Laporan Praktikum KESEHATAN TERNAK
Kamis, 11 Desember 2014
Edit
Manajemen
pemeliharaan yang baik, khususnya program kesehatan ternak menjadi hal yang
paling mendasar untuk meningkatkan produksi. Pemeriksaan kesehatan ternak itu
sendiri meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sistema. Kesehatan hewan
adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan
cairan tubuh yang kandungannya secara fisiologis fungsi normal. Kerusakan sel
mungkin terjadi secara normal sebagai akibat proses pertumbuhan yang dinamis
demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian sel tubuh yang rusak atau
mati bagi hewan yang sehat. Kerusakan
mungkin saja tidak mengalami pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan
karena serangan penyakit atau gangguan lain yang rusak fungsi sel dan jaringan.
Pencegahan penyakit adalah suatu
tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan
keganasannya. Vaksin merupakan salah satu diantara berbagai cara yang efektif
untuk melindungi individu terhadap serangan macam berbagai jenis penyakit
tertentu. Tindakan vaksinasi adalah salah satu usaha agar hewan yang
divaksinasi memiliki daya kebal sehingga terlindung dari serangan penyakit.
Protozoa merupakan anggota dari hewan yang sederhana. Tubuh nya walaupun
komplek, tersusun dari sel tunggal dan hampir semuanya mempunyai ukuran
mikroskopis. Protozoa tersusun dari organela-organela tetapi bukan organ,
karena mereka merupakan diferensiasi dari satu sel.
Biosekuriti, merupakan langkah awal
pencegahan agar ayam tidak mudah terjangkiti penyakit salah satunya adalah
dengan pengadaan vaksinasi. Vaksinasi harus dilakukan tepat waktu. Vaksinasi
dapat meningkatkan kekebalan tubuh ayam. Tubuh
akan
membentuk antigen terhadap jenis bakteri atau virus yang dimasukkan ke dalam
tubuhnya. Ternak tersebut akan menjadi kebal pada virus dan
bakteri yang sama.
Vaksinasi sangat penting dalam dunia
peternakan khususnya ayam, hal ini dilakukan agar penularan dan penyebaran
penyakit dapat ditanggulangi sehingga tidak banyak ayam yang mati. Hewan
besar
seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular
multivitamin B-complex dan antiparasit. Metode injeksi tersebut pada daerah subcutan
atau intramuscular. Fungsi dari B-complex adalah untuk metabolisme
karbohidrat, asam lemak dan protein, imunitas, menambah nafsu makan, dan
membantu tumbuh kembang. Dosis yang diberikan sekitar 3 ml per ekor. Biosolamin
juga dilakukan dengan cara injeksi. Fungsi dari pemberian biosalamin sebagai
penguat otot, biasanya ini diberikan pada sapi yang pincang dan habis melahirkan.
B. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum
Ilmu Kesehatan Ternak adalah agar mahasiswa dapat mengetahui penyakit yang
terjadi pada ayam. Mahasiswa diharapkan mengetahui cara
pemberian vaksin pada ayam dan mengetahui cara pengambilan sampel darah pada
ayam. Khusus hewan besar mahasiswa diharapkan mengetahui cara pemberian vitamin
dan antiparasit pada sapi dan domba.
C. Waktu
dan Tempat
Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak dilaksanakan pada hari Minggu, 14 September 2013 pada pukul 08.30
– 13.00 WIB bertempat di Laboratorium
Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan
Ternak
Salah
satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan adalah
penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi
beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit
pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara
pemeliharaan yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara
maksimal. Upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyakit dapat dilakukan
melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit.
Usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan, (Jahja dan
Retno, 1993).
Deteksi penyakit hewan secara dini merupakan bagian
terpenting dalam upaya untuk mengantisipasi masuk dan berkembangnya penyakit-penyakit
hewan di Indonesia. Bahri (1998) menyatakan bahwa dalam menghadapi era
perdagangan bebas, maka Institusi (Laboratorium) Veteriner di Indonesia harus
dapat mengembangkan diri dalam kemampuannya mendeteksi penyakit hewan secara
dini.
