ORGAN REPRODUKSI PADA SAPI JANTAN
Sabtu, 06 Desember 2014
Edit
Reproduksi merupakan proses penting bagi
semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun
didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik
betina maupun jantan. Fungsi alamiah seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin
jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara
sempurna meletakakannya ke dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan
hanya memodifiser cara dan tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-proses
fisiologik dalam tubuh hewan jantan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa. Akan tetapi
pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu
sendiri.
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga
komponen: (a) organ kelmin primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau
testiculus (jamak: testes atau testiculae) disebut juga orchis atau didymos (b)
sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelanjar
vesikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididylis
dan vas deferen dan (c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
A. Organ Reproduksi Jantan
Sistem
reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika
vaginalis dan selubung testis, epididymis, duktus deferen,
kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis),
urethra, dan penis yang dilindungi oleh prepusium
(Dellmann, 1992).
Gambar 1. Organ Reproduksi Jantan
B. Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada
ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan
sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa)
( Saputro et al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium,
spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda,
dan spermatid matang ( Susatyo dan Chaeri, 2009).
Testis dibungkus oleh kapsul putih
mengkilat (tunica albuginea) yang banyak mengandung serabut syaraf dan
pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica albuginea
terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk
saluran yang berkelok-kelok (Frandson, 1992). Secara sentral, septula testis
berlanjut dengan jaringan ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda
jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial testis, tetapi
pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi
ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel
mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman,
1992).
Sel leydig adalah sel diantara
sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH dengan
mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada
dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di
dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi
yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun keduanya tidak bisa
melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi
khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi sel–sel sertoli adalah (1)
memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini
mensekresikan cairan yang membasahi sel–sel germinal, dan juga mensekresi
cairan tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi
bagi sperma yang berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan
dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang
disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting
antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama
perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus
muller, ekstradiol merupakan hormon kelamin feminism yang penting,
Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hypophysis
untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon perangsang folikel
(Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis
hewan jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang
merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang
terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil
paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi
yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus
seminiferus.
Gambar 2.Testis
C. Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan
berkelok–kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus
deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu
pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma
(Frandson, 1992). Atas dasar criteria histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymis
dapat dibagi dalam beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap
spesies. Secara umum, bagian proksimal dari epididymis (kepala dan
badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa, sedangkan bagian ekor
epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini 45%
spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu
bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah
melalui epididymis yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama
persinggahan dalam duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian
perubahan morfologik dan fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas
pembuahan menjelang mencapai ekor epididymis. Perubahan status fungsional
spermatozoa tercermin dalam :
1. perkembangan motilitas progresif,
2. modifikasi proses metabolisme,
3. perubahan sifat permukaan membran
plasma, aktivitas ikatan molekul pada selaput yang diperlukan untuk pengenalan
proses selama pembuahan,
4. stabilisasi membran plasma melalui oksidasi
pada gugus sulfhidril yang terkait,
5. gerakan ke arah ekor dan akhirnya
kehilangan tetes sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid. Setelah masak,
spermatozoa dewasa disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama,
lebih lama daripada bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann,
1992).
Spermatozoa
di dalam Epididymis mengalami beberapa proses pematangan, seperti
mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran
reproduksi yang amat penting, karena saluran sangat menentukan kemampuan
fertilitas sperma yang dihasilkan. Adapun fungsi pokok Epididymis adalah
alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis.
Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang
dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan
oleh kontraksi otot dinding saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis
nampaknya merupakan organ khusus untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75%
dari total sperma Epididymis berada dibagian ini dan kondisi
lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding
dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis
memberikan persentase kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang
berasal dari bagian caput Epididymis yang hanya 33,33% (Soeroso dan
duma, 2012).
Gambar 3. Epididymis
D. Duktus deferens
Duktus
deferens
meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang
merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar
kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus
deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung
kencing, serta dalam lipatan peritonium yang disebut lipatan urogenital (genital
fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar pada betina (Frandson,
1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak
lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris.
Dekat Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan
bercabang. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak mengandung
pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis. Tunika muskularis pada bagian
terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot
polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari
tunika adventisia (Dellmann, 1992).
