PENYAKIT SCABIES PADA TERNAK
Kamis, 20 November 2014
Edit
Scabies atau kudis adalah salah satu penyakit yang
sering dijumpai pada kambing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei
varian hominis yang menyebabkan dermatitis gatal yang parah. Klasifikasi
dari tungau tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kingdom : Animalia
2. Filum : Arthropoda
3. Kelas : Arachnida
4. Ordo : Acarina
5. Sub-ordo : Sarcoptiformes
6. Famili : Sarcoptidae
7. Genus : Sarcoptes
8. Spesies : Sarcoptes scabies
9. Varietas : caprae
Bentuk morfologi
tungau Sarcoptes scabies cenderung bulat atau oval. Sedangkan ukurannya
sangat bervariasi yaitu berkisar antara 380-270 μm untuk tungau betina,
dan 220- 170 μm untuk jantan (Flynn, 1973). Sementara itu Soulsby (1982)
menyatakan tungau betina dapat mencapai ukuran 330-600 μm x 250-400
μm sedangkan yang jantan 200-240 μm x 150-200 μm. Dengan
demikian, dari ukurannya dapat diketahui bahwa tungau betina cenderung memiliki
ukuran tubuh yang lebih besar dibanding dengan tungau jantan.
Siklus hidup tungau
berlangsung pada tubuh inang, terdiri atas beberapa tahapan yaitu telur, larva,
deutonimfa dan bentuk dewasa jantan atau betina. Tungau jantan bertemu
dengan tungau betina pada permukaan yang normal dari epidermis kulit (Williams
et al., 1985). Siklus hidup Sarcoptes dimulai dari tungau betina dewasa,
setelah dibuahi maka sarcoptes akan mulai membuat lubang atau terowongan di
bawah permukaan kulit untuk meletakkan telurnya, sekaligus juga membuang
kotorannya di terowongan tersebut. Panjang terowongan bisa mencapai 3 cm dan
terbatas dalam lapisan epidermis kulit. 4 - 5 hari kemudian mulai bertelur dan
meletakkan 3 - 5 butir telur per hari dalam terowongan tersebut sampai
jumlahnya mencapai 40 - 50 telur. Tungau betina ini dapat mengeluarkan telur
sebanyak 90 butir sepanjang siklus hidupnya. Setelah meletakkan telur-telurnya,
tungau betina akan mati. Umur tungau betina hanya mencapai tidak lebih dari 3 -
4 minggu. Sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi (Oktora, 2009)
Telur akan berada
di terowongan antara 3 - 10 hari setelah itu menetas menjadi larva berukuran
215 x 156 μm yang memiliki tiga pasang kaki. Larva dapat tinggal dalam
terowongan, atau bermigrasi ke luar pada daerah sekitarnya untuk mencari
makanan, kemudian kembali dan menggali kulit lebih dalam untuk membuat tempat
moulting (moulting pocket) menjadi tahap nimfa (Kelly, 1977). Nimfa
memiliki empat pasang kaki namun organ kelaminnya belum berkembang. Nimfa berukuran
220 x 195 μm (Flynn, 1973; Soulsby, 1982). Setelah 2 - 3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan atau betina dengan 4 pasang kaki.
Selanjutnya nimfa akan tumbuh menjadi parasit dewasa dalam kurun waktu 2
minggu. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8 - 12 hari (Oktora, 2009). Siklus ini akan
berulang kembali sepanjang tungau tersebut masih hidup. Siklus hidup penuh dari
tungau sejak fase telur sampai dengan tungau dewasa penuh adalah 17 - 21 hari
(Urquhart et al, 1987). Tungau mampu bertahan hidup di luar tubuh inang 2-6
hari pada suhu ruangan, dan bisa bertahan hidup hingga 22 hari pada lingkungan
yang sedikit lembab.
Penyakit
scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke
manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung
melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui
baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih terdapat kutu Sarcoptesnya. Penyakit ini adalah salah satu penyakit
menular yang sering ditemukan. Ditandai adanya radang pada kulit dengan
disertai keropeng dan juga rontoknya bulu pada daerah yang terserang penyakit. Scabies
menyebar dengan mudah melalui kontak langsung, dan berbagai media penularan
yang ada di kandang. Penyakit scabies dapat menimbulkan kerugian yang
besar akibat penurunan berat badan, penurunan produksi daging, kualitas kulit
dan gangguan kesehatan masyarakat dan penurunan harga jual kambing sampai 1/3
harga normal. Kambing scabies yang tidak diobati bisa mengalami
kematian dalam tiga bulan. Selain kerugian ekonomis tersebut, penyakit ini juga
sangat merugikan karena bersifat zoonosis yaitu penyakit ternak yang
mampu menyerang manusia.
