LAPORAN PRAKTIKUM SELEKSI TERNAK KAMBING
Sabtu, 20 Desember 2014
Edit
Penampilan ternak saat hidup
mencerminkan produksi dan kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir dalam menaksir
nilai ternak tergantung pada pengetahuan penaksir dan kemampuan menterjemahkan
keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yang perlu mendapat perhatian
pada saat menaksir pro-duktivitas ternak adalah umur dan berat, pengaruh
kelamin, perdagingan, derajat kegemukan dan persentase karkas.
Penilaian ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari
tubuh ternak. Contohnya
pada ternak sapi, untuk mendapatkan sapi yang baik harus
memperhatikan konformasi tubuh yang ideal, ternak yang
dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya, bagus ukuran
tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan
tidak kasar. Kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal
dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang
mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkannya.
Penilaian ternak dilaksanakan
berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi penampilannya saja dan terkadang terdapat
hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika
berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap
potensi perkembangbiakan atau produksi. Penentuan seleksi ternak
sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Penilaian ternak
tersebut dilakukan
dengan cara memberikan score kepada masing-masing ternak sehingga
menghasilkan urutan atau rangking tertinggi
berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan
secara fisik.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A. Seleksi Ternak
Seleksi
dari segi genetik diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan
ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberi
kesempatan berproduksi. Ternak-ternak
pada generasi tertentu bisa menjadi
tetua pada generasi selanjutnya jika terdapat dua kekuatan.
Kedua kekuatan itu adalah seleksi alam dan seleksi buatan (Noor, 2004).
Nilai pemuliaan masing-masing ternak yang diketahui dengan pasti, maka
penentuan peringkat keunggulan ternak dalam populasi dapat diketahui dengan
mudah. Nilai pemuliaan ternak tetua sangat menentukan nilai pemuliaan dan
performa anaknya. Nilai
pemuliaan dapat menjadi dasar dalam melakukan seleksi dengan memilih ternak
yang nilai pemuliaannya paling tinggi untuk dijadikan tetua (Bourdon, 1997).
Seleksi
dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak yang baik untuk digunakan sebagai
bibit yang menghasilkan generasi yang akan datang. Untuk bidang peternakan,
yang diseleksi adalah sifat-sifat terukur seperti kecepatan pertumbuhan, bobot
lahir, produksi susu dan bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara
ekonomi disamping harus mempunyai kemampuan mewarisi yang tinggi yang dapat
ditentukan dari nilai heritabilitasnya (Falconer, 1972).
Ternak yang mempunyai performa
di atas dari performa yang telah ditentukan terlebih dahulu akan dipilih pada saat melakukan
seleksi, sedangkan yang lebih rendah dari performa tadi akan
disingkirkan. Ternak yang terpilih
akan memiliki nilai
rerata performa yang lebih tinggi dari performa keseluruhan sebelum seleksi. Perbedaan
antara rerata performa dari ternak yang terseleksi dengan rerata performa populasi sebelum
seleksi disebut sebagai diferensial
seleksi (selection differential). Proporsi
dari diferensial seleksi
yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya adalah hanya yang bersifat genetik
saja yaitu sebesar angka pewarisannya
(heritability). Jadi,
besarnya differensial seleksi yang
diwariskan adalah sebesar h2S
dan ini disebut sebagai tanggapan
(respon) seleksi yang akan muncul
pada generasi berikutnya (Widodo dan Hakim,
1981).
Dasar
pemilihan dan penyingkiran yang digunakan dalam seleksi adalah mutu genetik seekor ternak. Mutu genetik
ternak tidak tampak dari luar, yang tampak dan dapat diukur dari luar adalah
performanya. Performa ini sangat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
genetik dan lingkungan. Oleh karena itu, harus dilakukan suatu pendugaan atau
penaksiran terlebih dahulu terhadap mutu genetiknya atas dasar performansnya. Metode seleksi dibagi menjadi tiga
metode yang sederhana, yaitu:
1. Seleksi individu (individual selection)
adalah seleksi per ternak sesuai dengan nilai fenotipe yang dimilikinya. Metode
ini adalah yang paling sederhana daripada umumnya dan menghasilkan respon
seleksi yang cepat.
2. Seleksi keluarga (family selection)
adalah seleksi keluarga per keluarga sebagai kesatuan unit sesuai dengan
fenotip yang dimiliki oleh keluarga yang bersangkutan. Individu tidak berperan
dalam metode seleksi ini.