Gambar 4. Ductus deferens
E. Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan
adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak
bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial
arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur
internal penis merupakan jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri
dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang
disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di
sekitar penis (Frandson, 1992).
Ruang antara
tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi
sel-sel otot menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya
yang sering terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama
darah dari arteri berbentuk mengulir (helical arrangement), sering disebut
arteria helisine (arteria helicinae). Pengenduran sel-sel otot polos dalam
arteria helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-ruang
corpora kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi,
sehingga akan memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-ruang
jaringan erektil dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans penis
(Dellmann, 1992).
Gambar 5. Penis
F. Kelenjar-Kelenjar Tambahan
1. Kelenjar
vesicularis
Pada
sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli; letaknya
sebidang dengan ampulla vas deferens tetapi ada di sebelah lateral, jadi kedua
ampula itu diapit oleh kedua kelenjar vesikuralis (Partodiharjo, 1987;38).
Sekresi
kelenjar vesikularis merupakan 50% dari volume total dari suatu ejakulasi yang
normal. Jadi kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc maka 2½ cc berasal dari
kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).
Hasil
sekreta yang bersifat gelatin, putih atau kekuningan dari dari kelenjar
vesikulosa merupakan 25% sampai 30% dari seluruh ejakulat sapi. Sekreta ini
kaya akan fruktosa yang berperan sebagai sumber energi spermatozoa yang telah
diejakulasikan (Dellman, 1992;472).
2. Kelenjar
prostate
Kelenjar
prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh lebih kecil daripada
kelenjar vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui beberapa muara kecil
masuk ke dalam urethra kira-kira pada jarak 19 cm kaudal dari muara kelenjar
vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).
Kelenjar
prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretrha
pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian; bagian padat kelenjar atau
bagian luar (corpus prostat), dan bagian yang
menyebar atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian luar menutup bagian dorsalnya
saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra pelvis (Dellman,
1992;472).
Kontribusi
sekreta kelenjar prostat terhadap volume total ejakulasi bervariasi, tergantung
pada spesies. Pada ruminansia 4%-6%, kuda jantan 25%-30%, dan babi jantan
35%-60%. Salah satu fungsi kelenjar prostat adalah menetralisrkan plasma mani,
membuatnya asam dengan akumulasi metabolit karbondioksida dan asam laktat, dan
untuk merangsang gerak aktif spermatozoa dalam ejakulat (Dellman, 1992;474).
3. Kelenjar
cowper
Terdapat
sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak dorsoventral uretra
dalam rongga pelvis. Bersifat sebagaikelenjar tubulus majemuk (babi, kucing,
dan kambing jantan), atau tubuloalveolar (kuda, sapi dan domba jantan), anjing
tidak memilikinya (Dellman, 1992;474).
Pembuluh
sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu kemudian menuju ke urethra;
setelah 2-3 cm dari tempat pertemuan, pembuluh itu bermuara ke dalam urethra.
Baik kelenjar prostat maupun cowper terbentuk dari lobuli dan tiap-tiap lobuli
berbentuk tabung. Tiap-tiap lobuli dipisahkan oleh suatu dinding pemisah yang
mengandung serabut-serabut urat daging licin. Urat dagung ini berkontraksi
secara tiba-tiba dan sekresinya memancar keluar. Sel-sel sekretorinya berbentuk
kubus dengan inti di dasarnya dan beberapa bintik-bintik di sekitar inti
(Partodiharji, 1987;39).
Kelenjar
berfungsi menghasilkan suatu cairan yang dapat membersihkan urethra pada saat
semen terlepas (Girisonta, 1981;82).
Hasil
sekresi yang bersifat mukus dam mirip protein kelenjar bulbouretralis,
disekresikan mendahului proses ejakulasi pada ruminansia, berperan
menetralisirkan lingkungan urethra dan melumasi urethra serta vagina. Pada babi
jantan, hasil sekresi mukous yang kaya akan asam sialik (sialik
acid)merupakan sebagian dari ejakulat (15%-30%) dan kemungkinan
ikut membantu menutup serviks dalam menghindari kehilangan meni (Dellman,
1992;477).
