CARA (METODE) MENENTUKAN UMUR PADA TERNAK
Kamis, 19 Februari 2015
Edit
Umur
ternak dalam pemeliharaan mempunyai peran yang penting, karena melalui umur.
peternak dapat mengetahui kapan ternak dapat dikawinkan maupun digemukkan. Cara
yang paling tepat untuk mengetahui umur ternak adalah dengan melihat catatan
produksi atau dari kartu rekording ternak yang bersangkutan. Namun, di
Indonesia pencatatan merupakan hal yang belum biasa dilakukan peternak. Apabila
tidak terdapat kartu rekording, umur ternak dapat diperkirakan dengan mengamati
pergantian giginya, karena pergantian gigi waktunya relatif teratur. Umur
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bobot. Umur berpengaruh terhadap
pertumbuhan badan sapi yang berpengaruh juga terhadap bobot sapi. Pertumbuhan
dari tubuh hewan mempunyai arti penting dalam suatu proses produksi, karena
produksi yang tinggi dapat dicapai dengan adanya pertumbuhan yang cepat dari
hewan tersebut. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang terjadi pada setiap
mahluk hidup dan dapat pula dimanifestasikan sebagai suatu pertumbuhan dari
pada bobot organ ataupun jaringan tubuh yang lain, antara lain tulang, daging,
urat dan lemak dalam tubuh (Soeparno, 2005 dalam Pradana, W.dkk, 2014).
Pendugaan umur pada sapi potong dapat dilakukan dengan cara melihat perubahan
jumlah gigi seri, mengamati kondisi/ keadaan bulu pada ternak, dan recording.
A. TUJUAN MENGETAHUI UMUR TERNAK :
1. Menentukan ternak sebagai breeding/
bibit. Hal ini berkaitan degan umur
pubertas ternak, dan umur mulai turunnya fungsi reproduksi ternak.
2. Tujuan pemeliharaan. Ini berkaitan erat dengan tingkat
produktivitas ternak pada umur tertentu atau sampai kapan ternak mampu
produktif, aspek pemeliharaan dan keputusan manajemen (replacement atau
restock). Keputusan manajemen dalam usaha peternakan salah satunya dapat
diambil dengan melihat indikator umur tenak yang diusahakan. Ternak-ternak yang sudah tua dan tidak
produktif lagi harus dilakukan penggantian dengan ternak yang muda.
3. Transaksi jual – beli. Untuk menghindari pemalsuan.
4. Tindakan preventif. Pendugaan pakan dan dosis
obat ternak juga harus mempertimbangkan umur ternak.
B. CARA/ METODE MENENTUKAN UMUR TERNAK :
1. RECORDING PADA TERNAK
Rekording
ternak merupakan proses pencatatan semua kegiatan dan kejadian yang dilakukan
pada suatu usaha peternakan. Kegiatan ini perlu dilakukan karena sangat
mendukung upaya perbaikan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usaha peternakan. Kegiatan pencatatan (rekording) ini dapat meliputi aspek peternaknya,
aspek organisasi dan semua kejadian yang dialami dalam usaha peternakan dan
performans ternak yang bersangkutan. Variabel yang biasa dicatat dalam
rekording ternak adalah identitas sapi (umur, keturunan, dll), performans
produksi (khusus pada sapi perah ditambah dengan data produksi susu),
performans reproduksi dan kesehatan ternak (Hardjosubroto, 1994 dalam Hakim,
L.dkk, 2010).
Hal
utama yang paling membantu dalam penentuan umur yaitu dengan ketersediaan
catatan atau recording dari ternak itu sendiri. Misalnya tanggal lahir,
dikawinkan, beranak pertama kali dan seterusnya. Waktu kelahiran, catatan ini
penting, untuk mengetahui umur ternak yang dilahirkan secara tepat dan akurat,
selain itu berguna untuk menentukan umur penyapihan dan waktu mengawinkan
kembali domba induk setelah beranak. Dengan adanya pencatatan tersebut,
peternak dapat memperoleh keuntungan seperti: peternak dapat membuat beberapa
perencanaan diantaranya menentukan waktu mengawinkan setelah beranak agar jarak
beranak dapat diperpendek, mengamati jika ada induk berahi kembali setelah
dikawinkan.
2. MENGAMATI GIGI TERNAK
Umumnya metode ini sudah sangat dikenal pada masyakat
peternak di Indonesia. Istilah yang
biasa dikenal adalah “poel”. ‘Poel” menunjukkan adanya pergantian gigi ternak,
sehingga seberapa banyak tingkat pergantian gigi bisa menjadi dasar menduga
umur ternak. Semakin banyak gigi yang
“poel” maka umur ternak juga semakin tua.