Ayam yang telah diberi makan dengan baik dan
dikelola dan divaksinasi terhadap penyakit-penyakit lokal terkenal biasanya
tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, tetapi jika ada suatu
penyakit, ayam yang sakit harus dipisahkan dari ayam yang sehat. Tindakan kebersihan
(sanitasi) yang ketat harus dilakukan dalam semua kandang dan seorang petugas
dokter hewan atau penyuluh harus diberitahukan dengan segera (Indarto, 1997).
Ciri-ciri ayam kampung yang sehat yaitu bentuk tubuh
besar, kokoh, mata bersinar terang. Gerakan tubuh lincah dan gesit. Bulu-bulu
disekitar dubur kering dan bersih, kulit bersih, bulu mengkilap dan cerah,
serta muka, jengger dan pial berwarna merah segar. Saat dilakukan pembedahan
organ, tidak menunjukan adanya gangguan dari penyakit, baik dari virus maupun
mikrobia (Hidayah, 2008).
Subronto
(1989), menyatakan bahwa pada ternak yang terserang penyakit cacing dapat
dilihat dengan adanya perubahan atau gejala-gejala yaitu anemia, kurus, bulu
kusam, dan adanya rahang yang bengkak. Pemeriksaan feces dapat dilakukan dalam
beberapa metode. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini dengan salah satu
gejalanya yaitu terjadi anemia pada ternak.
B.
Vaksinasi
Salah satu faktor penghambat yang
sering dihadapi dalam pemeliharaan ternak, adalah penyakit. Bahkan tidak jarang
peternak mengalami kerugian dan tidak lagi berternak akibat adanya kematian
pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik sehingga peternak
memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya pengendalian penyakit dapat
dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit atau pengobatan pada ternak yang
sakit. Usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatanya ( Jahja
dan Retno, 2010 ).
Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana
hewan dengan sengaja dimasuki agen penyakit (disebut antigen) yang telah
dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau daya
kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan
penyakit. Agen tersebut biasanya substansi biologis yang terdiri dari sejumlah
jasad renik dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak
menyerang. Apabila kegagalan vaksinasi terjadi, paramedis harus segera
menghubungi dokter hewan untuk melakukan analisis kegagalan vaksinasi. Dokter
hewan akan menentukan apakah vaksinasi ulang perlu dilakukan. Vaksin adalah
suatu produk biologi yang berisi sejumlah besar jasad renik yang diketahui
sebagai penyebab penyakit. Daya kerja vaksin adalah spesifik, oleh karena itu
setiap macam penyakit harus dipergunakan vaksin yang berbeda. Vaksin aktif
(virus hidup) berarti virus dalam vaksin tersebut dalam keadaan hidup tetapi
telah dikendalikan, yang akan tumbuh dan berkembang biak di tubuh induk semang.
Vaksin inaktif (virus mati) adalah agen penyakit yang dikandung oleh vaksin
dalam keadaan mati biasannya di dalamnya dicampurkan oil adjuvant (Akoso,
1993).
Vaksin
yang digunakan adalah vaksin inaktif dengan subtipe yang sama kepada unggas
sehat. Ayam broiler diberikan vaksin pada umur 4 hari dengan suntikan subkutan
(Irawan, 1996). Cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes
mata, tetes hidung, injeksi/suntikan, atau dengan metode spray (penyemprotan
halus). Cara tetes mata dan hidung merupakan metode yang mudah dilakukan,
demikian pula terhadap vaksin Gumboro (Cahyono, 1995). Kusumaningsih et al.
(2001) melaporkan terdapat delapan jenis vaksin yang sering digunakan pada ayam
petelur selama masa produksinya, yaitu vaksin newcastle disease (ND), infectious
bronchitis (IB), infectious bursal disease (IBD), snot
(coryza), pox, infectious laryngotracheitis (ILT), egg drop syndrome
(EDS), dan swallon head syndrome (SHS). Menurut Akoso (2000) vaksin
ternak nonunggas meliputi vaksin ternak besar (sapi potong, sapi perah kerbau,
domba, kambing, dan babi) dan vaksin untuk hewan kecil atau hewan kesayangan
(anjing dan kucing). Kebutuhan terhadap vaksin untuk ternak besar
diprioritaskan untuk pengendalian penyakit strategis seperti SE (septicaemia
epizootica), antraks, brucellosis, dan hog cholera.
