SENYAWA ANTINUTRISI
Rabu, 19 November 2014
Edit
Racun ternak yang dalam
bahasa peternakan lebih dikenal sebagai antinutrisi merupakan substansi yang
dapat mempengaruhi beberapa aspek metabolisme tubuh atau dengan kata lain akan
dapat mempengaruhi aspek-aspek biologi (terkait dengan terganggunya fungsi
metabolisme tubuh) dan aspek ekonomi (dengan turunnya produktivitas dan atau
nilai jual ternak yang bersangkutan) sehingga sangat merugikan bagi para
peternak. Hal tersebut merupakan suatu pendefinisian yang luas bagi anti
nutrisi itu sendiri, segala sesuatunya termasuk oksigen, air dan semua yang
terdapat di alam semesta ini jika terdapat dalam jumlah yang besar dalam tubuh
ternak akan dapat berpengaruh terhadap fungsi dari organ-organ yang terdapat
didalamnya.
Selain itu anti nutrisi dapat juga diartikan sebagai
suatu perubahan termasuk didalamnya perubahan dalam struktur kimia yang tidak
semestinya (terdapat substansi substansi yang dapat mempengaruhi tubuh ternak
sehingga akan mengganggu kerja dari organ-organ tubuh). Dalam anti nutrisi ini
terdapat unsur-unsur kimia alami yang mempunyai sifat dan dampak yang
berbeda-beda.
Anti nutrisi umumnya sebagian besar diperoleh dari
hasil metabolisme sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua
berdasarkan berat molekulnya, yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh
pigmen pirol, antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin
fosfatida, inositol, asam asam hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid,
ester dan eter. Metabolisme sekunder lainnya adalah yang berat molekulnya
tinggi, yaitu selulosa, pektin, gum, resin, karet, tanin dan lignin. Tananam
yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara
pencucian air hujan (daun, kulit), penguapan dari daun (contoh: kamfer)
ekskresi eksudat pada akar (contoh: alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman
itu sendiri (jatuh ke tanah dan membusuk).
Zat-zat anti nutrisi ini terdapat dalam berbagai
bentuk serta tersebar di beberapa spesies dari bahan bahan pakan asal tanaman
yang sebenarnya layak untuk dikonsumsi oleh ternak .Secara lebih praktis dapat
dikatakan bahwa racun pada ternak atau antinutrisi merupakan zat yang dapat
menghambat pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, tingkah laku atau penyebaran
populasi organisme lain (alelokemik) apabila berinteraksi dengan ternak.
Terdapatnya anti nutrisi pada tanaman umumnya
terjadi karena faktor dalam (faktor intrinsik) yaitu suatu keadaan dimana tanaman
tersebut secara genetik mempunyai atau mampu memproduksi anti nutrisi tersebut
dalam organ tubuhnya. Zat-zat anti nutrisi alkaloida, asam amino toksik,
saponin dan lain-lain.
Antinutrisi
dibedakan menjadi tiga tipe. Tipe A adalah antinutrisi jenis anti protein,tipe
B adalah anti nutrisi jenis antimineral dan tipe C yaitu anti vitamin.
1. Antinutrisi
tipe A
Substansi yang utamanya mengganggu dalam pencernaan protein
maupun absorpsi dan penggunaan asam amino. Yang juga diketahui sebagai
antiprotein. Tipe A antinutrisi yang paling penting adalah protease inhibitor
dan lectin.
2. Antinutrisi
tipe B
Substansi pelengkap yang didistribusikan secara luas didalam
sayur-sayuran,buah-buahan,dan bahan sereal. Konsumsi berlebihan penggunaan
antinutrisi tipe B dapat menyebabkan intoksikasi akut.paling banyak ditemui
jenis antinutrisi tipe B adalah Oksalat,asam phytat dan glukosinolat.
3. Antinutrisi
tipe C
Subtansi yang ada secara alamiah yang bisa mendekomposisi
vitamin, menjadi komplek yang tidak bisa diabsorbsi, atau mengganggu kemampuan
dari vitamin itu dicerna atau dimetabolisme. Diketahui pula sebagai
antivitamin. Antionutrosi tipe C yang paling penting antara lain, asam askorbat
oksidase, anti tiamin factor dan anti piridoksin factor., asam askorbat
oksidase merupakan enzim yang menggandung tembaga yang isa mengkatalisa,
poksidasi asam askorbat bebas menjadi asam diketoglukonat, asam oksalat dan
produk oksidai lainnya