RESEP CARA MEMBUAT DENDENG SAPI
Selasa, 23 Desember 2014
Edit
Daging
merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang
mampu menyumbangkan asam amino esensial yang lengkap. Daging segar mudah busuk
atau rusak karena perubahan kimiawi dan kontaminasi mikroba. Oleh karena itu
berbagai cara pengawetan daging perlu dikembangkan. Tujuan dari pengolahan dan
pengawetan daging ialah untuk memperpanjang daya simpan dan untuk meningkatkan
cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen serta dapat mempertahankan nilai
gizinya sehingga diharapkan dapat memperluas rantai pemasaran daging olahan
tersebut. Salah satu cara pengolahan dan pengawetan daging sapi yang sudah
dilakukan yaitu pengolahan dendeng sapi.
Dendeng
sapi adalah produk daging yang dibuat secara tradisional diIndonesia, dengan
cara curing yaitu menaburkan gula, garam dan rempah-rempah pada irisan daging
kemudian dijemur. Namun, sebelumnya daging yang akan dibuat dendeng harus
dibersihkan terlebih dahulu dan direndam dengan garam. Dendeng merupakan salah
satu bentuk hasil olahan pengawetan daging secara tradisional dan telah banyak
dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu. Menurut SNI 01-2908-1992 (Badan Standarisasi
Nasioanal, 1992), dendeng merupakan produk makanan berbentuk lempengan yang
terbuat dari irisan atau gilingan daging segar yang telah diberi bumbu dan
dikeringkan. Dendeng memiliki cita rasa yang khas, yaitu manis agak asam dan
warna yang gelap akibat kadar gulanya yang cukup tinggi. Kombinasi gula, garam,
dan bumbu-bumbu menimbulkan bau khas pada produk akhir (Purnomo, 1996). Dendeng
dapat dikategorikan sebagai bahan pangan semi basah karena dendeng memiliki
kadar air yang berada dalam kisaran kadar air bahan pangan semi basah, yaitu
25%. Bahan pangan semi basah merupakan campuran suatu bahan pangan yang pada
umumnya ditambah dengan bahan pengikat air yang dapat menurunkan daya ikat air
produk, sehngga pertumbuhan mikroorganisme terhambat (Purnomo, 1996). Bahan
pangan semi basah memiliki aktivitas air antar 0,6 sampai 0,91 (Salguero et al,
1994). Purnomo (1996) mengemukakan, ditinjau dari cara pembuatanya, dendeng
dikelompokan menjadi dendeng iris (slicer) dan giling. Komposisi bahan yang
digunakan dalam pembuatan dendeng alah daging, gula merah (30%), garam (5%),
ketumbar (2%), bawang putih (2%), sendawa (0,2%), lengkuas (1%), dan jinten
(1%) (Hadiwiyoto, 1994). Selama pembuatan dan pengeringan akan terjadi pula
pembentukan komponen-komponen citarasa, yang akan menambah rasa dan aroma
dendeng menjadi lebih sedap.
Dendeng seringkali mengalami kerusakan
seperti timbulnya ketengikan warna coklat yang kurang menarik dan kontaminasi
mikroorganisme. Ketengikan dapat terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen
terhadap asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Kontaminasi mikroba pada dendeng
dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengolahannya, terutama sebelum tahap
pengeringan (Soputan, 2004). Dendeng sapi adalah produk daging yang dibuat
secara tradisional diIndonesia, dengan cara kuring yaitu menaburkan gula, garam
dan rempah-rempah pada irisan daging kemudian dijemur. Tujuannya yaitu untuk
memperpanjang daya simpan daging, meningkatkan cita rasa dan dapat
mempertahankan nilai gizi daging olahan (Soputan, 2004).
A. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Dendeng
Dalam
membeli suatu produk olahan kita harus mencermati dengan baik, dendengdaging
sapi yang diperdagangkan, ada yang berkualitas baik , ada yang berkualitas
sedang dan ada pula yang berkualitas kurang baik. Perbedaan kualitas dendeng
tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Pemilihan Bahan
Untuk
mendapatkan dendeng daging sapi yang bermutu baik, harusmenggunakan bahan yang
bermutu. Daging sapi yang digunakan harus berkualitas baik dan segar. Pemilihan
bahan tambahan dan bumbu juga dapat mempengaruhi rasa dendeng. Jika daging sapi
yang digunakan kurang atau tidak segar maka akan dapat mempengaruhi hasil dari
dendeng, selain itu juga dendeng memiliki rasa aroma yang tidak sedap. Demikian
pula jika bahan yang digunakan berkualitas baik,rasa, aroma, dan warna akan
baik. Jika kualitas bumbu kurang /tidak baik, misalnya bawang putih agak busuk
dapat berpengaruh terhadap rasadan aroma (Haryvedca, 2010).
2. Proses pembuatan
Faktor
proses pembuatan yang dapat mempengaruhi kualitas dendeng antara lain yaitu
proses kuring dan pengeringan :
a) Proses kuring
Pada
pembuatan dendeng daging sapi, dilaksanakan menggunakan cara kuring kering
yaitu bumbu dihaluskan, dicampurkan pada daging sapi iris tanpa penambahan air,
lalu didiamkan selama 4 – 6 jam dapat mempengaruhi rasa karena bumbu kurang
meresap. Jika proses kuring terlalu cepat kurang dari 5 jam, makadapat
mempengaruhi rasa karena bumbu kurang meresap (Haryvedca, 2010).
b) Pengeringan
Proses
pengeringan merupakan salah satu penentu kualitas dendeng. Pada saat proses
pengeringan mengalami perubahan warna, aroma, tekstur dan zat gizinya. Tempat
yang digunakan untuk pengeringan sebaiknya menggunakan nampan yangterbuat dari
logam dan diberi alas plastik supaya dendeng menjadi cepat kering dan setiap 3
jam di balik supaya pengeringannya merata. Proses pengeringan yang kurang
sempurna dapat mempengaruhi rasa dan aroma dendeng. Mengingat dendeng
dagingsapi harganya cukup mahal, kurang terjangkau oleh daya beli masyarakat
golonganekonomi rendah sehingga perlu memanfaatkan bahan yang lebih murah untuk
dibuat dendeng (Haryvedca, 2010 ).
B. Kandungan Zat Gizi Dendeng
Kandungan
gizi dalam dendeng cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya. Dikutip dari
Departemen Kesehatan RI, 1995 menyatakan bahwa bahan dasar dendeng umumnya
adalah daging sapi. Dalam 100 gram daging sapi mempunyai kandungan protein 18,8
gram, jadi dendeng mengandung protein yang cukup tinggi (Dhanie, 2010).
Bumbu
1. Garam
Penambahan
garam berfungsi sebagai pengawet karena dalam jumlah yang cukup, garam dapat
menyebabkan autolysis dan pembusukan serta plasmolisis pada mikroba. Garam
meresap kedalam jaringan daging sampai tercepai keseimbangan tekanan osmosis
antara bagian dalam dan luar daging (Soeparno, 1994). Selain sebagai penghambat
bakteri, garam juga dapat merangsang cita dan penambahan rasa enak pada produk.
Sifat garam (NaCl) sebagai berikut :
a. NaCl dapat berdisosiasi menjadi Na+ dan Cl-
dimana Cl- yang berlebihan merupakan senyawa beracun bagi mikroba.
b. Menurubkan kelarutan oksigen dalam air
sehingga dapat menghambat mikroba aerob dan menghambat reaksi kecoklatan(
browning reaction) pada pangan
c. Mengakibatkan denaturasi protein sehingga
protein (enzim) mikroba menjadi inaktif.
d. Sel menjadi lebih sensitif terhadap mikroba
2. Gula Merah
Penambahan
gula merah berfungsi untuk memodifikasi rasa, memperbaiki aroma, warna dan
tekstur produk (Bailey, 1998). Penambahan gula merah pada abon membuat flavor
abon yang khas dan disukai banyak konsumen karena rasa manisnya. Selain itu,
gula merah juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Kadar gula yang tinggi,
yaitu pada konsentrasi 30-40% akan menyebabkan air dalam sel bakteri, ragi, dan
kapang akan keluar menembus membrane dan mengalir ke larutan gula, yang disebut
osmosis dan mentebabkan sel mikroba mengalami plasmolisis dan pertumbuhannya
akan terhambat (Winarno et al, 1984). Selain itu pengaruh gula terhadap mikroba
adalah:
a. Mampu mengikat air sehingga menurunkan aw
pangan. Disamping itu juga menyerap/mengikat air mikroba sehingga sel mikroba mengkerut.
b. Meningkatkan tekanan osmosis sehingga sel
mikroba mengalami plasmolisis (kehilangan air).