C. Pengambilan
Sampel Darah
Darah adalah cairan
yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam
jantung dan pembuluh darah. Darah terdiri dari unsur plasma, seperti air
91-92%, protein, glukosa, enzim, hormon, dan unsur seluler, seperti eritrosit,
leukosit, dan trombosit (Nurcahyo, 1998).
Hemoglobin mempunyai derivat yang
terdiri dari oksihemoglobin yang merupakan
penggabungan antara hemoglobin dengan oksigen, hemoglobin tereduksi disebut
juga ferohemoglobin merupakan molekul
yang telah melepaskan oksigen, methemoglobin disebut juga dengan
ferihemoglobin, molekul ini didapat dari oksidasi oksihemoglobin atau
hemoglobin tereduksi, karboksihemoglobin terjadi apabila darah dicampur dengan
gas CO sehingga Hb akan mengikat CO menjadi HbCO, sianmethemoglobin, dapat
terbentuk apabila Cn dicampur dengan methemoglobin dan sulfhemoglobin terbentuk
apabila ferohemoglobin dicampur dengan H2S (Walungi, 1990).
Apabila pembuluh darah seekor hewan
terpotong atau rusak, pertama-tama akan terjadi penyempitan bagian yang terluka
itu. Hal ini terjadi karena : ( 1 ) Kontraksi miogenik dari otot polos, sebagai
suatu spasme lokal dan ( 2 ) Reflek saraf simpatik yang merangsang
serabut-serabut andregenik yang menginervasi otot polos dari dinding pembuluh
lokal. Kontraksi ini menyempitkan bukaan pembuluh guna mengurangi arus darah
yang akan keluar (Frandson, 1992).
Pembuluh
nadi letaknya agak lebih dalam dari permukaan tubuh. Pembuluh nadi yang
luka,
darahnya akan memamcar keluar, jika
luka ini tidak segera ditolong dapat menyebabkan kekurangan darah. Pembuluh
nadi ialah pembuluh yang mengalirkan darah keluar jantung. Pembuluh balik ialah
pembuluh darah yang mengalirkan darah masuk kedalam jantung. Pembuluh nadi dan
pembuluh balik ujungnya bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh yang kecil
yang disebut pembuluh kapiler (Murtidjo, 1992).
Pengambilan darah (venesectio)
merupakan salah satu hal yang terpenting dari kegiatan peternakan. Tujuan
pengambilan darah ternak yaitu untuk mengetahui tingkat kadar suatu zat yang
terkandung dalam darah ternak tersebut. Pengambilan sampel darah pada ayam di
lakukan pada vena pectoralis. Pembuluh darah ini terletak pada bagian bawah
sayap ayam. Cairan darah atau sering disebut darah
pada avertebrata mengandung sedikit dalam plasma darahnya. Unsur seluler darah
terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit (platelets) dan
zat-zat terlarut lainnya, misal protein plasma (albumin, fibrinogen, dan
globin) (Nurcahyo, 1998).
III.
MATERI DAN METODE
A. Kesehatan
Ternak
1.
Materi
a.
Ayam
b.
Spuit
c.
Pisau
d.
Gunting
e.
Nampan
2.
Metode
a.
Ayam
yang sakit disembelih untuk diperiksa organ dalamnya.
b.
Setelah
mati, ayam kemudian dibelah bagian perut, sayap difiksasi terlebih dahulu.
c.
Ayam
yang telah dibedah kemudian diamati organ-organya (sesuai lembar lapangan yang
telah disediakan).
d.
Tiap
organ diamati bentuk, warnanya normal atau tidak dan diamati perubahan patologi
anatominya.
e. Mencatat
hasil pengamatan.
B. Vaksinasi
1.
Materi
a.
Automatic Injection
b.
Alat
penggores
c.
Spuit
d.
Kapas
e.
Alkohol
f.
Vaksin
cacar
g.
Vaksin
ND
h.
Vaksin
AI
i.
Vitamin,
obat dan anti parsit
2.
Metode
a.
