PENYAKIT INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) PADA AYAM
Rabu, 14 Januari 2015
Edit
Unggas
merupakan salah satu sumber protein hewani baik berupa telur maupun daging
untuk menunjang kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Peternakan unggas,
terutama ayam amat berperan dan perlu senantiasa ditingkatkan kinerjanya, agar
dapat berproduksi secara optimal. Salah satu faktor yang perlu mendapat
perhatian adalah kesehatan ternak, karena produksi yang optimal hanya akan
dapat dicapai bila keadaan ternaknya sehat. Namun demikian, untuk mencapai
tujuan tersebut tidaklah mudah, karena masih terdapat kendala berupa penyakit,
di antaranya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus seperti penyakit infectious
bronchitis (IB).
Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit saluran
pernafasan pada ayam yang disebabkan oleh virus, bersifat akut dan sangat
menular sehingga penyebarannya dalam kelompok ayam sangat cepat sekali, dan
ditandai dengan sesak nafas pada ayam dan penurunan produksi yang tajam pada
ayam petelur. Penyakit IB ini sangat merugikan. Angka kematian pada ayam muda
berkisar antara 0 – 40%, kematian yang tertinggi pada ayam berumur kurang dari
6 minggu sedang derajat pertumbuhannya sangat terlambat, sehingga penyakit ini
sangat merugikan peternakan ayam pedaging. Pada ayam dewasa angka kematiaanya
berkisar antara 0 – 5%, dan mengakibatkan penurunan produksi telur yang sangat
cepat. Penurunan produksi telur ini dapat berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, bahkan ada kalanya kelompok ayam yang bersangkutan tidak dapat kembali
berproduksi setingkat dengan produksi semula.
ETIOLOGI
Penyakit IB disebabkan oleh virus IB yang termasuk
ke dalam famili Coronaviridae dan hanya memiliki satu genus, yaitu Coronavirus.
Virus IB berbentuk pleomorphic, memiliki envelop (selaput luar)
dengan diameter 90 – 200 nm, serta memiliki asam inti berutas tunggal asam
ribonukleat (RNA) dengan berat molekul 8 x 106 Base pair (Bp).
Virus IB mudah tumbuh dalam embrio ayam, sedang dalam biakan jaringan hanya
dapat tumbuh setelah mengalami adaptasi. Bila berada di luar tubuh ayam virus
IB akan segera in aktif, terutama bila terkena panas atau sinar matahari.
Berdasarkan sifat kimia dan fisiknya, virus IB
sangat labil dan sensitif terhadap bahan-bahan yang bersifat lipolitik (seperti
ether dan chlorofrom), panas, dan berbagai bahan disinfektan (Otsuki et al.,
1979). Virus IB umumnya dapat diinaktif dengan menempatkannya pada suhu 56°C
selama 15 menit dan 45°C selama 90 menit. Virus lebih lama bertahan pada pH 11
daripada pH 3 (Alexander dan Collins, 1975). Ayam yang terinfeksi virus dalam
organ dapat terpelihara dengan baik dalam 50% glyserin NaCl physiologis. Sifat
yang demikian memungkinkan pengiriman sampel ke laboratorium tanpa pendingin
(Hofstad, 1984). Isolat virus IB dapat bertahan selama beberapa tahun bila
disimpan pada suhu -30°C (Hofstad, 1984).
GEJALA
KLINIK
Pada ayam muda penyakit IB menyebar
sangat cepat dan menulari semua ayam dalam kelompok. Dari hidung keluar lendir,
sesak nafas dan ngorok. Mata terlihat selalu basah. Nafsu makan dan minum
menurun. Anak ayam di bawah umur tiga minggu yang terinfeksi penyakit IB
memperlihatkan gejala, kesulitan bernafas, ngorok, batuk batuk, bersin dan mata
basah (Hofstad, 1984), serta keterlambatan pertumbuhan bobot badan pada ayam broiler
(Davelaar et al., 1986). Pada ayam petelur dewasa penyakit IB
menampakan gejala penurunan produksi telur hingga mencapai 60% dalam kurun
waktu 6 – 7 minggu dan selalu disertai dengan penurunan mutu telur, seperti
bentuk telur tak teratur, kerabang telur lunak dan albumin telur cair.