3. Seleksi dalam keluarga (within-family
selection) adalah seleksi tiap individu di dalam keluarga berdasarkan nilai
rata-rata fenotip dari keluarga asal individu bersangkutan (Hardjosubroto, 1994).
B. Kambing
Kambing
Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara
kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal dari India
dan Timur dekat. Kambing ini tahan hidup di padang penggembalaan yang kering
didaerah tropik dan sub-tropik asal tidak lembab. Kambing Boer yang dimuliakan
adalah yang berwarna putih dengan bercak-bercak merah dan dengan makanan yang
baik merupakan pedaging yang istimewa (Mason, 2002).
Kambing
Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam,
berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang
menggantung, kepala berwarna cokelat kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat
tua. Beberapa Kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang
ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas
(43oC) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan (Ted dan Shipley, 2005).
Mulai
tahun 1920-an, banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kambing Boer
melalui pemuliabiakan terseleksi untuk produksi daging. Pola warna yang disukai
adalah kepala dan leher berwarna coklat dengan badan serta kaki berwarna putih
dan kulit berpigmen pada bagian tubuh yang terpapar sebagai pelindung sengatan
matahari. Tanduk menonjol dengan baik, telinga lebar dan menggantung. Kambing
Boer memiliki angka reproduksi tinggi yaitu 7% kembar tiga, 50% kembar dua
danmenghasilkan susu dan kulit yang bermanfaat cukup baik (Davendra dan Burns,
1994).
Kambing
Boerawa adalah kambing hasil persilangan antara Kambing Boer dan Kambing PE.
Ciri-ciri Kambing Boerawa terletak antara kambing Boer dan PE. Kambing Boerawa
memiliki telinga agak panjang dan terkulai kebawah sesuai dengan ciri-ciri
kambing PE. Kambing Boerawa termasuk kambing tipe pedaging sehingga memiliki
performan pertumbuhan yang meliputi bobot lahir, partumbuhan prasapih, dan
bobot sapih cukup tinggi. Kambing Boerawa saat ini sudah berkembang baik
dan menjadi salah satu komoditi ternak unggulan Provinsi Lampung. Perkembangan
yang pesat tersebut berkaitan erat dengan potensi Provinsi Lampung yang besar
dalam menyediakan pakan kambing berupa hijauan maupun limbah perkebunan. Lebih
lanjut dikatakan bahwa kambing Boerawa terbukti memiliki keunggulan antara lain
berat lahir yang lebih tinggi, pertumbuhan berat badan yang lebih cepat, dan
menghasilkan daging yang bermutu baik. Bobot badan kambing Boerawa saat
sapih mencapai 17 kg (Purnomoadi,
2003).
Judging
adalah penilaian tingkatan ternak dengan beberapa karakteristik penting untuk
tujuan tertentu secara subjektif. Judging terdiri atas tiga langkah
yaitu, penilaian melalui kecermatan pandangan (visual), penilaian
melalui kecermatan perabaan (palpasi), dan penilaian melalui pengukuran
tubuh. Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak
berdasarkan sifat-sifat yang tampak. Cara
memilih bibit hampir sama saja dengan seleksi untuk tujuan produksi. Seleksi
berdasarkan visual ini biasa disebut dengan judging. Ternak yang sehat dapat dipilih dengan
melakukan penilaian melalui pandangan dari samping, belakang, dan depan atas
ternak tersebut untuk
mengetahui bahwa ternak dalam kondisi sehat, maka perlu diketahui karakteristik
ternak yang sehat. Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan
tulang-tulang rusuk (ribs) untuk memilih ternak yang gemuk
(Harjosubroto, 1994).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi Praktikum
Alat
dan bahan yang digunakan ada praktikum pemuliaan ternak adalah sebagai berikut:
1. Kambing
2. Alat tulis.
3. Kamera.
B. Metode Praktikum
1. Melakukan
pengukuran pada kambing yang meliputi lingkar dada, bobot badan, panjang badan
dan tinggi gumba.
2. Mengamati ternak yang berada di dalam kandang
meliputi pengamatan penampilan
umum, sifat perah dan sistem mammary.
3. Mencatat hasil pengamatan di dalam tabel yang
telah tersedia.