Alat
vaksinasi yang berupa Automatic Injection, spuit, dan alat
penggores dipersiapkan
b.
Vaksin yang
akan diberikan, dimasukkan
ke alat vaksinasi
c.
Ayam
yang akan divaksin dipersiapkan
d.
Vaksin
disuntikkan kedaerah intramuscular dari ayam.
e.
Vaksin
digoreskan pada sayap
f.
Vaksin
ND
Inaktif diteteskan pada
mata sebelah kiri
g.
1
ml biosolamine disuntikkan pada bagian intramuscular sapi
h.
0,35
ml panmectine disuntikkan disekitar leher domba secara subcutan
i.
1
ml biosolamine disuntikkan pada paha kambing secara intramuscular.
C. Pengambilan
Darah
1.
Materi
a.
Eppendorf
b.
Spuit
c.
Alkohol
d.
Kapas
2.
Metode
a.
Alat
untuk pengambilan darah (spuit, alkohol, kapas)
dipersiapkan telebih dahulu
b.
Kapas
yang
akan igunakan dengan alkohol yang tersedia
c.
Kapas beralkohol dioleskan
kebagian sayap kanan ayam
d.
Spuit
ditusukkan
pada
bagian intramuskular dari ternak
e. Darah yang telah
berhasil masuk dalam spuit dimasukkan dalam eppendorf.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesehatan
Ternak
1. Hasil
pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan Bagian Luar Hewan Ayam
Nama
Organ
|
Kondisi/keadaan
|
Catatan
|
Mata
|
Tidak
normal
|
Mata
terlihat sayu dan berwarna biru pucat, tertutup dan tidak berlendir
|
Hidung
|
Normal
|
Tidak
berlendir
|
Bulu
tubuh
|
Normal
|
Tampak
sebagian tidak menutupi tubuh
|
Kaki
|
Normal
|
Tidak
bisa berdiri sempurna (lemas)
|
Gerakan
|
Normal
|
Karena
sakit, ayam lemas hanya diam terkapar
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (2013)
Tabel
2. Pengamatan Organ dalam (visceral)
Nama
Organ
|
Warna
|
Bentuk
dan ukuran
|
Catatan
|
Lidah
|
Agak
kebiruan, putih pucat
|
Normal
|
Berwarna
biru dikarenakan vaksin ND B1
|
Tenggorokan
|
Merah
muda
|
Normal
|
Normal
|
Kerongkongan
|
Merah
muda
|
Normal
|
Normal
|
Tembolok
|
Putih
Kekuningan
|
Normal,
kempes
|
Tidak
ada sisa makanan (kosong)
|
Hati
|
Merah
hati
|
Normal
|
Tidak
ada cacing dan Lendir
|
Jantung
|
Merah
tua
|
Normal
|
Tidak
ada lemak dan lendir
|
Empedu
|
Hijau
tua
|
Normal
|
Normal
|
Lien
|
Merah
muda
|
Normal
|
Normal
|
Proventikulus
|
Putih
kekuningan
|
Normal
|
Kosong
tidak ada makanan
|
Ventrikulus
|
Merah
tua
|
Normal
|
Sisa
makanan masih segar
|
Duodenum
|
Merah
muda dominan putih
|
Normal
|
Terdapat
cacing panjang 3,5 cm
|
Usus
halus
|
Putih
kekuningan
|
Normal
|
Terdapat
banyak cacing
|
Usus
besar
|
Putih
kekuningan
|
Normal
|
Ada
cacing
|
Cecca
|
Hijau
kehitaman
|
Normal
|
Banyak
cacing
|
Pankreas
|
Putih
kekuningan
|
Normal
|
-
|
Ginjal
|
Merah
|
Normal
|
Normal
|
Sumber :
Data Primer Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (2013)
2.
Pembahasan
Praktikum kesehatan ternak
dilakukan untuk mengetahui perbedaan ayam yang sakit dan ayam sehat. Pengamatan
yang dilakukan adalah dengan melihat penampakan luar baik secara fisik maupun
perilaku. Pengamatan organ bagian dalam dilakukan dengan cara membedah ayam
dengan cara manual yaitu dengan penyembelihan terlebih dahulu kemudian
melakukan pembedahan. Ayam yang sehat dan yang tidak akan terlihat melalui
penampakan organ dalamnya.