Parasit Tungau
penyebab scabies setelah menginfeksi ternak kemudian akan menembus
kulit, menghisap cairan limfe dan juga memakan sel se epidermis pada hewan.
Penyakit scabies ini akan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa
sehingga kambing atau ternak yang terserang akan menggosokkan badannya ke
kandang. Jenis penyakit ini semakin digosok ataupun digaruk maka akan menjadi
semakin gatal. Eksudat yang dihasilkan oleh penyakit gudik akan merembes keluar
kulit kemudian mengering membentuk sisik di permukaan kulit. Sisik ini akan
menebal dan selanjutnya terjadi keratinasi serta proliferasi jaringan ikat.
Daerah sekitar yang terinfeksi parasit akan menjadi berkerut dan tidak rata.
Rambut kulit pada daerah ini akan menjadi jarang bahkan hilang. Penyakit ini sering terjadi pada kambing muda,
kambing yang sedang bunting dan kambing perah.
Ada beberapa jenis penyakit scabies,
antara lain aalah :
1. Scabies
pada ternak bersih (scabies of cultivated)
Scabies
pada ternak bersih ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang
sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Scabies
inconigto
Scabies inconigto
biasanya muncul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik tetapi, tungau tetap ada dan tetap bisa terjadi
penularan. Scabies inconigto sering juga menunjukkan gejala klinis yang
tidak biasa, lesi yang luas dan mirip penyakit lain.
3. Scabies
nodular
Pada scabies nodular terdapat
lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat di
bagian tertutup, terutama pada genitalia jantan, inguinal, dan aksila.
Nodus ini timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari 1 bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun sudah
diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Scabies
yang ditularkan melalui hewan
Seperti di Amerika, sumber utama
kejadian scabies biasanya ditularkan oleh hewan yaitu anjing. Kelainan
ini berbeda dengan scabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terjadi di
daerah dimana orang-orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya, yaitu
perut, dada, paha, dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih
mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh
karena Sarcoptes scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada tubuh manusia.
5. Scabies
Norwegia
Scabies
Norwegia atau biasa disebut dengan scabies krustosa ditandai dengan lesi
yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis
yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga
bokog, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
Rasa gatal pada scabies Norwegia tidak menonjol tapi scabies
bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan). Bentuk ini terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga
sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau sehingga dapat berkembang
biak dengan mudah.
A.
Faktor-faktor Penyebab Penyakit Scabies
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan Hartati (2001), diperoleh beberapa faktor penyebab penyakit scabies,
yaitu :
1.
Tipe Kandang
Tipe kandang yang digunakan di kelompok
peternak kambing yang terserang scabies biasanya adalah tipe koloni.
Artinya satu kandang digunakan untuk beberapa ekor kambing yang akibatnya jika
ada kambing yang terinfeksi penyakit scabies maka akan cepat menular ke
kambing lain yang berada di kandang terseebut secara kontak langsung.
2.
Sanitasi kandang dan lingkungan yang
kurang baik
Kandang terlihat kura ng mendapat sinar
matahari, akibatnya keadaan kandang lembab. Tempat yang lembab dapat
menyebabkan tungau dapat bertahan hidup lebih dari 30 hari.
3.
Kambing yang sakit tidak diisolasi dari
hewan yang sehat untuk mencegah penyebaran penyakir yang lebih luas.
4.
Adanya vektor penyebar penyakit
Disekitar kandang terlihat adanya lalat
dan nyamuk. Serangga hal tersebut dapat menyebabkan perpindahan tungau dari
satu tempat ke tempat yang lainnya, sehingga terjadi penularan penyakit scabies
dari hewan yang terinfeksi ke hewan lain yang sehat.
5.
Suhu yang rendah dan curah hujan yang
tinggi
Suhu lingkungan yang rendah di lokasi
kandang menyebabkan kelembaban yang tinggi, sehingga menjadi tempat yang sangat
baik untuk pertumbuhan tungau.
B.