4. Mendokumentasikan ternak yang diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kambing
1. Hasil Pengamatan
Tabel 7. Hasil Pengukuran dan
Pengamatan Kambing Jantan
No
|
Ketentuan
|
Kambing Jantan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Bangsa
|
Boer
|
Boer
|
Boer
|
Boer
|
2.
|
Umur (bulan)
|
12
|
18
|
9
|
12
|
3.
|
Berat Badan
(kg)
|
45
|
48
|
40
|
42
|
4.
|
Lingkar Dada
(cm)
|
74
|
77
|
68
|
75
|
5.
|
Panjang Badan
(cm)
|
62
|
58
|
60
|
56
|
6.
|
Tinggi Gumba
(cm)
|
60
|
62
|
57
|
59
|
Sumber
: Laporan Sementara Praktikum
Pemuliaan Ternak 2014
Tabel 8. Hasil Penilaian Kambing Jantan secara Individu
No
|
Juri
|
Kambing Jantan Nomor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Thomas Saputro
|
1
|
3
|
4
|
2
|
2.
|
Desi Wulandari
|
2
|
1
|
3
|
4
|
3.
|
Khisom Alwi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4.
|
Rika Suwistin O
|
1
|
3
|
4
|
2
|
5.
|
Wahyu Agus T
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Sumber
: Laporan Sementara Praktikum
Pemuliaan Ternak 2014
Tabel 9. Penilaian Kambing
Jantan Berdasarkan Score Individu
No
|
Ketentuan
|
Skor Sempurna
|
Kambing Jantan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Penampilan Umum (43)
|
|||||
(Bentuk yang menarik; sifat jantan yang seimbang dan kompak; menarik;
cara jalan yang baik)
|
||||||
- Sifat khas bangsa : sesuai
bangsa
|
10
|
7
|
6
|
7
|
7
|
|
- Kepala : panjang sedang, bersih
dari otot menonjol, moncong besar dan lebar, lubang hidung besar, rahang
kuat, mata jernih dan besar, jarak antara mata lebar, telinga sedang
|
||||||
- Bahu : terkait rapi dengan
gumba dan dada bawah; seimbang dan kompak dengan tubuh depan dan belakang
|
5
|
3
|
4
|
2
|
4
|
|
- Punggung : kuat dan lurus
|
12
|
10
|
10
|
9
|
9
|
|
- Pinggang : lebar, kuat dan
hampir rata dengan tubuh lain
|
||||||
- Tulang pengait : lebar, rata
dengan punggung
|
||||||
- Thurl : lebar antara sisi kanan
dan kiri
|
||||||
- Tulang peniti : lebar dan halus
|
||||||
- Pangkal ekor : terletak mapan
diatas dan antara tulang peniti
|
18
|
15
|
15
|
16
|
15
|
|
- Ekor : simetris dengan tubuh
|
||||||
- Kaki : jarak lebar, simetris,
bebas dari otot menonjol, kuat dan lurus
|
||||||
- Kaki belakang : lurus antara
pergelangan kaki bawah dengan tumit, jarak lebar dan lurus, rata dan kuat
|
||||||
- Ujung kaki : pendek, lurus,
dalam, kuku rata
|
||||||
2.
|
Sifat Perah (30)
|
|||||
(Tanda sifat perahan, bebas kelemahan, tidak ada penonjolan dan kekerasan
otot dengan memperhatikan masa laktasi)
|
||||||
- Leher : panjang dan langsing
serta bersatu baik dengan bahu dan dada bawah terkait baik antara ujung leher
dan kepala
|
30
|
26
|
25
|
20
|
25
|
|
- Gumba : tajam, lurus, serta
rata dengan punggung dan bahu
|
||||||
- Tulang rusuk : lebar,
melingkarpenuh, pipih panjang dan berjauhan
|
||||||
- Flank : dalam,
melengkung keatas dan halus
|
||||||
- Paha : melengkung ke dalam dan
berjauhan, ukuran besar
|
||||||
- Kulit : tekstur halus, kenyal,
lepas longgar dan bulu halus
|
||||||
3.
|
Kapasitas Tubuh (25)
|
|||||
(Relatif besar dibanding dengan ukuran tubuhnya, memungkinkan untuk
menampung kapasitas besar volume saluran pencernaan, kuat dan seragam)
|
||||||
- Perut : dalam, kuat, panjang
dan terkait dengan baik; bagian tulang rusuk lebar dan melengkung baik
melebar ke belakang
|
13
|
10
|
10
|
9
|
10
|
|
- Lingkar dada : besar, dalam,
melengkung baik; dada bawah lebar
|
12
|
11
|
10
|
10
|
10
|
|
Total
|
100
|
82
|
80
|
73
|
80
|
Sumber : Laporan
Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014
Kriteria Skoring :
a. Excellent :
nilai 90-100
b. Good Plus :
nilai 85-89
c. Very Good :
nilai 80-84
d. Good :
nilai 75-79
e. Fair :
nilai 70-74
f. Poor : nilai di bawah 69
2. Pembahasan
Praktikum
pada saat judging kambing dilakukan di daerah Kebak Kramat. Kambing yang diamati adalah
kambing Boer. Jumlah kambing yang diamati ada 4 dan dari bentuk tubuh, warna
dan sifat ternak berbeda antara kambing satu dengan yang lain. Skor yang
dinilai dalam pengamatan kambing bhoer ini adalah tampilan umum, sifat perah
dan kapasitas tubuh.
