PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (Long Life Education In Islam)
Minggu, 16 November 2014
Edit
Belakangan ini banyak ditemukan permasalahan kehidupan yang
semakin hari semakin meningkat. Mulai dari permasalahan akhlak pribadi
seseorang sampai mengarah pada kebutuhan seseorang dalam kehidupan sehari–hari.
Namun, manusia memiliki sifat dan keinginan – keinginan untuk menjadi baik dan
maju dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga secara singkat bahwa pendidikan
sangat diperlukan manusia dan merupakan proses yang paling efektif untuk
terpenuhinya kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat. John Dewey
sebagai tokoh pendidikan dari Barat menawarkan konsep pendidikan yang tidak
mengenal kata “terlambat”, “terlalu tua”, atau “terlalu dini” untuk memulainya.
Menurutnya : “Educational process has no end beyond it self in its own and
end”. Konsep serupa dikenal kemudian dengan istilah long life education
atau pendidikan seumur hidup. Islam sebagai agama terakhir yang paling sempurna
memiliki ajaran bahwa kehidupan manusia berlangsung pada dua dimensi: dimensi
dunia dan dimensi akhirat. Dari pola hidup yang sedemikian luasnya, dengan
pasti Islam menawarkan pendidikan yang berlangsung tanpa batas. Berkenaan dengan pendahuluan di atas,
dalam paper ini lebih lanjut akan diuraikan ( 1 ) Fitrah Manusia dan Kaitannya dengan Pendidikan, ( 2 ) Pendidikan
Dalam Pandangan Islam,
dan ( 3 ) Belajar Dalam Kisah.
1.
Fitrah Manusia dan Kaitannya dengan
Pendidikan
Dalam
proses penciptaannya, manusia merupakan makhluk Allah Swt yang paling istimewa
yang telah dianugerahkan dengan berbagai fitrah-Nya. Menurut Hamka dalam Samsul
Nizar; “ pada diri setiap anak (manusia) terdapat tiga unsur utama yang
dapat menopang tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh maupun ‘abd Allah.
Ketiga unsur utama tersebut adalah akal, hati atau qalbu (roh), dan pancaindera
(penglihatan dan pendengaran) yang terdapat pada jazad – jazadnya”
Perpaduan
ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
membangun peradabannya. Ketika lahir, potensi manusia belum diketahui. Dalam
tahapan ini manusia hanya membawa insting, seperti menangis, merasa lapar dan
haus, dan lain sebagainya. Dengan perangkat fisik dan psikisnya, potensi
tersebut secara tahap demi tahap mengalami perkembangan ke arah yang lebih
baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif dan efisien adalah
melalui pendidikan. Proses ini dimulai sejak manusia lahir sampai
perkembangannya mengalami kefakuman, yaitu dengan adanya kematian.
Dari
uraian di atas dapat terlihat bahwa jauh sebelum bangsa Barat mengemukakan
prinsip long life education, Islam lah yang telah terlebih dahulu
memproklamirkan prinsip ini.
2.
Pendidikan Dalam Pandangan Islam
Pendidikan dalam Islam itu sudah dimulai dari kandungan
sampai liang lahat, atau bisa disebut dengan pendidikan sepanjang hayat (long life education). Pendidikan itu tidak harus selalu dilakukan ditempat yang
formal. Pembelajaran tingkah laku di lingkungan sekitar dan keluarga pun
disebut dengan pendidikan. Agama Islam menyebutkan pula bahwa pendidikan itu
harus didasarkan pada agama.
Pendidikan itu tidak hanya menuntut pengetahuan saja tetapi perlu adanya
keseimbagan antara akhlak. Lingkungan
sekolah berpengaruh juga dalam proses pendidikan. Lalu masyarakat, karena
lingkungan yang kurang baik akan cepat mempengaruhi dalam jalannya poses
pendidikan ini. Apalagi tentang pergaulan sekarang ini. Jika kita tidak dapat
memilah dan memilih mana yang baik untuk kita mungkin kita akan terjerumus
kedalam hal-hal yang kurang baik pula.
Karena dalam kenyataan ini orang itu jika kurang kuat
imannya secara tidak langsung akan mudah terpengaruh. Al Quran sudah memberi
petunjuk agar kita itu tidak ketinggalan / bodoh terhadap ilmu.
Pepatah mengatakan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina”. Tapi jangan lupa hal ini harus diseimbangkan dengan akhlak. Pendidikan itu
suatu proses memanusiakan manusia. Ilmu adalah bagian dari pendidikan. Menurut
pandangan Islam bahwa proses pendidikan itu perlu diimbangi dengan penanaman akhlak. Jadi
pendidikan dalam pandangan Islam perlu didukung. Dengan hal ini Islam tidak ingin umatnya awam dengan
pendidikan.
Pendidikan dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat. Dalam proses pendidikan terjadi suatu interaksi yang
saling berkaitan yaitu anak didik, pendidik, dan tujuan dari pendidikan itu.
3.
Belajar Dalam Kisah
Dalam
perspektif Islam, setiap muslim diwajibkan untuk menjadi manusia terdidik.
Kewajiban tersebut berlaku sepanjang hayat, mulai dari buaian sampai masuk
liang lahat. Hal ini berarti bahwa tidak ada proses kehidupan manusia yang
lepas dari pendidikan. Hidup adalah pendidikan, pendidikan adalah hidup itu
sendiri, life is education, education is life.
Dengan
demikian pendidikan haruslah menghidupkan dan tidak boleh mematikan manusia.