Gejala Klinis Yang Dialami Ternak Kambing
Akibat Terserang Penyakit Scabies
Ciri khas dari scabies adalah
gatal-gatal hebat, yang biasanya semakin memburuk pada malam hari. Penyakit ini
menyebabkan kerusakan pada kulit terutama di daerah muka dan telinga. Daerah
yang terinfeksi akan mengalami iritasi yang hebat sehingga hewan akan
menggaruk, akibatnya kulit menjadi terkelupas dan menyebabkan kulit luka dan
leccet-lecet (Solusby, 1982). Pada liang telinga biasanya dijumpai lepuh yang
bernanah. Selanjutnya kulit bagian terluar terlihat menebal, berkerut, dan
terdapat keropeng diatasnya. Pada daerah-daerah ini biasanya bulu—bulunya
sudah melepas sehingga terlihat gundul.
Gambar Gejala klinis
pada kambing yang terserang scabies
Gejala lain yang ditunjukkan kambing
adalah kambing menggesek-gesekan daerah yang gatal ke tiang kandang atau ke
pohon-pohon, menggaruk-garuk dan menggigit kulitnya secara terus-menerus. Hewan
akan menjadi kurus dan jika tidak segera diobati maka akan mengakibatkan
kematian. Gejala rusaknya kulit biasanya ditemukan di sela-sela kuku kaki,
pergelangan tangan, siku, ketiak, di sekitar ambing, dan bagian bawah anus. Infeksi
diikuti dengan pembentukan papula atau vesikula, disertai dengan perembesan cairan
limfe. Menurut Kertayadna et al. (1982), pada kambing yang terinfeksi akan
terlihat lesu, tida mempunyai nafsu makan, kulit nampak menebal, turgor kulit
jelek, bulu rontok, gatal-gatal, hyperemy pada selaput lendir mulut, terdapat
lepuh pada mukosa mulut dan terjadi conjungtivitas. Ternak lain yang dipelihara dalam kandang yang sama cenderung
tertular dan memperlihatkan gejala ketidaktenangan (Subronto, 2008).
C.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Scabies Pada Ternak Kambing
1.
Pencegahan
Menurut Direktorat Kesehatan Hewan
(1986), pencegahan penyakit scabies dapat dilakukan dengan melaksanakan hal-hal
sebagai berikut :
a.
Memelihara sanitasi kandang dan
lingkungan hewan. Hewan harus ditempatkan di kandang yang bersih dan cukup
dengan cahaya matahari sehingga tidak lembab, karena keadaan yang kotor dan
lembab akan memudahkan penyebaran penyakit dan menyebabkan jumlah populasi
tungau meningkat.
b.
Pemberian pakan dan minum yang cukup
serta perawatan kesehatan dengan tujuan agar ternak memiliki daya tahan tuduh
yang baik. Salah satu faktor predisposisi penyakit scabies adalah kondisi hewan
yang jelek (Kettle, 1984). Untuk mencegah timbulnya dan menyebarnya penyakit
ini, harus diusahakan agar kondisi hewan selalu dalam keadaan baik.
c.
Karantina kambing baru dan kambing yang
terkena scabies
Kambing-kambing yang baru dibeli dari
luar harus dikarantina terlebih dahulu, sampai diketahui bebas atau tidaknya
kambing dari penyakit scabies. (Manurung, 1992). Karantina juga harus
dilakukan pada kambing yang terserang scabies. Langkah tersebut
dilakukan untuk mencegah penjalaran penyakit. Semua alat-alat yang berhubungan
dengan hewan sakit dimusnahkan terutan untuk alat-alat yang dapat dibakar
(Soulsby, 1982). Kemudian hewan tersebut harus diobati sampai sembuh.
d.
Pengawasan penggembalaan
Kontak fisik antara kambing sehat dengan
kambing yang terkna scabies dan kontak dengan berbagai objek seperti peralatan
dan kandang yang tercemar oleh tungau dapat menyebabkan terjadinya penularan
penyakit dari hewan yang terkena scabies kepada hewan yang sehat. Untuk
mencegah hal tersebut, harus dihindarkan penggembalaan hewan bersama-sama
dengan hewan yang menderita kudis atau penggembalaan pada bekas tempat
penggembalaan hewan penderita.
2.
Pengobatan
a.
Pengobatan Medis
Pengobatan dapat dilakukan dengan injeksi
(suntik) Ivermectin (Ivomec: merk dagang). Dosis yang diberikan umunya 1
ml untuk 20 kg bobot kambing. Pemberian dosis injeksi harus dikonsultasikan
dengan dokter hewan. Injeksi diulang 10-14 hari kemudian dari injeksi yang
pertama. Masa 10-14 hari adalah waktu yang diperlukan untuk sebuah telur tungau
Sarcoptes scabies yang mungkin masih tersisa untuk menetas. Ivomec
umumnya dijual dalam kemasan 50 ml/botol. Catatan: Ivomec tidak boleh
diberikan kambing yang bunting karena dapat menyebabkan keguguran. Selain itu
Ivomec baru bisa diberikan pada kambing diatas umur 2 bulan.
b.
