LAPORAN KIMIA PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA
Rabu, 12 November 2014
Edit
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Larutan
adalah campuran yang homogen dapat berupa gas, cair maupun padat. Unsur
terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut (solvent), sedangkan komponen yang jumlahnya
lebih sedikit dinamakan zat terlarut (solute).
Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous dan larutan yang mengandung zat
terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlalu
sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Konsentrasi larutan didefinisikan
sebagai jumlah zat terlarut yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara
lain :
a. Molaritas (jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan)
b. Molalitas (mol zat terlarut per 1000 gram pelarut)
c. Normalitas (jumlah mol ekivalenzat terlarut dalam 1 liter larutan).
d. Persen berat (gram berat zat terlarut dalam 100 gram
larutan)
Konsentrasi dapat
diketahui besarnya dengan menggunakan metode standarisasi. Salah satu metode
standarisasi adalah titrasi. Metode ini banyak dilakukan di laboratorium, salah
satunya adalah titrasi asam-basa. Proses titrasi diakhiri jika telah mencapai
titik ekivalen. Titik ekivalen adalah titik dimana penambahan sedikit titran
akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari praktikum Pembuatan Larutan dan Standarisasinya adalah :
a. Membuat
Larutan 0,1 NHCl
b. Menstandarisasi
HCl
c.
Menentukan
kadar Na2CO dan HCl.
3. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum kimia dasar acara ini dilaksanakan pada
hari Selasa
tanggal 8
November 2011 pukul
10.00 – 12.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak,
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
B.
Tinjauan
Pustaka
Suatu larutan
adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut campuran karena
susunannya dapat berubah
– ubah. Disebut homogen karena
susunannya begitu seragam sehingga tak
dapat diamati adanya bagian
– bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Campuran heterogen permukaan –
permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian – bagian atau fase – fase yang
terpisah (Pudjaatmaka, 1999 ).
Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam
larutan adalah pelarut. Komponen
yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat
terlarut (solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan
larutan dalam air atau aqueous.
Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan
pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan larutan encer.
Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan,
atau gas sebagai zat terlarut
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah suatu
cairan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Suatu titrasi satu cairan mengandung reaktan yang
ditempatkan pada biuret. Memakai skala titran yang ditambah dengan indikator
mo. Indikator menandai habisnya titrasi , titrasi biasanya terjadi pada asam ,
basa dan ditandai dengan adanya perubahan warna (Rivai, 1995).
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan,
kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman,
asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya.
Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan
asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini
merusak kulit (Brady, 1999).
Konsentrasi larutan
diperlukan untuk mengetahui komponen-komponen dari larutan, dimana pada
konsentrasi larutam ini menyatakan kualitas zat pelarut (larutan), sehingga
konsentrasi larutan harus menyatakan butir-butir standarisasi yang digunakan
untuk zat terlarut. Unsur pH, serta konsentrasi pada zat terlarut dan pelarut
sangatlah berpengaruh terhadap pembuatan larutan dan standarisasinya (Coles,
1996).
C.
Alat,
Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Labu
takar 50ml
b. Labu
takar 100 ml
c. Erlenmeyer
2. Bahan
a.
Larutan HCl pekat
b.
Aquadest
c.
Borax (Na2B4O7.10
H2O)
d.
Na2CO3
e.
Indikator MO (Methyl Orange)
3. Cara
Kerja
a. Pembuatan
larutan HCl 0,1 N
Larutan HCl dibuat dari larutan HCl
pekat dan volume yang dibutuhkan adalah : X = (3,65 x V) / 10 kL
dimana : V = volume HCL 0,1
N yang diinginkan
K = BJ HCl
L = kadar HCl pekat (%)
1)
Mengambil x ml HCl pekat, di masukkan ke labu takar 100
ml
2)
Isi dengan aquadest sampai tanda garis
3)
Mengocok
larutan hingga homogen dan dipindahkan erlenmeyer
b. Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax (Na2B4O7.
10
H2O)
Na2B4O7.
10
H2O + 2HCl → 2 NaCl + 4H3BO3 + 5H2O
1
grek = 2 g mol
1) Mengambil
0,4 gram borax murni
2) Masukkan
ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 50 ml aquadest, kemudian teteskan dengan
indikator Methyl Orange
3) Titrasi
dengan HCl sampai terjadi perubahan
warna
4) Menghitung
N HCl
c. Penentuan
kadar Na2CO3
1) Menimbang
0,75 gram Na2CO3, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml beri
aquades sampai tanda
2) Ambil
10 ml, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan indikator Methyl Orange 3 tetes.
3) Melakukan titrasi dengan HCl yang di buat
4) Menentukan
kadar Na2CO3.
D.
Hasil
dan Analisis Hasil Pengamatan
1. Hasil Pengamatan
2. Analisis
Hasil Percobaan
E. Pembahasan
Melalui pratikum ini, kita dapat mengetahui
pembuatan larutan. Larutan adalah merupakan campuran homogen yang dapat berupa gas,
cair, maupun padat. Pratikum ini kita melakukan tiga percobaan yang berbeda dan
kesemuanya saling terkait.
Pembuatan 0,1 N HCl, didapat dari 0,83 larutan HCl
pekat. Percobaan ini diperoleh hasil N HCl adalah 0,13 N. Hasilnya tidak bulat
0,1 N karena adanya kesalahan dalam praktikum yaitu aquadest yang ditambahkan tidak tepat pada tanda garis, kurang
homogen dalam mengaduk/mengocok larutan, lalu ada sedikit larutan yang tersisa
dalam labu takar setelah dipindahkan kedalam erlenmeyer.
Standarisasi 0,1 N
HCl dengan borax dapat dilakukan dengan cara titrasi menggunakan indikator MO.
Titrasi dihentikan jika sudah terjadi perubahan warna. Terjadinya perubahan
warna disebabkan oleh penambahan HCl secara terus menerus pada waktu titrasi,
sehingga larutan menggalami suatu keadaan yang mencapai titik ekivalen yang
bila dalam titik itu diberi penambahan HCl dalam titrasi maka akan menyebabkan
perubahan pH yang sangat besar.
Penentuan kadar Na2CO3
juga dilakukan dengan cara
titrasi. Kadar Na2CO3 yang diperoleh adalah 28,511%, padahal yang diinginkan
adalah 15%. Hal ini disebabkan mungkin karena pengambilan HCl dan Na2CO3 yang tidak
tepat. Besar kadar Na2CO3 dipengaruhi oleh N HCl,
volume HCl, BM Na2CO3, serta
massa Na2CO3.
F.
Kesimpulan
Hasil
praktikum acara I ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
- Larutan 0,1 NHCl dibuat dengan mencampurkan solute sebanyak 0,83 ml ke dalam solvent
- Dalam standarisasi 0,1 N HCl dengan borax didapatkan warna yang berbeda-beda yaitu warna awal jernih, warna proses kuning dan warna akhir merah muda.
- Mendapatkan nilai normalitas dari HCL dengan standarisasi sebesar 0,1
- Di dapatkan nilai kadar Na2CO3 sebesar 28,511%
- Dalam kadar Na2CO3 awal yang dihasilkan adalah warna jernih, warna proses kuning dan warna akhir merah muda
- Borax dan Na2CO3 bersifat asam karena saat ditetesi methyl orange mengalami perubahan warna ( kuning menjadi orange ).