PENYAKIT ND (NEWCASTLE DISEASE/ TETELO)
Selasa, 20 Januari 2015
Edit
Newcastle
Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka kematian yang tinggi,
disebabkan oleh virus genus paramyxovirus dengan famili paramyxoviridae. Nama lain untuk ND
adalah tetelo, pseudovogolpest, sampar ayam, Rhaniket,
Pneumoencephalitis dan Tontaor furrens. Newcastle Disease dipandang
sebagai salah satu penyakit penting di bidang perunggasan. Kejadian wabah
penyakit ND seringkali terjadi pada kelompok ayam yang tidak memiliki kekebalan
atau pada kelompok yang memiliki kekebalan rendah akibat terlambat divaksinasi
atau karena kegagalan program vaksinasi. Kerugian yang ditimbulkan oleh
penyakit ND antara lain berupa kematian ayam, penurunan produksi telur pada
ayam petelur, gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan pada ayam
pedaging. Penyakit tetelo disebabkan oleh virus yang
berukuran 100-250 nm, yang tersusun dari Asam Inti Ribonukleat (ARN) atau sering disebut Ribonucleic Acid (RNA), protein dan lemak. Virus ini termasuk dalam Famili Paramyxoviridae dengan genera Genus Pneumovirus atau Genus
Paramyxovirus (PMV). Penyakit ND (tetelo) menyerang unggas dan burung. Ayam
ras, ayam kampung baik piaraan maupun yang liar sangat rentan, yang muda lebih
rentan daripada yang dewasa dan mengakibatkan mortalitas (kematian) tinggi,
sedangkan jenis kelamin tidak mempengaruhi kerentanan ini (Balai
Penyuluhan Pertanian, 2010).
PENULARAN
Penularan penyakit ND (tetelo) dari satu hewan ke hewan
lainnya melalui kontak, dengan hewan sakit, skeresi, ekskresi dari
hewan sakit serta juga bangkai penderita ND. Jalan penularan melalui alat
pencernaan dan pernafasan, virus yang tercampur lendir atau virus yang ada
dalam feses dan urine tahan dua bulan bahkan dalam keadaan kering tahan lebih
lama lagi. Demikian pula virus yang mencemari litter dan perlengkapan kandang.
Hal ini merupakan sumber penularan yang penting (Balai
Penyuluhan Pertanian, 2010).
GEJALA
KLINIS
Gejala
penyakit ini dapat diamati melalui gejala pernafasan seperti bersin-bersin,
batuk, sukar bernafas, megap-megap dan ngorok; gejala syaraf berupa sayap
terkulai, kaki lumpuh (jalan terseret), jalan mundur (sempoyongan) serta kepala
dan leher terpuntir (torticoles) yang merupakan gejala khas penyakit ini.
Kemudian gejala pencernaan meliputi diare berwarna hijau, jaringan sekitar mata
dan leher bengkak, pada ayam petelur produksinya berhenti, kalau sudah sembuh
kualitas telurnya jelek, warna abnormal, bentuk dan permukaannya abnormal dan
putih telurnya encer. Hal ini disebabkan oleh karena organ reproduksinya tidak
dapat normal kembali. Umumnya kematian anak ayam dan ayam muda lebih tinggi
dibandingkan ayam tua.
DIAGNOSIS
Untuk
mengetahui unggas yang terinfeksi ND adalah dengan melacak keberadaan antibodi
pada serumnya. Metode yang dipergunakan adalah metode Enzym Linked
Immunosorbent Assay (ELISA) dan Western Imunoblotting. Caranya sampel darah
diambil dari unggas yang tidak pernah divaksinasi dengan vaksin ND. Sehingga,
adanya antibodi ND pada sampel yang diperiksa menandakan bahwa unggas itu
pernah terinfeksi virus ND bukan akibat vaksinasi. Darah diambil dari vena
brachialis (vena di bagian sayap),menggunakan dispossible syringe 2,5 CC yang
digunakan sekali pakai. Darah ditampung dalam sebuah tabung reaksi, didiamkan
semalam pada lemari pendingin, kemudian serum dipisahkan dengan cara di
centrifuge
PENCEGAHAN
Tindakan
vaksinasi merupakan langkah yang tepat sebagai upaya pencegahan terhadap
penyakit ND. Program vaksinasi yang secara umum diterapkan, yaitu
1. Pada infeksi lentogenik ayam pedaging, dicegah
dengan pemberian vaksin aerosol atau tetes mata pada anak ayam umur sehari
dengan menggunakan vaksin Hitchner B1 dan dilanjutkan dengan booster melalui
air minum atau secara aerosol.
2. Pada infeksi lentogenik ayam pembibit dapat
dicegah dengan pemberian vaksin Hitchner B1 secara aerosol atau tetes mata pada
hari ke-10. Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 24 hari dan 8 minggu
dengan vaksin Hitchner B1 atau vaksin LaSota dalam air, diikuti dengan
pemberian vaksin emulsi multivalen yang diinaktivasi dengan minyak pada umur 18
– 20 minggu. Vaksin multivalen ini dapat diberikan lagi pada umur 45 minggu,
tergantung kepada titer antibodi kawanan ayam, resiko terjangkitnya penyakit
dan faktorfaktor lain yang berhubungan dengan pemeliharaan.
Tindakan
pencegahan selain vaksinasi adalah sanitasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan,
antara lain :
1. Sebelum kandang dipakai, kandang dibersihkan
kemudian dilabur dengan kapur yang dibubuhi NaOH 2%. Desinfeksi kandang
dilakukan secara fumigasi dengan menggunakan fumigant berupa formalin 1 – 2%
dan KMnO4, dengan perbandingan 1 : 5000.
2. Liter diupayakan tetap kering, bersih dengan
ventilasi yang baik. Bebaskan kandang dari hewan-hewan vektor yang bisa memindahkan
virus ND. Kandang diusahakan mendapat cukup sinar matahari.
3. Hindari penggunaan karung bekas (4) DOC harus
berasal dari perusahaan pembibit yang bebas dari ND (5) di pintupintu masuk
disediakan tempat penghapus hamaan, baik untuk alat transportasi maupun orang.
(6) memberikan pakan yang cukup kuantitas maupun kualitas.
PENGENDALIAN
Tindakan
pengendalian untuk menekan penularan penyakit ND sangat diperlukan.
Tindakan-tindakan tersebut, antara lain meliputi:
1. Unggas yang mati karena ND harus dibakar atau
dikubur.
2. Larangan mengeluarkan unggas, baik dalam
keadaan mati atau hidup bagi peternakan yang terkena wabah ND, kecuali untuk
kepentingan diagnosis.
3. Larangan menetaskan telur dari unggas
penderita ND dan izin menetaskan telur harus dicabut selama masih ada wabah ND
pada perusahaan pembibit.