Hasil pengamatan saat melihat
kondisi eksterior atau bagian luar dari ayam yang diamati pada saat praktikum
yaitu dalam keadaan normal namun dapat dipastikan bahwa ayam tersebut tidak
sehat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari mata yang terlihat mengantuk, bulu
yang kusam, keadaan kaki yang lemas serta gerakan yang tidak lincah seperti
ayam-ayam sehat pada umumnya.
Gambar
1. Pengamatan eksterior
Pengamatan dari keadaan organ
dalam setelah dilakukan pembedahan, meliputi lidah,
tenggorokan, kerongkongan, tembolok, hati, jantung, empedu, lien,
proventrikulus, ventrikulus, duodenum, usus besar, ceca, pancreas, dan ginjal,
empedu. Kondisi organ tampak normal tidak
menunjukan adanya kelainan.
a. Lidah
Gambar 2.
Lidah Ayam.
Pengamatan yang dilakukan didapat warna biru pada
lidah. Bentuk lidah juga normal. Warna biru pada lidah disebabkan karena ayam
telah divaksin ND B1, cairan vaksin ini masuk dari mata ke mulut. Lidah tidak
terdapat lendir yang banyak, hanya terdapat saliva agak mengental sedikit.
b.
Tenggorokan
dan kerongkongan
Gambar 3. Tenggorokan dan kerongkongan
Kondisi tenggorokan (1) pada ayam saat diamati
berwarna merah muda dan dalam keadaan normal, tidak ditemukan bekas luka dan
benda asing pada tenggorokan. Tenggorokan berbentuk normal, seperti pita yang
menghubungkan pita suara dengan paru. Organ ini terbentuk dari cincin tulang
rawan yang melekat satu sama lain oleh selaput elastis vibrosa. Kondisi
kerongkongan (2) pada ayam juga dalam keadaan normal, berwarna merah muda,
serta tidak ada lendir.
c.
Tembolok
Tembolok pada ayam berwarna
putih kekuningan,
dan berbentuk seperti kantong . Tembolok merupakan pelebaran dari esophagus.
Tembolok merupakan tempat menyimpan makanan. Berdasarka hasil pengamatan
tembolok ayam yang kelompok kami amati berbentuk normal,
namun kempes hal tersebut dikarenakan tidak ada sisa makanan didalam tembolok
d.
Hati
Gambar 4. Hati
Gambar 5. Pembedahan hati
Menurut pendapat dari Medion (2012), warna
hati yang merah kusam dan mudah hancur ketika dipegang, hati tersebut terserang
Fatty liver syndrome, bahwa gejala yang nampak
hati membesar dan rapuh. Warna hati pada ayam
saat diamati yaitu merah tua, bentuk hati normal dan saat dilakukan pembedahan
tidak terdapat cacing. Hal tersebut menunjukan bahwa hati pada ayam tersebut
dalam keadaan normal dan tidak terserang penyakit hati..
e. Jantung
Gambar 6. Jantung
Warna
jantung dari ayam yang diamati adalah merah tua
dan
berbentuk oval. Dilihat dari bentuk dan warna , ayam tersebut
memiliki jantung yang normal, serta tidak ada lemak dan lendir disekitar
jantung ayam tersebut.
f. Empedu
Gambar 7. Empedu
Menurut
Sukarno (2008),
fungsi dari getah empedu adalah untuk menetralkan asam lambung (HCl), membentuk
sabun terlarut dengan lemak bebas. Getah empedu yang berfungsi menetralkan asam
lambung berguna agar enzim pencernaan dapat bekerja.
Empedu pada ayam yang kita amati berwarna hijau tua memiliki bentuk yang normal
yaitu bulat memanjang dn berukuran kecil serta dalam keadaan normal.
g. Lien
Gambar 8. Lien
Warna lien pada ayam saat pengamatan yaitu
merah muda, bentuk dan ukuran lien normal. Terletak
di dalam rongga perut berdekatan dengan empedal.
h.
Proventiculus
Proventiculus atau
sering sering disebut perut kelenjar merupakan pelebaran dan penebalan dari
ujung akhir esofagus. Proventriculus
pada ayam berbentuk oval, dan berwarna putih kekuningan.