3. Bawang Putih
Bawang
putih memiliki aroma yang kuat dan tajam, tetapi hampir tidak berbau jika belum
dimemarkan dan dipotong-potong (Farrell, 1990). Bawang ptuih dapat digunakan
sebagai bahan pengawet karena bersifat bakteriostatik yang disebabkan oleh
adanya zat aktif alicin yang sangat efektif terhadap bakteri, selain itu bawang
putih mengandung scordinin, yaitu senyawa komplek thioglisidin yang bersifat
antioksidan (Palungkun dan
Budhiarti, 1995).
4. Bawang Merah
Bawang
merah digunakan untuk bahan bumbu dapur dan sebagai penyedap rasa dalam
masakan. Selain itu bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat tradisional
karena memiliki efek antiseptik dari senyawa ailin. Senyawa tersebut diubah
menjadai asam piruvat, ammonia, dan alicin antimikroba yang bersifat
bakterisida (Rukmana, 1994).
5. Ketumbar
Ketumbar
adalah rempah-rempah kering berbentuk bualat dan berwaarna kuning kecoklatan,
memiliki rasa gurih dan manis, berbau harum, dan dapat membangkitkan kesan
sedap di mulut (Farrell, 1990). Ketumbar memiliki aroma rempah-rempah dan
terasa pedas. Minyak dari biji ketumbar terutama mengandung d-linalol,
stironelol, bermacam-macam ester, keton, dan aldehida (Syukur dan Hernani,
2002).
6. Jahe
Jahe
memiliki aroma yang harum dan rasa yang pedas. Rimpang jahe mengandung minyak
atsiri yang menimbulkan aroma khas jahe, diantaranya zingberene, curcumine,
philandren, dan sebagainya. Jahe juga mengandung gingerols dan shogaols yang
menimbulkan rasa pedas (Muchtadi
dan Sugiyono, 1992). Jahe mampu menutupi bau beberapa flavor dan memberikan
kesegaran terhadap bahan pangan.
7. Lengkuas
Lengkuas
memiliki dua warna, yaitu putih dan merah, dan dua ukuran, yaitu kecil dan
besar. Lengkuas mengandung beberapa minyak atsiri, diantaranya kamfer, galang,
galangol, philandren, dan mungkin juga curcumin. Minyak atsiri tersebut
menghasilkan aroma yang khas (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
8. Pengeringan
Pengeringan
adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air dari
suatu bahan dengan cara menguapkannya dengan menggunakan energi panas (Winarno
et al, 1984). Prisip pengeringan yaitu mengurangi kadar air bahan sehingga
aktivitas mikroorganisme menurun. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi
lebih awet dengan volume menjadi lebih kecil, berat bahan berkurang. Kerugian
yang terjadi yaitu perubahan sifat fisik dan kimia dari suatu produk.
Teknik-teknik pengawetan dengan pengeringan menyangkut:
a. Pembatasan aktivitas air dengan pengeringan
b. Penggunaan garam dan gula untuk mengendalikan
kegiatan air lebih lanjut dan berfungsi sebagai penghambat selektif terhadap
kegiatan enzim dan mikroorganisme
c. Penggunaan bumbu-bumbu untuk membatasi
perkembangan selanjutnya dari mikroorganisme dan untuk memberikan rasa yang
khas (Buckle et al., 1987). Pengeringan juga berperan dalam menciptakan tekstur
dan kekenyalan yang khas pada dendeng.