Gigi
ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada
ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk menduga
umur ternak. Gerakan mengunyah makanan yang dilakukan ternak mengakibatkan
terasahnya gigi (Heath dan Olusanya, 1988)
Fase pertumbuhan
gigi
Pertumbuhan gigi ternak dibagi menjadi 3 fase yaitu :
fase tumbuh gigi (gigi susu), fase pergantian gigi dan fase keausan gigi.
a) Fase gigi susu
: Terjadi pada ternak mulai lahir sampai dengan gigi seri bertukar dengan yang
baru.
b) Pergantian gigi
: masa awal dari pergantian gigi sampai dengan selesai
c) Keausan gigi
: gigi sudah tidak berganti-ganti lagi, melainkan sedikit
demi sedikit aus.
Formula Gigi Pada Ternak
Perkiraan Umur Ternak
3. WAWANCARA DENGAN PETERNAK
Menanyakan
kepada pemilik ternak mengenai umur ternak tersebut. Akan tetapi metode ini
mengandalkan kejujuran dari peternak dan apaka peternak tersebut lupa apa
tidak.
4. MENGAMATI TANDUK TERNAK
Poespo (1986) menyatakan bahwa keadaan cincin tanduk dapat
digunakan untuk menafsirkan umur sapi. Rumus yang digunakan yaitu :
Y = X + 2
Dimana Y merupakan umur sapi, X merupakan jumlah cincin tanduk dan
2 merupakan koefisien rata-rata sapi bunting pada umur 2 tahun. Tiap cincin
tanduk berhubungan erat dengan kelahiran, periode laktasi dan jalannya
pemeliharaan. Sesudah selesai periode kebuntingan pertama, pangkal tanduknya
timbul suatu alur melingkar dan selanjutnya setiap kali bunting hal demikian
akan terjadi lagi. Pengaruh pencemaran, penyakit dan musim panas menyebabkan
cincin tanduk kelihatan dangkal dan tidak terang.
Secara
umum sejak umur 6 bulan, tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap pada dasar tanduk akan terlihat
lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.Pada sapi betina yang secara teratur
melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan tanduknya. Maka pedoman memberikan
taksiran umur sapi betina dewasa adalah banyaknya lingkaran pada tanduk
ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat dihitung jumlah lingkaran pada
tanduk ditambah 5 tahun. Yang perlu diingat adalah penaksiran dengan metode
lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu
dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.
Penentuan
umur ternak dengan melihat lingkar cincin tanduk adalah dengan cara
menjumlahkan angka dua pada tiap lingkar cincin tanduk. Misalnya terdapat satu
lingkar cincin tanduk berarti sapi tersebut berumur tiga tahun. Asumsi dari
penambahan angka dua tersebut adalah sapi telah dewasa kelamin dan siap
melahirkan pada umur dua tahun (Timan, 2003).
Pendugaan umur sapi berdasarkan tumbuhnya tanduk dan
cincin tanduk adalah yang paling kurang akurat. Oleh karena itu pendugaan
dengan cara ini jarang dipergunakan. Prinsip pendugaan umur berdasarkan cincin
tanduk didasarkan pada pengaruh pakan. Alasannya, diIndonesia terjadi musim
kemarau dan musim hujan (Undang Santosa, 1995).
5. MENGAMATI BULU TERRNAK
Pendugaan
umur dapat dilakukan dengan cara pengamatan keadaan/kondisi bulu ternak sapi
potong. Ternak muda memiliki bulu yang panjang dan kasar, sedangkan pada ternak
tua bulu lebih pendek dan halus. Bulu yang kasar juga dapat disebabkan oleh
keadaan ternak yang sedang sakit ataupun faktor pakan. Sapi subtropis umumnya
memiliki bulu yang panjang dan kasar sebagai termoregulator, sedangkan sapi
tropis umumnya pendek dan halus (Arbi, 2009).
6. MENGAMATI TINGKAH LAKU TERNAK
Dengan melihat habitusnya (tingkah laku)
kebiasaan terhadap ternaknya secara alami. Ternak yang sehat atau masih muda
mempunyai temperamen yang lebih lincah dari pada ternak yang kurang sehat atau
sudah tua.
Sumber:
Hakim,
L.dkk. 2010. “Model Rekording Data Performans Sapi Potong Lokal di Indonesia”. Ternak Tropika. Vol. 11 (2):-61-73.
Heath,
E. dan S. Olusanya. 1988. Anatomi and Physiology of Tropical Livestock,
Longmann Singapore Publishers Pte. Ltd. Singapore.
http://ctantiester.blogspot.com/2014/12/judging-pendugaan-umur-sapi.html
http://gemaputri.blogspot.sg/2009/12/menafsir-umur-ternak.html
Pradana, W.dkk, 2014. “Hubungan Umur,
Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi”.
Indonesia Medicus Veterinus. Vol. 3 (1) : 37-42
Soeprapto, H dan Zainal Abidin.
2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Timan. 2003. Pengaruh Lingkungan
Terhadap Keadaan Fisiologis Ternak. Yogyakarta: Dinas Peternakan Provinsi DIY.
Undang Santosa. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi.
Penebar Swadaya. Jakarta