Pengobatan tradisional
Selain pengobatan medis komersial,
pengobatan tradisional juga dapat dilakukan. Beberapa pengobatan tradisional
dapat dilakukan pada kasus ternak yang terserang penyakit scabies ringan maupun
parah. Pengobatan kasus ringan dapat menggunakan oli bekas + belerang + minyak
kelapa (minyak goreng), dimasak lalu didinginkan atau dengan ramuan menggunakan
bahan dengan komposisi 97 ml oli bekas + 3 ml cuka 3% + 5 siung bawang merah..
Untuk kasus yang parah dapat menggunakan 2 liter minyak goreng + Decis
(obat serangga untuk tanaman / insektisida) 50 ml + oli bekas 50 ml. Pada kasus
yang parah dimana kudis sudah menyerang seluruh tubuh kambing, ramuan ini
diberikan 2 minggu (14 hari sekali). Dalam satu bulan kambing tersebut sembuh
total dari kudisnya.
Kambing sebaiknya dimandikan dengan
sabun sampai bersih sebelum dilakukan pengobatan. Setelah dimandikan kambing
dijemur sampai kering. Ramuan diatas dioleskan atau diaplikasikan pada bagian
yang terinfeksi. Hindari kontak dengan mata kambing. Setelah diobati kambing diisolasi
di kandang tersendiri. Pengobatan dengan Ivomec akan memberikan efek
lebih cepat daripada menggunakan pengobatan secara tradisional. Namun
pengobatan tradisional dapat menjadi alternatif untuk menggantikan ketiadaan Ivomec.
Untuk kasus ringan, biaya pengobatan tradisional lebih murah dibandingkan Ivomec
yang cukup mahal. Ivomec memiliki pantangan-pantangan seperti yang
telah dijelaskan diatas. Pengobatan yang biasa dilakukan oleh dokter hewan
yaitu dengan ivermectin, neguvon atau asuntol. Ivermectin
dengan dosis yang tepat, baik injeksi (suntikan) maupun per oral (minum) dapat
membunuh tungau sarcoptic pada kambing. Pengobatan dengan injeksi
ataupun per oral harus terus-menerus agar pengobatan benar-benar tuntas. Ivermectin
dapat juga diberikan kepada ternak seperti kambing dengan dosis 1 ml untuk
setiap 20kg berat badan. Salah satu merek dagang ivermectin adalah
ivomec. Obat-obatan tersebut sejauh ini relatif sulit didapat di pasar dan
cenderung mahal bagi peternak untuk bisa menyediakannya setiap saat.
Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah dengan mencukur bulu disekitar
daerah yang terkena scabies, kemudian area luka dicuci dengan air hangat
dan kemudian diolesi sulfur zalf(salep belerang) atau scabisid
salep pada daerah yang terkena scabies. Jika tingkat
infeksi belum terlalu parah, obat ini biasanya dapat menyembuhkan scabies
pada beberapa jenis hewan termasuk kelinci (Disnak Provinsi Jawa Barat, 2011).
Obat sejenis yang dapat digunakan unutk
pengobatan penyakit scabies yakni selamectin dan amitraz. Selamectin
dapat diaplikasikan dalam bentuk obat tetes sebulan sekali. Sedangkan Amitraz
diaplikasikan langsung di kulit setiap minggu dengan cara dimandikan atau
disikat. Pengobatan oral atau topikal seperti yang disebut diatas belum cukup.
Pengobatan tersebut sebaiknya dilengkapi dengan pengobatan yang sesuai dengan
kondisi hewan bersangkutan seperti:
a.
Antibiotik : untuk mencegah infeksi pada
luka akibat garukan
b.
Kortikosteroid jangka pendek : untuk
mengurangi rasa gatal
c.
Vitamin untuk meningkatkan kondisi
secara umum dan daya tahan
Pada
prinsipnya, pengobatan secara menyeluruh baik terhadap individu ternak yang
sakit maupun terhadap sumber penyebabnya, yakni tungau, harus dilakukan secara
simultan sehingga pengobatan bisa benar-benar tuntas. Namun jika ditinjau dari
runutan awal terjadinya penyakit, maka penanggulangan awal terbaik adalah
segera membasmi tungau begitu diketahui bahwa ternak mulai terinfeksi.