PENYAKIT BERAK KAPUR (PULLORUM DISEASE) PADA AYAM
Sabtu, 31 Januari 2015
Edit
Penyakit
ayam merupakan kendala utama pada peternakan intensif dilingkungan tropis
seperti di Indonesia, karena dapat menurukan produksi. Dalam pemeliharaan
ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan
tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat
kematian ternaknya (Mutidjo, 1992). Oleh sebab itu, pengamanan dan menjauhkan
ternak ayam dari sumber wabah dan hambatan potensial tersebut menjadi prioritas
dan perhatian khusus. Pemilihan indukan yang unggul, pengelolaan
yang baik, sanitasi, peningkatan daya tahan ayam dengan vaksinasi dan usaha
menjauhkan ternak ayam dari sumber penyakit adalah kunci sukses dalam beternak
ayam. Tetapi kurangnya informasi pengetahuan dan pemahaman dalam pengenalan
suatu penyakit dapat mengakibatkan kesalahan diagnosis dan pengobatan suatu
penyakit pada ayam.
Salah satu penyakit pada unggas adalah penyakit
Berak Kapur (Pullorum Disease). Pullorum merupakan suatu penyakit infeksius
pada unggas, terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur
(Tabbu, 2000). Penyakit Berak Kapur (Pullorum Disease) biasanya
ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering
bersifat local dan kronis pada ayam dewasa.
DESKRIPSI
:
Penyakit
ini banyak menyerang anak ayam. Terutama umur 1—10 hari. Kebanyakan yang kena lemah dan mati
muda. Pada ayam dewasa tidak terlihat gejala - gejala sakit. Ayam yang
sembuh menjadi pembawa sifat dan
seumur hidupnya mengeluarkan bibit
penyakit.
ETIOLOGI
:
Salmonella
pullorum
Bentuk
batang, Gram negatif, non motil, tidak berspora, fakultatif aerob.
GEJALA:
1. Anak ayam : Nafsu makan berkurang. Kotoran
encer berwarna putih berlendir dan banyak melekat pada daerah anus. Ayam
terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat hangat.
Sayap tampak kusut dan menggantung, jengger pucat dan berkerut berwarna
keabu-abuan.
2. Ayam dewasa : Menurunnya kesuburan dan daya
tetas, depresi, anemia dan kotoran encer warna kuning.
CARA
PENULARAN :
Secara
kongenital/vertikal : dari induk ke anak, saat telur di ovarium, oviduk atau
kloaka.
Secara
horisontal :
1. oral, melalui pakan, air minum dan litter yg
terkontaminasi.
2. aerogen/udara pernapasan: dalam mesin tetas
melalui: debu, bulu-bulu, anak ayam dan pecahan cangkang
PERUBAHAN
PASCA MATI :
1. hati membesar, haemorrhagi, gumpalan darah di
rongga perut.
2. jantung dilatasi, noduli putih keabuan
3. perikardium : bengkak, perikarditis, cairan
fibrinous
4. limfa, ginjal membesar, jejas nekrotis.
5. reproduksi betina : folikel keriput, kuning
telur memadat dan mengkeju
6. reproduksi jantan : abses kecil pada testes,
penebalan
PENYEBAB
:
Bakteri Salmonella pullorum
PENANGGULANGAN:
1. Menjaga sanitasi kandang dan mesin tetas.
Fumigasi dengan formaldelhida 40%.
2. Pemberian vaksinasi sama halnya pada kolera.
3. Bila ayam terkena sudah parah, sebaiknya
dimusnahkan.
PENGENDALIAN
:
1. Perusahaan pembibit yg terserang
salmonellosis dilarang keluarkan telur tetas, ayam mati ataupun hidup, kecuali
untuk diagnosis.
2. Ayam yang mati dibakar dan dikubur.
3. Uji masal pada unggas di atas 4 bulan, yg
positif dimusnahkan.
4. Peternakan yg positif mengandung penyakit
dilarang lalu lintas orang, kecuali petugas dan orang yg keluar dari peternakan
tersebut harus di suci hamakan.
KERUGIAN EKONOMI :
Turun produksi
telur dan daya tetas, kematian embrio, anak
ayam maupun ayam dewasa.