Berdasarkan
hasil pengamatan setelah dilakukan pembedahan proventiculus daam keadaan
normal, tidak ada bekas luka maupun benda asing didalamnya dan proventiculus
ayam tersebut kosong, sudah tidak ada sisa makanan.
i.
Ventriculus
Gambar 9. ventriculus
Warna ventruculus ayam yang kami amati yaitu
merah tua, bentuknya normal, setelah dilakukan pembedahan terdapat sisa makanan
yang masih segar dalam jumlah sedikit dan lebih banyak terdapat gridnya. Ventrikulus
juga mengandung bahan-bahan yang mudah terkikis seperti pasir, karang dan
kerikil. Fungsi rempela atau ventrikulus adalah menggiling dan menghancurkan
makanan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang biasanya dibatu oleh
grit. Berat rempela adalah 1,6 -2,3% dari berat hidup (Suprijatna et al.,
2005).
j.
Duodenum,
Usus Halus, dan Secca
Warna dari duedenum ayam pada saat praktikum yaitu
merah muda tetapi dominan putih, namun pada saat dilakukan pembedahan yaitu pada
duodenum, usus halus, usus besar dan secca dipastikan ayam ini mengalami ascaridiosis
. Hal ini dapat diketahui pada dinding usus halus setelah dibuka terlihat sangat
banyak cacing ascaridia galli, yang diduga sebagai penyebab penyakit ascaridiosi.
Kerusakan utama yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun
kematian hanya timbul pada infeksi yang sangat berat.
Gambar 10. Duodenum, usus halus Gambar 11.Cacing Ascaridia galli
dan secca
Cacing A. Galli merupakan cacing terbesar
dalam kelas nematoda yang terdapat pada unggas. Tampilan cacing dewasa adalah
semitransparan, berukuran besar, dan berwarna putih kekuning-kuningan (Soulsby
1982). Cacing ini memiliki kutikula ekstraseluler yang tebal untuk melindungi
membran plasma hipodermal nem atoda cacing dewasa. Bagian anterior terdapat
sebuah mulut yang dilengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada
dorsal dan dua lainnya pada lateroventral. Kedua sisi terdapat sayap yang
sempit dan membentang sepanjang tubuh. Permin et al., (1998) menyatakan
bahwa cacing jantan dewasa berukuran panjang 51 – 76 mm dan cacing betina
dewasa 72 – 116 mm. Cacing jantan memiliki preanal sucker dan dua spicula
berukuran panjang 1 – 2,4 mm, sedangkan cacing betina memiliki vulva
dipertengahan tubuh. Telur A. Galli berbentuk oval, kerabang lembut,
tidak bersegmen, Menurut Permin et al., (1998) siklus hidup A. Galli
bersifat langsung yaitu; pematangan seksual berlangsung didalam traktus
gastrointestinal inang definitif dan stadium infektif (L2) berlangsung didalam
telur resisten berembrio di lingkungan bebas. Telur dikeluarkan bersama feses
inang definitif dan akan mencapai stadium infektif (L2) dalam waktu 10 – 20
hari tergantung kepada temperatur serta kelembaban lingkungan. Cacing yang
terdapat di usus halus pada ayam saat pembedahan memiliki panjang rata-rata 3,5
cm, dengan warna putih kekuningan serta semi transparan.
Menurut Sonjaya (2006), Unggas
yang terinfeksi oleh cacing ini akan terlihat lesu, diare dan kurus serta nafsu
makan menurun. Berdasarkan pengamatan, akibat terinfeksi cacing A. Galli ayam
kelompok kami terlihat lesu dan kurus, setelah dilakukan pembedahan pada usus
halus feses berwarna kuning cair, dan pada tembolok tidak ditemukan sisa
makanan, dikarenakan nafsu makan ayam berkurang sehingga mengalami diare.
k. Ginjal
Warna
ginjal pada ayam yang diamati adalah merah dan berbentuk bulat
serta memiliki ukuran yang normal. Dilihat dari keadaan ginjal, ayam tersebut
dikatakan normal atau tidak mengalami gangguan ginjal.