Gaman
dan Sherington (1992) menambahkan bahwa hal yang penting dalam pengeringan
adalah suhu yang digunakan hendaknya jangan terlalu tinggi, karena akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki pada pangan. Demikian
juga panas yang berlebihan dapat menyebabkan case hardening, yaitu suatu
keadaan dibagian luar (permukaan) pangan menjadi keriput dan keras, sedangkan
air terperangkap didalamnya (bagian dalam masih basah). Cara mencegah case
hardening adalah dengan membuat suhu pengeringan tidak terlalu tinggi atau
proses pengeringan awal tidak terlalu cepat. Pengeringan dapat dilakukan dengan
mengunakan suatu alat pengering (artificial drier) atau dengan penjemuran (sun
drying) yaitu pengeringan dengan menggunakan energi langsung dari sinar
matahari. Pengeringan buatan mempunyai keuntungan karena suhu dan aliran udara
dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan dengan tepat dan
kebersihan dapat diawasi dengan sebaik-baiknya.
C. Cara Pembuatan Dendeng
1. Bahan
a. Daging
b. Bumbu. Setiap 1 kg daging dibutuhkan gula (200
gram), asam jawa (40 gram), bawang merah (50 gram), bubuk ketumbar (20 gram),
lengkuas (30 gram), garam (300 gram), dan bawang putih (100 gram).
2. Alat
a. Pisau. Alat ini digunakan untuk mengiris
daging menjadi irisan tipis. Pisau yang digunakan hendaknya tajam, tipis dan
dari logam stainless steel.
b. Pengantung daging. Alat ini digunakan untuk
menggantung daging ukuran besar yang akan diiris.
c. Telenan. Alat ini digunakan untuk mengeringkan
irisan daging (kalau tidak digunting).
d. Pengering. Alat ini digunakan untuk
mengeringkan irisan daging. Pengering dapat berupa alat penjemur sederhana,
atau berupa alat pengering yang berbahan bakar (minyak, kayu bakar, atau
arang), bertenaga listrik atau bertenaga cahaya matahari.
e. Keranjang peniris. Alat ini digunakan untuk
meniriskan daging setelah direndam dengan larutan garam.
f. Penggiling bumbu. Alat ini digunakan untuk
menggiling bumbu dendeng.
g. Panci. Alat ini digunakan untuk merebus bumbu.
h. Kulkas. Alat ini digunakan untuk menyimpan
daging yang direndam di dalam larutan bumbu.
3. Cara Pembuatan
a. Pengirisan daging. Daging diiris tipis-tipis.
Sedapat mungkin pemotongan mengikuti arah jaringan otot. Ada dua cara
pengirisan, yaitu:
1) Daging digantung pada alat penggantung,
kemudian diiris tipis-tipis.
2) Daging ditempatkan di atas talenan, kemudian
diiris tipis-tipis.
Irisan
dapat dibuat dalam berbagai ukuran, seperti
a) irisan kecil: irisan dengan panjang 1 cm dan
lebar 1 cm.
b) irisan sedang: irisan dengan panjang dan
lembar antara 3-5 cm.
c) irisan panjang: irisan dengan panjang >5 cm
dan lebar 3-5 cm.
b. Pembuatan larutan bumbu
1) Lengkuas, bawang putih, dan bawang merah
digiling halus. Bumbubumbu ini dicampur dengan gula, asam jawa dan bubuk
ketumbar.
2) Air sebanyak 1 liter direbus sampai mendidih.
Kemudian ditambahkan bumbu yang telah disiapkan di atas. Campuran tersebut
dididihkan selama 30 menit sambil diaduk-aduk sampai kental. Setelah itu
larutan bumbu didinginkan.
c. Perendaman di dalam larutan bumbu.
1) Irisan daging direndam dalam larutan bumbu
selama semalaman pada suhu dingin di dalam kulkas.
2) Setelah itu, daging dikeluarkan dari larutan
bumbu, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik tersebut di biarkan di udara terbuka
sampai suhunya tidak dingin lagi (sama dengan suhu kamar).
d. Pengeringan. Setelah daging di dalam kantong
tidak dingin lagi, daging dikeluarkan dari kantong, kemudian segera dijemur
atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di bawah 10%. Irisan
daging yang berukuran panjang harus digantung pada saat pengeringan. Hasil
pengeringan disebut dengan dendeng mentah.
e. Pengemasan. Dendeng mentah yang telah kering
dapat disimpan di dalam kantong plastik.
f. Penggorengan. Dendeng daging yang telah kering
dapat digoreng di dalam minyak panas (1700) selama 30-60 detik sambil
dibolak-balik, kemudian cepat-cepat diangkat dan ditiriskan.