Sebelum
kopulasi, sering terlihat adanya tetesan-tetesan cairan dalam penis yang
berasal dari cowper. Semua kelenjar accesor bersifat aprokrine, artinya:
sebagian besar dari isi sel sekretorinya turut keluar pada saat sel itu
mengeluarkan sekresinya (Partodiharjo, 1987;39).
- Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri
ampula duktus deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya
berlobus-lobus. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara ke dalam urethra,
secara umum muaranya menjadi satu dengan ampula sehingga ada 2 muara di kiri
dan kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya
terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari
kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium,
fruktosa, asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya
kekuning-kuningan karena banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi
kelenjar vesicularis pada sapi merupakan 50% dari total volume ejakulasi.
- Kelenjar Prostata
Pada sapi kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat
dan tidak berlobus. Kelenjar prostata terdiri dari 2 bagian, badan prosatata
dan prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di belakang ampula
dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus prostata. Kelenjar
prostata berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer dan mengandung ion
organik (Na, Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,0.
- Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan
dan kiri urethra bulbourethralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi
kelenjar ini sebesar buah kemiri, padat dan mempunyai kapsul. Kelenjar
bulbourethralis berfungsi sebagai penghasil getah kental yang berfungsi sebagai
pembersih saluran reproduksi dari sisa-sisa urine.
Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai
kelenjar seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler,
mudah dikenali karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang
kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15
cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi
mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda.
Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira –
kira 4 cm. saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat
bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan
sekresinya lebih dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis
ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar
vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai
pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran – campuran
anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber
energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan
babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua
larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam
mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH
semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan
kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian
posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate
jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba
melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot
daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun
pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti.
Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar
prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar
prostate mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg
semuanya dalam larutan.
Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar
bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat
dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran
dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih
kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging
bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi,
sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra
sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes
dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan
sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan
jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan
secara alam, gumpalan – gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah
membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari
babi betina.
G. Organ Kopulatoris
- Penis
a.
Ada dua tipe
penis :
1)
Fibroellastic
(sapi, domba, babi; ada m. retractor penis)
2)
Fibrovascular/Cavernosa
(kuda, primata)
b.
Bagian-bagian
Penis
1)
Corpus Penis
2)
Musculus
Retractor Penis
3)
Urethra
4)
Glans Penis
5)
Processus
Urethralis
Gambar 6. Bentuk Penis
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bagian-bagian dari
alat reproduksi jantan dapat dibedakan menjadi testis, epididymis, ductus
deferen dan penis. Fungsi testis adalah untuk menghasilkan
sel jantan atau spermatozoa dan menghasilkan hormon androgen. Fungsi epididymis
adalah sebagai transpot, sebagai saluran-saluran untuk pemasakan spermatozoa,
pemekatan atau pemadatan konsentrasi spermatozoa, dan penimbunan sperma.
Fungsi penis adalah untuk lewatnya urine dan menyemprotkan sperma
ke dalam alat reproduksi betina (alat kopulasi). Faktor yang
mempengaruhi ukuran dari alat reproduksi ternak yaitu umur, berat ternak,
jenis, spesies dan faktor genetika.
DAFTAR
PUSTAKA
Dellmann, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner
II. Edisi ketiga.Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi
keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Saputro. 2008. Histologi Organ Reprodusi Jantan.
Universitas Brawijaya. Malang.
Soeroso, Y. Duma. 2012. Hubungan antar Lingkar Skrotum
dengan Karakteristik Cairan dan Spermatozoa dalam Cauda Epididymis pada Sapi
Bali (The Correlation of Scrotal Circumference, Spermatozoa of Epididymis
Caudalis and Dilution Characteristic in Bali Cattle). Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako. Palu
Suatyo, P., dan Chaeri, A. 2013. Histologi Reproduksi
Jantan Tikus Putih Setelah Pemberian Propoxur. Jurnal Inovasi Vol. 3 No. 2,
Juli 2009: 99 – 166 http://isjd.pdii.lipi.go.id
diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 16.03 WIB
Widjanarko, Bambang. 2011.
Informasi Reproduksi. www.fisiologi-reproduksi.html diakses pada tanggal 4
Maret 2014 pukul 16.04 WIB