B.
Vaksinasi
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 3. Pemberian Vitamin dan Vaksin
Nama vaksin
|
Dosis
|
Cara Pemberian
|
Vit B Complex
|
3-5 ml
|
Injeksi Intramusculer (pada sapi,
kambing, dan domba)
|
Anti Parasit
|
0,35 ml
|
Injeksi Intramusculer (pada domba)
|
ND B Clone
|
1 tetes
|
Tetes mata (ayam)
|
Fowl pox
|
1 gores
|
Digoreskan pada sayap
|
Sumber : Data primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak (2013)
2. Pembahasan
Vaksinasi
adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja dimasuki agen penyakit
(disebut antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangasang
pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu
dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Agen tersebut biasanya substansi
biologis yang terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yang
diupayakan untuk dicegah agar tidak menyerang (Widyani, 2008).
Jenis-jenis
vaksin ND antara lain vaksin ND inaktif/ vaksin kill (vaksin yang
mengandung virus yang sudah diinaktifkan) dan vaksin ND aktif yaitu vaksin yang
mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifatnya sudah tidak
ganas lagi bagi ayam yang divaksin. Virus ini tidak lagi dapat membuat ayam
yang divaksin sakit, tetapi merangsang ayam untuk membentuk antibodi (zat
penolak) sehingga timbul kekebalan. Berdasarkan jenis virus yang digunakan
sebagai bahan, vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik
(Sundaryani, 2007).
Gambar
12. Vaksin ND B1
Vaksin cacar yang
dilakukan pada saat praktikum adalah dengan menggunakan vaksin Fowl pox
yaitu dengan cara digoreskan pada sayap. Langkah-langkah vaksinasi dilakukan
dengan cara mensterilkan jarum penusuk terlebih dahulu. Melarutkan vaksin ke
dalam botol pelarut dengan mengocoknya. Mencelupkan jarum penusuk pada larutan
vaksin. Menggoreskan jarum penusuk pada lipatan sayap ayam. Pemberian vaksin ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit Fowl Pox.
Gambar
13. Proses Vaksinasi Fowl Pox
Hewan
besar seperti sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin
B-complex dan anti parasit. Dosis yang diberikan sekitar 3-5 ml per ekor.
Fungsi dari B-complex adalah untuk metabolisme karbohidrat, asam lemak &
protein, imunitas, menambah nafsu makan dan membantu tumbuh kembang. Menurut Sundaryani
(2007), fungsi dari pemberian biosalamin juga sebagai penguat otot, biasanya
ini diberikan pada sapi yang pincang dan habis melahirkan.
Gambar 14. Pemberian
Vit B Compleks pada Sapi
C. Pengambilan
Sampel Darah
1.
Hasi Pengamatan
2. Pembahasan
Gambar
16. Sampel darah pada ependorf
Pengambilan
darah pada ayam dilakukan dengan menggunakan spuit, yaitu dengan cara mengambil
darah pada vena pectoralis di bagian sayap, kemudian darah ditampung pada
ependorf. Pengambilan sampel darah ternak dapat juga digunakan untuk
mengidentifikasi suatu penyakit yang menyerang atau diderita ternak tersebut. Sonjaya
(2010), menyatakan bahwa pengambilan sampel darah pada ternak tidak bisa diakukan
dengan cara sembarangan, diperlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi.
Karena apabila terjadi kesalahan maka darah tidak akan terhisap keluar dan akan
terjadi pengebungan vena dan apabila tidak dilakukan dengan cara yang benar
maka akan menimbulkan sakit pada hewan yang diambil sampel darahnya. Metode yang
kami gunakan yaitu dengan menggunakan suntikan, kesalahan terjadi pada saat
pengambilan darah dikarenakan kurangnya ketelitian dan kecermatan saat
pengambilan, akibatnya darah tidak tehisap keluar dan vena mengalami
penggembungan.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat kami ambil dari praktikum Ilmu Kesehatan Ternak adalah sebagai
berikut: pengamatan yang kami lakukan yaitu
pengamatan secara eksterior dan interior pada ayam. ayam yang
diamati pada saat praktikum yaitu dalam keadaan normal namun dapat dipastikan
bahwa ayam tersebut tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari mata yang
terlihat mengantuk, bulu yang kusam, keadaan kaki yang lemas serta gerakan yang
tidak lincah dan terdapat banyak cacing di usus halusnya, dipastikan ayam
tersebut terkena penyakit Ascaridiosis.
