Makalah Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK)
Kamis, 20 November 2014
Edit
A. PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Penyakit mulut dan kuku, atau sering
disebut PMK, adalah salah satu penyakit menular pada hewan dan sangat ditakuti
oleh hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara pengekspor ternak dan
produk ternak. Indonesia pertama kali tertular PMK pada tahun 1887 di daerah
Malang, Jawa Timur. Upaya pemberantasan dan pembebasan PMK di Indonesia terus
dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990, penyakit tersebut
benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui bebas PMK
oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office
International des Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari PMK merupakan
hasil kerja keras berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung
oleh kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam
melokalisasi penyakit ini.
Apabila PMK masuk kembali ke
Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat
besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi ternak di dalam
negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil
ternak. Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk
mewaspadai kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui
pengetahuan yang cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau
yang secara internasional dikenal sebagai foot
and mouth disease merupakan penyakit hewan yang paling ditakuti oleh semua
negara di dunia, karena sangat cepat menular dan menimbulkan kerugian ekonomi
yang luar biasa besarnya. Seluruhnya ada 15 jenis penyakit hewan menular
berbahaya, yang secara ekonomis sangat merugikan, yang dimasukkan dalam daftar
A oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office
International des Epizooties). Salah satu penyakit tersebut adalah Penyakit
Mulut dan Kuku (PMK). Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di Indonesia
tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur, kemudian penyakit menyebar ke berbagai
daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Kampanye vaksinasi massal
memberantas PMK dimulai tahun 1974 sehingga pada periode 1980 - 1982 tidak
tercatat lagi kasus PMK. Pada tahun 1983 tiba-tiba muncul lagi kasus di Jawa
Tengah dan menular kemana-mana. Melalui program vaksinasi secara teratur setiap
tahun, wabah dapat dikendalikan dan kasus PMK tidak muncul lagi. Pada tahun
1986 Indonesia menyatakan bebas PMK. Hal ini diakui di lingkungan ASEAN sejak 1987
dan diakui secara internasional oleh organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties –
OIE) tahun 1990. Pada tahun 2001 hanya ada 5 negara di dunia yang bebas dari
PMK yaitu Kanada, Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Indonesia.
B.
PEMBAHASAN
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah
salah satu penyakit menular pada sapi, kerbau, babi, kambing, rusa ,domba dan
hewan berkuku genap lainnya seperti gajah, mencit, tikus, dan babi hutan. Kasus
yang menyerang manusia sangat jarang. PMK atau yang secara internasional
dikenal sebagai foot-and-mouth disease
merupakan penyakit hewan yang paling ditakuti oleh semua negara di dunia, terutama
negara-negara pengekspor ternak dan produksi ternak, karena sangat cepat
menular dan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat luar biasa besarnya.
Seluruhnya ada 15 jenis penyakit hewan menular berbahaya, yang secara ekonomis
sangat merugikan, yang dimasukkan dalam daftar A oleh Organisasi Kesehatan
Hewan Dunia (Office International des
Epizooties). Salah satu penyakit tersebut adalah PMK.
Meskipun
persoalan PMK sampai dengan saat ini dianggap hanyalah merupakan masalah
kesehatan hewan dan tidak menyentuh kesehatan manusia, akan tetapi dampak PMK
menjadi sangat luas mengingat keterkaitannya dengan aspek penting yang
mempengaruhi kehidupan manusia yaitu aspek ekonomi dan perdagangan.
Gambar ternak penderita PMK .
Dengan
semakin meningkatnya arus lalu lintas orang dan barang serta semakin derasnya
arus perdagangan antar negara di era globalisasi, maka upaya untuk
memperkirakan tingkat kemungkinan terulangnya kembali kejadian wabah PMK di
Indonesia merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Ekboir (1999) mengatakan
jalur masuk potensial PMK ke negara-negara yang statusnya bebas telah mulai
berubah dalam tahun-tahun terakhir ini.
Penyakit
mulut dan kuku disebabkan oleh enterovirus yang sangat kecil dari famili Picornaviridae, Genus Aphtovirus. Ada
tujuh tipe virus PMK, yakni A, O, C, Asia¸ South African Teritorry (SAT) 1, 2,
3. Setiap tipe virus PMK masih terbagi lagi menjadi sub tipe dan galur (strain).
Sejauh ini di Indonesia hanya ada satu virus PMK, yakni virus tipe O. Virus
penyebab PMK ini berdiameter 10 – 20 milimikron dan terbentuk dari Ribonucleic acid (RNA) serta diselubungi
oleh protein. Sifat-sifat virusnya yaitu :
a. Sangat labil
b. Antigenisitasnya cepat dan mudah
berubah
c. Tidak tahan pH asam dan basa, panas,
sinar UV, desinfektans
d. Karena terdapat protein virus PMK tahan
berbulan-bulan terhadap kekeringan dan dingin
Sumber
penular virus PMK adalah semua hewan yang peka terhadap virus PMK, yakni hewan
berkuku genap, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, gajah, jerapah, dan
menjangan. (Suseno,P.P. 2008)
Pada
Manusia ini hampir selalu bersifat subklinis, tetapi virus dapat bertahan di
farings dan onsil sampai dua minggu.
Mungkin terdapat demam dengan vesikel pada bibir, mulut, kaki, dan tangan untuk
beberapa hari.
Pada
Hewan Secara klinis, tanda-tanda hewan yang terserang PMK adalah lesu/lemah,
suhu tubuh meningkat (dapat mencapai 41 0C), hipersalivasi, nafsu makan
berkurang, enggan berdiri, pincang, bobot tubuh berkurang, produksi susu
menurun bagi ternak penghasil susu, dan tingkat kesakitan sampai 100%. Tingkat
kematian pada hewan dewasa umumnya rendah, namun biasanya tinggi pada hewan
muda mycocarditis. Tanda khas PMK
adalah lepuh-lepuh berupa tonjolan bulat yang berisi cairan limfe pada rongga
mulut, lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan
antara kaki dan di ambing susu.
Gambar lesi terbuka
Diagnosis
dari penyakit mulut dan kuku didasarkan pada gejala klinis yang ditimbulkan.
Selain itu dilakukan koleksi sampel pada hewan yang menderita untuk diperiksa
dilaboratorium. Sampel isolasi dapat diambil melalui cairan lepuh, keropeng bekas
lepuh, dan sampel darah.
Pada
hewan, penularan virus PMK umumnya terjadi secara kontak dalam kelompok hewan
atau per os lewat makanan, minuman, atau alat-alat yang tercemar virus.
Meskipun virus PMK relatif peka terhadap lingkungan di luar tubuh hewan, namun
angka kesakitan dapat sangat tinggi karena hewan tertular mengeluarkan virus
dalam jumlah sangat banyak lewat ekskreta (tinja, urine), terutama air liur. Penularan
virus PMK dapat pula terjadi lewat bahan makanan beku yang mengandung tulang
atau kelenjar limfe. Sebenarnya, virus PMK dalam daging menjadi inaktif (mati)
saat terjadi pelayuan daging, ketika pH daging menjadi asam, namun virus PMK
yang berada di dalam sumsum tulang dan kelenjar limfe masih tetap hidup. Oleh
karena itu, beberapa negara mensyaratkan pengiriman daging dari negara tertular
PMK tidak boleh mengandung tulang dan kelenjar limfe, di samping persyaratan
lain. Orang yang bertugas di kandang dokter hewan, dan petugas kesehatan hewan
dapat menularkan penyakit dari suatu peternakan tertular ke peternakan lainnya
lewat sepatu atau alat lain yang tercemar virus PMK. Manusia : Tidak tentu. Hewan
: 1 – 21 hari tetapi biasanya 3 – 8 hari.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah
masuknya binatang dan hasil-hasilnya dari negara-negara dimana terdapat
penyakit tersebut. Vaksinasi binatang yang rentan terhadap penyakit pada daerah
perbatasan antara daerah yang terinfeksi dan yang tidak. Pemusanahan hewan-hewan
yang terinfeksi dan yang kontak dengannya ketika terjadi wabah di daerah yang
bukan enzootik. Tindakan Kewaspadaan PMK
Pemantauan dan Antisipasi oleh Petugas Dinas Peternakan/ Kehewanan dan
Karantina Petugas Dinas Peternakan/Kehewanan dan Karantina dapat mengantisipasi
masuknya PMK melalui impor ternak.
Untuk
mengendalikan penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi , tergantung pada keadaan
setempat. Mengendalikan arus lalu lintas ternak,dalam hal ini pengawasan
daging-daging ternak ,seperti tempat pemotongan daging,pasar dan lain-lain.
Melalui cara sebagai berikut :
a. Daging PMK boleh dijual belikan asalkan
dilayukan selama 24 jam
b. Tulang, jeroan, dan kepala : direbus
dahulu
c. Kulit : pemanasan dan pengeringan
sempurna
d. Air susu : pasteurisasi susu tidak
cukup untuk membunuh virus karena virus dapat berlindung dalam bahan-bahan susu
seperti: lemak, sisa-sisa sel dsb.nya.
Ketika
terjadi wabah,maka perlu dilakukan penanggulangan melalui Kebijakan sebagai
berikut.
a. Pengamatan terhadap manusia, hewan
berkuku genap
b. Pengobatan terhadap penderita
c. Pemberantasan hewan terinfeksi
Kerugian
Akibat PMK akan mendatangkan kerugian yang cukup besar karena mengakibatkan penurunan
produktivitas kerja ternak. Pada sapi potong, produktivitas kerja ternak
penderitan PMK akan menurun. Penurunan bobot hidup.Ternak yang menderita PMK
sulit mengonsumsi, mengunyah dan menelan pakan, bahkan pada kasus yang sangat
parah, ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya, cadangan energi tubuh
akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi
lemas. Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terserang PMK akan kehilangan
kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak
baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor
ternak mampu beranak lima ekor, karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun
menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%. Kerugian
ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi
serangan PMK, seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH)
ditutup. Akibatnya, pekerja di pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta
pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang
tidak menentu. Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil
bahan hewan, dan pakan. Pada manusia ketika terjadi kontak dapat menimbulkan
gejala seperti flu, dan akibat terburuknya dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan
kematian.