOM, 2000, Pusat
Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.3/Makanan dan Minuman, Balai Pusat
Penelitian Obat dan Makanan, Jakarta.
Wardani.2006. http://groups.yahoo.com/group/beritabumi/message/525.
Di akses pada tanggal 11 mei 2012 pukul 09.38
Winarno, FG. 2004.
Keamanan Pangan 2. M Brio Press. Bogor
Yuliarti, N. 2007. Awas
Bahaya di balik Lezatnya makanan. Yogyakarta.