Hasil
dari pengamatan diketahui bahwa jumlah skor yang terbanyak adalah kambing
dengan nomor urut 1, karena memiliki penampilan umum yang baik, sifat perahan
yang cukup baik dan kapasitas tubuh yang besar. Hal tersebut sama dengan
pendapat Ted dan Shipley (2005) bahwa kambing
Boer yang baik memiliki ciri tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu
putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung,
kepala berwarna cokelat kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat tua.
Beberapa Kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya.
Kriteria
dan penilaian yang dinilai dari kambing jantan bibit adalah penampilan umum,
sifat perah dan kapasitas tubuh. Penilaian penampilan umum terdiri dari bentuk
yang menarik, sifat jantan yang seimbang dan kompak, menarik dan cara jalan
yang baik. Penilaian sifat perah yang dinilai adalah tanda sifat perahan, bebas
kelemahan, tidak ada penonjolan dan kekerasan otot dengan memperhatikan masa
laktasi. Kapasitas tubuh terdiri dari relatif besar dibanding dengan ukuran
tubuhnya, memungkinkan untuk menampung kapasitas besar volume saluran
pencernaan, kuat dan seragam.
Gambar Kambing Boer
Hasil pengukuran dan pengamatannya kambing jantan nomor 1
memiliki lingkar dada 74 cm, panjang badan 62 cm, dan tinggi gumba 60 cm.
Penilaian kambing jantan berdasarkan skor individu kambing ini memiliki skor 82
dengan rincian nilai penampilan umum 35, sifat perah 26, dan kapasitas tubuh
21. Kambing jantan nomor 1 merupakan nomor urut pertama dengan skor tertinggi
diantara kambing jantan yang lain.
Hasil pengukuran dan pengamatannya kambing jantan nomor 2
memiliki lingkar dada 77 cm, panjang badan 58 cm, dan tinggi gumba 62 cm.
Penilaian kambing jantan berdasarkan skor individu kambing ini memiliki skor 80
dengan rincian nilai penampilan umum 35, sifat perah 25, dan kapasitas tubuh
20. Kambing jantan nomor 2 merupakan nomor urut kedua diantara kambing jantan
yang lain.
Hasil pengukuran dan pengamatannya kambing jantan nomor 3
memiliki lingkar dada 68 cm, panjang badan 60 cm, dan tinggi gumba 57 cm.
Penilaian kambing jantan berdasarkan skor individu kambing ini memiliki skor 73
dengan rincian nilai penampilan umum 34, sifat perah 20, dan kapasitas tubuh
19. Kambing jantan nomor 3 merupakan nomor urut ketiga (terakhir) diantara
kambing jantan yang lain karena penampilan umumnya kurang baik.
Hasil pengukuran dan pengamatannya kambing jantan nomor 4
memiliki lingkar dada 75 cm, panjang badan 56 cm, dan tinggi gumba 59 cm.
Penilaian kambing jantan berdasarkan skor individu kambing ini memiliki skor 80
dengan rincian nilai penampilan umum 35, sifat perah 25, dan kapasitas tubuh
20. Kambing jantan nomor 4 merupakan nomor urut kedua sama dengan kambing
jantan nomor 2 karena memiliki skor yang sama yaitu 80.
DAFTAR PUSTAKA
Bourdon. R.
M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice Hall. Inc., New Jersey.
Davendra, C.
dan Burns, M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB Pres.
Bandung.
Falconer, D. S.
1972. Introduction To Quantitative Genetics. Longman. London.p. 365
Harjosubroto. 1994.
Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Mason, I. L.
2002. American Boer Goat Association. Brochure. New York.
Noor, R. 2004. Genetika Ternak.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Purnomoadi, Agung. 2003. Ilmu
Ternak Potong dan Kerja. Universitas Diponegoro. Semarang.
Ted dan L.
Shipley. 2005. The
Boer Goat. The Potential for Cross. Symp. In: Goat Meat Production and
Marketing.
Oklahama. USA. 180-189.
Widodo, W. Dan L. Hakim. 1981. Pemuliaan
Ternak. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang.