PAKAN KELAS 8. ADDITIF PAKAN
Senin, 17 November 2014
Edit
A.
Aditif
pakan.
Bahan pakan aditif adalah bahan
yang ditambahkan kedalam ransum dengan jumlah sedikit dengan tujuan tertentu.
Adapun hubungan antara bahan pakan dengan bahan aditif ini adalah bahwasanya
bahan aditif digunakan untuk meningkatkan kualitas produk. Beberapa informasi
penting untuk bahan tambahan atau aditif sehubungan dengan pengolahan pakan
ternak adalah bahan aditif diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam
jumlah sedikit, bahan aditif ini diperlukan agar produksi pakan optimal. Bahan
pakan kelas ini berfungsi antara lain untuk memicu
pertumbuhan, memicu produksi, memberi warna, memberi bau ataupun sebagai bahan
pengisi. Contohnya antibiotika, obat-obatan, hormon,
pengharum dan zat pewarna.
1. Strukturnya
menyerupai pusat aktif enzim, dengan efek enzim yang mengandung tembaga, maka
membersihkan radikal bebas, mencegah dari lemak over-oksidasi, meningkatkan
kemampuan hewan anti stres dan kekebalan.
2. Dibutuhkan
efek antibiotik dan anti-jamur dalam pakan dan saluran usus binatang.
C.
Macam-macam
aditif pakan
Macam ragam pakan aditif antara
lain aditif pada bahan pakan (contohnya agensia antioksidan, agensia cita
rasa), aditif untuk manipulasi pencernaan dan absorpsi nutrient (contohnya
buffer, enzim), aditif untuk kesehatan ternak (contohnya obat cacing), aditif
untuk meningkatkan kualitas produk (contohnya agensi pewarna, agensi
antiradical).
Biasanya aditif pakan diberikan
dalam ransum ternak untuk menghasilkan pertumbuhan yang diinginkan. Beberapa
aditif pakan yang diberikan antara lain:
1. Flavoring
agent, pemberi bau untuk meningkatkan palatabilitas pakan contoh cairan sukrosa.
2. Enzim
untuk memperbaiki daya cerna.
3. Vitamin,
sebagai sumber vitamin A dapat digunakan vitamin A asetat dan minyak ikan.
Sumber vitamin D2 digunakan vitamin D pada semua tanaman yaitu hasil
aktivasi sterol dalam tanaman oleh sinar ultraviolet. Sumber vitamin D3
digunakan vitamin D pada hewan yang merupakan hasil aktivasi sterol pada hewan
oleh sinar ultraviolet misalnya minyak ikan. Sumber vitamin E digunakan senyawa
vitamin E aktif, misalnya dl alpha
tokoferil asetat. Sumber vitamin K dapat menggunakan MCBC dan MPB.
4. Sumber
mineral : Tepung tulang, Tepung kerang (CaCo3), Garam (NaCl).
5. Antibiotic,
antibiotic dalam dosis rendah diketahui efektif terhadap pengontrolan infeksi
subklinis dan merangsang pertumbuhan hewan bila ditambahkan dalam air minum
atau kedalam pakan.
6. Sumber-sumber
karotenid ditambahkan kedalam ransum untuk memperbaiki pigmentasi dari broiler
dan kuning telur.
7. Hormon
atau zat lain yang digunakan untuk memperbaiki proses metabolisme dari ayam.
8. Asam
amino adalah monomer dri protein. Sebagai bahan pakan tunggal asam amino tidak
tersedia di alam, namun tersedia secara buatan. Asam amino yang biasanya kekurangan
dalam pakan adalah asam amino metionin dan lisin. Oleh karena itu, dipasaran
asam amino yang tersedia adalah DL-metionin dan L-lisin yang mempunyai
kemurnian 99%.
Berbagai
macam aditif pakan yang bersifat non nutritive antara lain :
1. Makanan
tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet.
2. Flavoring
agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan
palatabilitas pakan.
3. Enzim-enzim
yang memperbaiki daya cerna dibawah kondisi tertentu.
4. Antibiotika,
senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah untuk
melindungi pakan dari serangan perusak oleh mikroorganisme dan mencegah
timbulnya keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus.
5. Antibiotika
yang mempunyai spectrum luas (broad spectrum) dan daya absorpsi yang baik
ditambahkan kedalam pakan untuk memerangi penyakit khusus.
6. Senyawa-senyawa
kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya penyembuhan dari
antibiotika terhadap penyakit.
7. Obat-obat
pencegah cacing dalam saluran pencernaan.
8. Antioksidan
untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi.
9. Sumber-sumber
karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki pigmentasi dari broiler
dan kuning telur.
10. Hormon-hormon
yang digunakan untuk memperbaiki metabolisme ayam.
D.
Contoh
bahan aditif pakan
1. Antibiotik
dalam Pakan Ternak
Sejak
ilmuan berkebangsaan Rusia Metchnikoff (1908) berhasil mengklasifikasi jenis
mikro-organisma yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia, makin terkuak
lebar peranan penting akan berbagai genera mikroflora bagi kehidupan makhluk
hidup. Keseimbangan antara bakteri-bakteri yang menguntungkan dan merugikan
dalam saluran pencernaan sepatutnya menjadi perhatian lebih demi terciptanya
hidup yang sehat bagi manusia dan produksi yang tinggi bagi ternak.
Keseimbangan
populasi bakteri dalam saluran pencernaan
(eubiosis) hanya dapat diraih apabila komposisi antara bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli dan yang merugikan seperti Clostridia setidaknya 85% berbanding 15%.
(eubiosis) hanya dapat diraih apabila komposisi antara bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli dan yang merugikan seperti Clostridia setidaknya 85% berbanding 15%.
Dengan
komposisi tersebut fungsi “barrier effect“ mikroflora yang menguntungkan dalam
tubuh makhluk hidup dengan cara mencegah terbentuknya koloni bakteri phatogen
(colonisation resistence) bisa teroptimalkan.
Ketidakseimbangan
populasi antara bakteri yang menguntungkan dan merugikan (dysbiosis) berakibat
turunnya produksi ternak. Salah satu cara memodifikasi keseimbangan bakteri di
dalam saluran pencernaan adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik
dipercayakan dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri phatogen yang berakibat
melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan.
Tingginya
mikroflora menguntungkan tersebut dapat merangsang terbentuknya senyawa-senyawa
antimikrobial, asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga terciptanya
lingkungan kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri phatogen. Namun disayangkan
penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak dikarenakan resistensi ternak
terhadap jenis-jenis mikro-organisme phatogen tertentu. Hal ini telah terjadi
pada peternakan unggas di North Carolina (Amerika Serikat) akibat pemberian
antibiotik tertentu, ternak resisten terhadap Enrofloxacin yang berfungsi untuk
membasmi bakteri Escherichia coli.
Di
bagian lain residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk-produk ternak
seperti daging, telur dan susu dan akan berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsinya.
Seperti dilaporkan oleh Rusiana dengan meneliti 80 ekor ayam broiler di
Jabotabek menemukan 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam tercemar residu
antibiotik tylosin, penicilin, oxytetracycline dan kanamycin. Penggunaan
senyawa antibiotik dalam ransum ternak pun menjadi perdebatan sengit oleh para
ilmuan akibat efek buruk yang ditimbulkan tidak hanya bagi ternak tetapi juga
bagi konsumen yang mengkonsumsi produk ternak tersebut melalui residu yang
ditinggalkan baik pada daging, susu maupun telur. Beberapa negara tertentu
telah membatasi penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak seperti di
Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999.
Selanjutnya
pada 1 Januari 2006 Masyarakat Uni Eropa berdasar regulasi nomor 1831/2003
menetapkan tonggak pemusnahan berbagai macam antibiotik di mana selama beberapa
dekade belakang merupakan substans yang kerap digunakan oleh peternak di
berbagai belahan dunia. Tidak dapat dipungkiri sejak digunakannya antibiotik sebagai
senyawa promotor pertumbuhan dalam pakan ternak, telah terjadinya peningkatan
pendapatan peternak berkat kemampuan senyawa tersebut mengkonversikan nutrisi
dalam pakan secara efisien dan efektif. Akan tetapi, pelarangan tersebut tidak
menyeluruh hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin
(Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginiamycin dan
chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini, hanya tersisa empat antibiotik yang masih
diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu
flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na. Berbagai upaya
telah dilakukan bertahun-tahun untuk mencari bahan tambahan dalam pakan ternak
sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya tersebut.
2. Bahan
Aditif Pengganti Antibiotik
Konsep
pakan ternak berdasarkan kualitas semata (kebutuhan energi dan protein ternak)
mulai ditinjau ulang oleh nutritionis akhir-akhir ini. Tuntutan konsumen akan
produk ternak yang sehat, aman dan terbebas dari residu berbahaya telah mengajak
ilmuan untuk mencari alternatif sumber-sumber pakan baru sekaligus zat aditifyang aman. Konsumen rela membayar dengan biaya berlipat demi mendapat makanan
yang sehat, aman dan terbebas dari residu kimia. Produk pertanian dan
peternakan alami tanpa menggunakan secuilpun bahan kimia dalam bahasa Jerman
dikenal “okologische produkte” mulai mempunyai pasar tersendiri. “Feed quality
for food safety“ merupakan slogan yang acap di dengungkan dimana-mana pada
masyarakat Eropa termasuk Jerman. Kerja keras berbagai pihak dalam usaha
menemukan zat aditif pengganti antibiotik telah membuahkan hasil yang tidak
begitu mengecewakan. Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti mampu
meningkatkan produksi ternak tampa mempunyai efek samping bagi ternak dan
konsumen yang mengkonsumsinya. Beberapa alternatif zat aditif pengganti
antibiotik telah ditawarkan bagi peternak untuk memicu produksi dan reproduksi
seperti pro- dan prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil)
dan berbagai jenis enzim.