SISTEM PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG (BURAS)
Kamis, 01 Januari 2015
Edit
Ayam
kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah lekat dengan
masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras),
atau ayam sayur. Penampilan ayam kampung sangat beragam, begitu pula sifat
genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi ayam buras dijumpai di
kota maupun desa. Potensinya patut dikembangkan untuk meningkatkan gizi
masyarakat dan menaikkan pendapatan keluarga. Upaya-upaya berbagai pihak untuk
meningkatkan manfaat ayam lokal (ayam Kampung, Pelung, Sentul, Kedu, Merawang dan
sebagainya) selama ini dilakukan terus, meskipun kebutuhan akan daging dan
telur ayam terutama masyarakat perkotaan dan pinggiran kota sudah sebagian
besar dipenuhi oleh telur dan daging ayam unggul (ras impor), yang tetuanya
diimpor.
Ayam kampung atau ayam bukan ras sudah banyak
dipelihara masyarakat khususnya masyarakat di perdesaan dengan pola
pemeliharaan di umbar (ekstensif). Mengubah sistem beternak ayam kampung dari
sistem ekstensif ke system semi intensif atau intensif memang tidak mudah,
apalagi cara beternak system tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di
masyarakat kita. Akan tetapi kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang
dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak
dengan sistem intensif. Lebih jelasnya tentang sitem pemeliharaan secara
tradisional, semi intensif serta intensif dapat di simak di bawah ini.
1. Sistem Pemeliharaan Ayam
Secara Tradisioal
Sistem pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian besar petani
pedesaan dengan skala pemeliharaan rata-rata 3 ekor induk per petani. Ayam
buras dipelihara dengan cara dibiarkan lepas, petani kurang memperhatikan aspek
teknis dan perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan bersifat sambilan, dimana
pakan ayam buras tidak disediakan secara khusus hanya mengandalkan sisa-sisa
hasil pertanian. Ada juga petani yang memberikan dedak padi tetapi tidak secara
teratur. Sistem perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangkan didekat
dapur, dan ada yang hanya bertengger di dahan pohon-pohonan pada malam hari.
Pada pemeliharaan secara tradisional sering terjadi gangguan binatang liar,
tingkat kematian ayam dapat mencapai 56% terutama pada anak ayam sampai umur 6
minggu, produksi telur rendah (47 butir per induk per tahun), walaupun
pemanfaatannya cukup berarti bagi petani.
2. Sistem Pemeliharaan
Secara Semi Intensif
Yang dimaksud dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif
adalah pemeliharaan ayam buras dengan penyediaan kandang dan pemisahan anak
ayam yang baru menetas dari induknya dengan skala usaha rata-rata 9 ekor induk
per petani. Selama pemisahan ini, anak
ayam perlu diberi pakan yang baik (komersial atau buatan sendiri). Biasanya
pakan tambahan diberikan sebelum ayam dilepas di pekarangan atau dikebun untuk
mencari pakan sendiri. Pakan tambahan hanya diberikan sebanyak 25 gram per ekor
per hari atau 25% dari kebutuhan pakan yang dipelihara secara intensif per ekor
per hari. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam
dapat mencapai 34% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi
telur dapat mencapai 59 butir per ekor per tahun
3. Sistem Pemeliharaan
Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif ini artinya ayam buras yang
dipelihara petani dikurung/dikandangkan sepanjang hari, dengan skala usaha
rata-rata 18 ekor induk ayam per petani. Cara pemeliharaan ini tidak jauh beda
dengan sisitem pemeliharaan secara semi intensif, namun bedanya pakan diberikan
secara penuh yaitu 100 gram per ekor per hari. Pada cara ini petani harus
secara terus menerus menangani usahanya, karena aspek komersial dari usaha ini
sangat ditekankan dimana pengeluaran modal cukup banyak terutama untuk
pembelian pakan. Dengan cara ini produkstifitas dan pemanfaatan ayam buras oleh
petani meningkat. Pada sistem pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak
diberikan kesempatan ayam betina mengerami telurnya. Telur dieramkan oleh
ayam-ayam yang khusus dipelihara sebagai penetas telur atau ditetaskan dengan
menggunakan mesin tetas. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat
kematian ayam mencapai 27% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan
produksi telur dapat mencapai 103 butir per ekor per tahun.