Patologi anatomi pada ayam yang diduga terserang
virus IB terlihat adanya cairan encer, agak encer hingga kental di dalam
trachea, saluran hidung dan sinus hidung, pada kantong udara berwarna keruh
atau mengandung eksudat berwarna kuning dan sedikit peradangan di sekitar
bronchi (Hofstad, 1984). Sementara itu, perubahan anatomi pada ayam yang
terserang virus IB yang bersifat nephrohepatic terlihat adanya
pembengkakan dan berwarna pucat pada ginjal dengan tubulus dan ureter berisi
asam urat (Cumming, 1972). Pengukuhan diagnosis IB dengan pemeriksaan sampel
ayam atau organ, trachea, ginjal, dan ovarium yang diduga terserang IB, dikirim
ke laboratorium dalam keadaan segar untuk pemeriksaan immuno- fluorescent
(Chubb, 1986 dan Hawkes et al., 1983) atau immunoperoxidase (Nagi,
1990). Selain cara di atas pemeriksaan patologik anatomi dan histopatologik,
dikukuhkan dengan isolasi virus dan bila memungkinkan penentuan serotipe virus
IB (Cavanagh dan Nagi, 1997).
CARA
PENULARAN
Penyakit ini cepat menular diantara
ayam dalam satu kelompok. Umumnya penularan terjadi melalui pernafasan. Virus
terutama dikeluarkan dari saluran pernafasan dan ginjal. Virus akan menyebar
dari satu peternakan ke peternakan lain melalui udara sehingga penularan dalam
jarak 1100 meter dapat terjadi. Faktor predisposisi yang memperburuk kondisi ayam
yang terinfeksi IB adalah infeksi dari Mycoplasma gallisepticum. Bila virus IB
menulari sekelompok ayam yang rentan maka dalam waktu 2 atau 3 hari seluruh
ayam dalam kelompok tadi akan tertular IB walaupun ayam berada dalam kandang
yang memenuhi persyaratan sanitasi.
DIAGNOSA BANDING
1. Avian Influenza
2. Infectious Coryza
3. Infectious
Laryngotracheitis
4. Newcastle Disease
Catatan: Tanda-tanda klinis penyakit
Avian Infeksious Bronchitis (IB) dapat menyerupai penyakit pernapasan akut
lainnya pada ayam, seperti penyakit Newcastle Disease (ND), Infeksius
Laringotrakeitis (ILT), flu burung /Avian Infuenza (HPAI) dan infeksius coryza
/Snot. Pengujian laboratorium diperlukan untuk membedakan infeksi ini. Pada
penyakit IB, cairan allantoic dari embrio terinokulasi tidak menghemagglutinasi
eritrosit. Untuk virus penyakit Newcastle Disease (ND), dan virus flu burung
/Avian Influenza (HPAI), cairan allantoic dari embrio terinokulasi akan positif
untuk hemaglutinasi.
DIAGNOSA LABORATORIUM
Di laboratorium
dilakukan isolasi virus dengan jalan membiakkannyadi dalam embrio ayam. Pada
embrio ini perlu diadakan pasase seri sebanyak 4 atau 5 kali sampai ditemukan
kelainan pada embrio, yaitu kekerdilan dan kemerahan. Sediaan guna pemeriksaan
Fluorescent Antibody Test (FAT) disiapkan dari embrio yang kerdil tersebut.
Sediaan ini dilihat di bawah mikroskop flueresen. Sediaan guna pemeriksaan FAT
dapat langsung dibuat dari tralhea atau paru-paru tersangka. Hasil diagnose
akan segera didapat pada hari itu juga. Untuk pemeriksaan FAT material dapat
dikirim ke FKH-IPB, BPPH Medan, BPPH Ujung Pandang, BPPH Denpasar dll. Uji
netralisasi serum dalam telur tertunas atau dalam biakan jaringan dapat
dilakukan guna identifikasi virus. Dengan cara ini hasil diagnose akan memakan
waktu yang lebih lama.
PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN
Dalam upaya pencegahan penyakit IB perlu
diperhatikan beberapa faktor, seperti sanitasi, imunitas, aplikasi vaksinasi
dan pemantauan terhadap kekebalan ayam, sehingga ayam terhindar dari serangan
penyakit IB yang merugikan. Ayam yang sakit atau mati disingkirkan dan
dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur dalam-dalam. Cara efektif adalah
melakukan vaksinasi dengan vaksin aktif atau inaktif. Vaksin aktif digunakan
sebagai vaksin primer pada ayam broiler dan petelur, sedangkan vaksin mati
dalam emulsi minyak digunakan sebagai vaksin ulangan (booster). Aplikasi vaksin
dapat diberikan melalui tetes mata, intratrachea atau intranasal. Vaksinasi
pada umur 1 atau 2 hari dilaporkan memberikan respon kekebalan pada ayam.
Jadwal vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 7-12 atau 6-16 minggu.