SISTEM NAVIGASI PADA BURUNG MERPATI
Rabu, 31 Desember 2014
Edit
Para ilmuwan telah lama menyelidiki kemampuan navigasi burung merpati yang menakjubkan. Burung yang satu ini memang sangat cerdas. Kemampuan mereka dalam menemukan arah jalan membuat manusia memanfaatkannya sebagai burung pembawa pesan selama ribuan tahun. Para ilmuwan berpendapat bahwa burung merpati menggunakan berbagai macam kemampuan untuk menentukan arahnya contohnya seperti penglihatan visual, tanda magnet bumi, indera penciuman dan rasa, kemampuan untuk meneliti perbedaan gravitasi atau gaya tarik bumi dengan kompas matahari, Burung merpati dapat menentukan arah terbangnya dengan tepat dalam berbagai keadaan, seperti siang hari, malam hari, cuaca mendung, maupun cuaca berkabut.
a. Merpati mampu mengembangkan sistem peta akustik, burung tersebut menciptakan peta akustik lingkungan di sekitar mereka. mereka menggunakan suara sebagai peta mereka. merpati menggunakan ‘’bunyi infra’’yang merupakan suara dengan frekuensi sangat rendah yang tak bisa ditangkap oleh indra pendengaran manusia. ketika burung dilepaskan di wilayah yang tak dikenalnya, mereka mendengarkan tanda sinyal bunyi infra dari rumahnya, kemudian menggunakannya untuk menentukan sikap mereka.
b. Pedoman utama yang dijadikan patokan arah oleh burung merpati selama terbang bermigrasi adalah kompas matahari pada siang hari dan pola bintang pada malam hari. Selain itu dapat juga menggunakan pola bintang, yang dimaksud dengan pola bintang adalah perhatian burung-burung itu terpusat pada gerak putar keseluruhan bintang di langit. Di atas khatulistiwa, bintang-bintang tampak bergerak cepat, tetapi pada saat mendekati kutub, kecepatannya berkurang dan pada saat tepat di atas kutub, bintang akan "berhenti". Burung migrasi mengenal itu sebagai titik perputaran langit.
c. Merpati yang kehilangan kemampuan untuk mencium bau, tidak akan dapat melakukan navigasi. Begitu pula ketika menipu mereka dengan bau-bauan untuk menuju ke tempat yang salah, dan mereka akan terbang ke arah yang salah pula. Hal ini terdengar sederhana, namun sebenarnya pengujian hipotesis navigasi penciuman merpati ini sangatlah berat dan hingga kini masih ada ahli yang meragukannya dengan sejumlah alasan yang masuk akal.
d. Merpati menggunakan medan magnet bumi untuk mengemudikan arah jalan pulang setelah menempuh perjalanan jauh. Caranya adalah dengan menggunakan partikel magnet yang sangat kecil, yang berada dalam paruh untuk merasakan medan magnet bumi. Burung umumnya memiliki naluri bermigrasi besar-besaran. Namun, naluri tersebut ternyata mengacu pada kemampuan burung untuk mencari keberadaan medan magnet bumi. Burung terbang dengan menggunakan kompas dan peta. Kompas yang digunakan biasanya adalah posisi matahari dan ladang magnetik bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Able, K. P. 1982. Skylight polarization patterns at dusk influence migratory orientation in birds. Nature, 299, 550–551.
Hagstrum, J.T., 2007. The Case for Infrasound as the Long-Range Map Cue in Avian Navigation: Proceedings of the 63rd Annual Meeting, Institute of Navigation, April 2007, Cambridge, MA, 14 pp.
M Hutton. GT. Goodman, Metal contamination of feral Pigeons (Columba livia) from London area: Part 1. Tissue accu.
a. Merpati mampu mengembangkan sistem peta akustik, burung tersebut menciptakan peta akustik lingkungan di sekitar mereka. mereka menggunakan suara sebagai peta mereka. merpati menggunakan ‘’bunyi infra’’yang merupakan suara dengan frekuensi sangat rendah yang tak bisa ditangkap oleh indra pendengaran manusia. ketika burung dilepaskan di wilayah yang tak dikenalnya, mereka mendengarkan tanda sinyal bunyi infra dari rumahnya, kemudian menggunakannya untuk menentukan sikap mereka.
b. Pedoman utama yang dijadikan patokan arah oleh burung merpati selama terbang bermigrasi adalah kompas matahari pada siang hari dan pola bintang pada malam hari. Selain itu dapat juga menggunakan pola bintang, yang dimaksud dengan pola bintang adalah perhatian burung-burung itu terpusat pada gerak putar keseluruhan bintang di langit. Di atas khatulistiwa, bintang-bintang tampak bergerak cepat, tetapi pada saat mendekati kutub, kecepatannya berkurang dan pada saat tepat di atas kutub, bintang akan "berhenti". Burung migrasi mengenal itu sebagai titik perputaran langit.
c. Merpati yang kehilangan kemampuan untuk mencium bau, tidak akan dapat melakukan navigasi. Begitu pula ketika menipu mereka dengan bau-bauan untuk menuju ke tempat yang salah, dan mereka akan terbang ke arah yang salah pula. Hal ini terdengar sederhana, namun sebenarnya pengujian hipotesis navigasi penciuman merpati ini sangatlah berat dan hingga kini masih ada ahli yang meragukannya dengan sejumlah alasan yang masuk akal.
d. Merpati menggunakan medan magnet bumi untuk mengemudikan arah jalan pulang setelah menempuh perjalanan jauh. Caranya adalah dengan menggunakan partikel magnet yang sangat kecil, yang berada dalam paruh untuk merasakan medan magnet bumi. Burung umumnya memiliki naluri bermigrasi besar-besaran. Namun, naluri tersebut ternyata mengacu pada kemampuan burung untuk mencari keberadaan medan magnet bumi. Burung terbang dengan menggunakan kompas dan peta. Kompas yang digunakan biasanya adalah posisi matahari dan ladang magnetik bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Able, K. P. 1982. Skylight polarization patterns at dusk influence migratory orientation in birds. Nature, 299, 550–551.
Hagstrum, J.T., 2007. The Case for Infrasound as the Long-Range Map Cue in Avian Navigation: Proceedings of the 63rd Annual Meeting, Institute of Navigation, April 2007, Cambridge, MA, 14 pp.
M Hutton. GT. Goodman, Metal contamination of feral Pigeons (Columba livia) from London area: Part 1. Tissue accu.