Pemberian
vaksinasi pada unggas dilakukan dengan tiga cara, antara lain: tetes mata,
injection dan goresan. Hewan besar seperti
sapi, kambing, dan domba diberikan injeksi intramuscular multivitamin B-complex
dan antiparasit. Fungsi dari pemberian B-complex adalah untuk metabolisme
karbohidrat, asam lemak & protein, imunitas, menambah nafsu makan dan
membantu tumbuh kembang
B. Saran
Saran yang dapat diberikan
sebagai pertimbangan untuk praktikum selanjutnya adalah: lebih siap lagi dalam
penyiapan preparat praktikum. Koordinasi lebih ditingkatkan agar tidak terjadi
kemuluran waktu dan dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan
Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Akoso, B.T.
2000. Kebutuhan Bahan Biologis Untuk Menunjang Pengamanan Ternak Terhadap
Penyakit. Direktorat Bina Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan.
Makalah Disajikan Pada Seminar Dan Pameran Teknologi Peternakan Dan Veteriner
14−15 Maret 2000, Di Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian,
Jakarta.
Bahri, S. 1998. Beberapa
Aspek Keamanan Pangan Asal Hewan Ternak di Indonesia. Balai Besar Penelitian
Veteriner. Bogor.
Cahyono, B.
1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Yayasan Pustaka Nusantara .
Yogyakarta.
Frandson,
R.D. 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hidayah
N. 2008. Pengaruh Penambahan Variasi Konsentrasi Starter Probiotik pada Pakan
Terhadap Perkembangan Ayam Kampung. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Indarto,
P. 1997. Manajemen Pemeliharaan Unggas. Universitas Brawijaya Press. Malang
Irawan.
1996. Pedoman Pengendalian Hewan Menular. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Easterday, B.C., V.S. Hinsaw, And D.A. Halvorson. 1997. Influenza: Diseases Of
Poultry. P. 583-595. In B.W. Calnek, H.J. Barnes, C.W. Beard, L.R. Mc Dougald,
And Y.M. Saif (Eds.).
Jahja dan Retno.
1993. Petunjuk
Mendiagnosa Penyakit Ayam. Medion. Bandung.
Jahja dan Retno. 2010. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya.
Medion. Banndung.
Kusumaningsih,
A., S. Bahri, A. Nurhadi, E. Martindah, Dan E. Masbulan. 2001. Studi Kebijakan
Penyediaan Dan Pengembangan Vaksin Dan Bahan Biologis Veteriner Untuk Menunjang
Peningkatan Mutu Bibit Ternak Di Indonesia. Prosiding Hasil-Hasil Penelitian
Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Pe Ternakan Armp-Ii Tahun 1999/2000. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm. 391−404.
Medion. 2012.
Konsultasi Hati Memar. http://info.medion.co.id/index.php/konsultasi-teknis/layer/penyakit/hati-memar-malaria.
Diakses pada 28
September 2013
Murtidjo, B. A. 1992.
Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius . Yogyakarta.
Nurcahyo, H. 1998. Anatomi
dan Fisiologi Hewan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Permin A
et al. 1998. Studies on Ascaridia galliin Chickens Kept at Different
Stocking Rates. J. of Avi. Pathol. 27: 382-389.
Sonjaya.
2006. Macam-macam
Penyakit cacing. Edisi 2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sonjaya.
2010. Cacingan
dan Pengobatannya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soulsby,
EJL.1982. Helminth, Arthropods and Protozoaor Domesticated Animals. 7rd Ed. Lea
and Febiger Philadelphia.
Subronto,
1989. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sundaryani, T.
2007. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Suprijatna, E., N. Atmomarsono. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Widayani,
R. 2008. Kesehatan Hewan. Suwagatri Press. Cirebon
Wulangi, S.K.
1990. Fisiologiperedaran. Institute Teknologi Bandung. Bandung.