Pendidikan yang menghidupkan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan seluruh
potensi kemanusiaan manusia. Sedangkan pendidikan yang mematikan adalah
pendidikan yang tidak menghargai potensi. Kita merupakan orang biasa dengan
segala keterbatasan yang ada. Namun, untuk menjadi orang yang luar biasa dengan
pendidikan Islam dalam sepanjang hayat kita, kita harus bisa lebih banyak
belajar dari lapangan/realita kehidupan. Emha Ainun Najib juga banyak belajar
di kampus terminal. Tepatnya di Njomplangan atau teteg sepur dekat stasiun
Jombang. Ia pernah diajar oleh tukang becak karena pilih-pilih bis yang mau
dinaiki ke dengan cara berbohong. Semua bis distop. Kalau ternyata ke Kediri
atau Ponorogo, ia jujur bilang “ Ke Jogja “. Kalau yang lewat adalah bis ke
Jogja tapi bukan favoritnya (red Emha A. N) maka ia berbohong “ke
Ponorogo“. Lama kelamaan akhirnya pun diguyur hujan berkepanjangan. Maka tukang
becak pun nyeletuk, “inilah hukuman bagi orang yang berbohong“.
Itulah
sepenggal kisah fakta yang disampaikan oleh Solihin Abu Izzudin (2007:104)
dalam bukunya “Zero to Hero”. Dari sepenggal kisah tersebut dapat kita ambil
hikmah bahwa kita sebenarnya belajar untuk mendapatkan pendidikan dalam Islam
sebenarnya sebagian besar diperoleh di lapangan/realita kehidupan. Emha Ainun
Najib melakukan suatu kebohongan kecil, alhasil dia mendapatkan balasan dari
Allah Swt cuaca di daerah tersebut akhirnya hujan, sehingga dia tidak
mendapatkan bis yang dia dapat, justru basahan air hujan yang dia dapat. Dari
kisah itu memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita alangkah
indahnya kebesaran Allah Swt yang telah memberikan pelajaran hidup bagi kita,
dimanapun kita berada. Jadi pada prinsipnya long life education in Islam bukan
hanya diperoleh dari bangku formal saja seperti sekolah maupun perguruan
tinggi, namun diperoleh sebagian besar dalam liku-liku kehidupan kita sehari –
hari. Dengan adanya kisah tersebut kita sebagai umat muslim harus belajar dari
apa yang telah kita perbuat.
KESIMPULAN
Setiap hari dalam hidup kita selalu ada kejadian dan
peristiwa. Sungguh banyak dan mungkin kita tak pernah
menghitungnya. Seandainya saja kita sadar bahwa apa yang kita alami setiap
harinya adalah ilmu dan kita bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut, maka
mungkin saat ini kita akan jauh lebih baik dari sekarang. Dan hanya sebagian
orang saja yang bisa belajar dari kehidupannya sendiri juga dari kehidupan
orang lain di sekelilingnya. Ada yang mengatakan bahwa kehidupan adalah sebuah
sekolah dan pengalaman adalah filsafat yang mengajarkan dengan contoh. Jika
setiap kali menemukan masalah terus introspeksi diri dan menganalisa sebab,
akibat dan mengambil solusi dari masalah yang ditemui maka menurut saya itu
yang dimaksud “long life education in Islam”. Karena belajar bukan hak seorang
pelajar dan mahasiswa saja. Semua orang punya hak untuk belajar. Seorang petani
akan terus belajar bagaimana cara mendapatkan hasil panen yang melimpah,
seorang nelayan akan belajar cara menaklukan laut dan mendapatkan ikan yang
banyak. Bahkan binatang sekalipun selalu belajar setiap harinya. Dengan
nalurinya binatang bisa mengetahui, jika hari ini dia terperosok dijalan A,
maka besok dia akan lebih berhati – hati atau bahkan dia beralih ke jalan B
atau jalan lain agar dia tidak terperosok lagi.
Pada hakikatnya hidup adalah masalah. Dan yang perlu kita
syukuri adalah karena masalah itulah kita bisa hidup dengan tegar. Idealnya
sebagai muslim dalam mengenyam pendidikan selalu bermuara pada ridho
Allah semata. Niat, motivasi, dan tujuan belajar hanya untuk-Nya. Di sinilah
konsep Islam mengenai iman – ilmu – amal harus kita aplikasikan secara nyata.
Seorang bijak pernah berkata, jangan belajar untuk mencapai sukses tapi
belajarlah untuk membesarkan jiwa..Sekarang saatnya menata diri, hati, dan hari
dengan rencana dan aktivitas bermanfaat dan terarah. Nikmati perjalanan pencarian
makna hidup kita dengan Islam sebagai guide-nya. Jangan lewatkan
setiap momen hidup kita untuk terus dicari plus ditemukan hikmahnya. Dan
songsong keberhasilanmu dalam naungan rahmat, berkah, dan ridhoNya selalu.
Dan belajar itu sungguh sangat kompleks. Apalagi belajar
tentang Islam dalam kehidupan sehari – hari. Subhanallah selain mendapatkan
ilmu yang bermanfaat kita juga mendapatkan pahala dari Allah Swt. Itu semua
tergantung pada niat dan keikhlasan kita masing – masing untuk mempelajari dan mengamalkan
ilmu Dienul Islam. Dan dimana pun dan kapan pun kita harus selalu lebih baik
walaupun tidak menjadi yang terbaik ( syukur-syukur menjadi yang terbaik )
dalam setiap langkah hidup kita.