MACAM MACAM PENYAKIT PADA TERNAK RUMINANSIA
Senin, 23 Februari 2015
Edit
Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup
besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit
ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga
dapat menular kepada manusia disebut penyakit “ZOONOSIS” . Kesehatan
ternak adalah suatu keadaan atau kondisi
dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun
dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis
berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting
dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan
pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan
ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternak yang
diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui
tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak sehingga
dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit
dapat diketahui penyebabnya. Gangguan
kesehatan pada ternak terjadi karena adanya infeksi agen penyakit oleh bakteri/
kuman, virus, parasit atau disebabkan oleh gangguan metabolisme. Oleh karena
itu, bekal pengetahuan tentang pentingnya mengenal beberapa jenis penyakit
ternak yang sering terjadi di lapangan dan sekaligus upaya penanggulangannya
perlu diketahui oleh petugas lapangan/ penyuluh dan peternak di pedesaan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan
perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak
dengan ternak lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha
pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut.
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia :
1. Anthrax atau Radang Limpa, disebabkan oleh Bacillus anthraxis. Tanda-tanda penyakit ini antara lain : demam
yang tinggi, sulit bernafas dan defekasi (buang kotoran), kehilangan nafsu
makan, pembengkakan di bawah kulit leher, dada, perut, dan rusuk , keluar darah
dari mulut, hidung, dan dubur. Penyakit ini sangat berbahaya dan mudah menular
kepada manusia yang dapat menimbulkan kematian mendadak. Sporanya tahan sampai 50 tahun di dalam tanah dan sering digunakan
sebagai bahan pembuatan senjata biologis.
2. Penyakit Pink
Eye.
Pink Eye
merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing,
biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan
kekeruhan mata. Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi
dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena akan
menyebabkan kebutaan, penurunan berat badan dan biaya pengobatan yang mahal.
Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak
penderita atau oleh serangga yang bisa memindahkan mikroorganisme atau bisa
juga lewat iritasi debu atau sumber-sumber lain yang dapat menyebabkan
goresan atau luka mata.
3. Mastitis, disebabkan oleh Streptococcus cocci dan Staphylococcus
cocci. Tanda-tanda penyakit ini adalah ambing bengkak dan terasa panas bila diraba, air susu yang dihasilkan encer
atau menggumpal dan kadangkadang bercampur darah atau nanah, bulu kusam dan
kasar, nafsu makan menurun, produksi turun bahkan dapat berhenti sama sekali.
4. Cacingan, disebabkan oleh serangan cacing, diantaranya cacing hati (Faciola
hepatica), cacing pita (Taenia saginata atau Taenia solium), Haemonchus
contortus yang banyak menyerang domba.
Tanda-tanda penyakit cacingan antara lain: nafsu makan menurun, perut
buncit, lemah, pucat pada selaput lendir
mata, dan mencret.
5. Bloat atau Tympani atau Kembung Perut, disebabkan oleh
penimbunan gas yang berlebihan di dalam
rumen. Tanda-tanda penyakit ini adalah :
Perut di sebelah kiri membesar (gembung), pinggang sedikit membungkuk, nafas pendek-pendek dan
cepat. Bila tidak cepat ditangani dan
berlangsung terus dapat menyebabkan kematian.
6. Septichaemia epizootica
(SE) atau Ngorok, disebabkan oleh Pasteurella
multocida. Tanda-tanda penyakit ini antara lain : bengkak di bawah rahang
dan di daerah tenggorokan, lidah bengkak dan menjulur ke luar, mulut menganga
dan berbusa, sulit bernafas, dan yang paling khas adalah suara ngorok yang
jelas terdengar. Penyakit ngorok sering
menyerang ternak pada saat kondisi tubuh dalam keadaan lemah.
7. Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK), disebabkan oleh virus. Tanda-tanda
penyakit ini antara lain : Demam yang tinggi, kehilangan nafsu makan, terlihat
pelepuhan pada gusi dan selaput lendir,
salivasi tinggi (banyak mengeluarkan air liur), terdapat luka di antara
kuku sehingga ternak sering terlihat pincang bahkan tidak dapat berjalan sama
sekali.
8. Brucellosis, disebabkan oleh Brucella suis. Tanda-tanda penyakit ini antara
lain : terjadi keguguran pada pertengahan kebuntingan, anak yang lahir biasanya mati atau lahir sangat lemah
dan tidak berkembang normal, ambing dan alat kelamin kadang-kadang bengkak,
kadang-kadang nafsu makan menurun dan demam ringan namun lebih sering tidak
menunjukkan gejala-gejala tersebut.
9. Scabies atau Kudis, disebabkan oleh kutu atau tungau dan kebersihan ternak
yang kurang terpelihara. Tanda-tanda
penyakit scabies adalah : nafsu makan turun, ternak merasakan gatal-gatal mulai
dari bagian kepala, bibir, dan bagian-bagian tubuh yang lain. Ternak yang terserang sering
menggosok-gosokan badannya pada tiang atau dinding kandang. Pada daerah yang
gatal muncul bercak-bercak merah, timbul bisul, akhirnya kulit menebal,
bersisik, bulu rontok dan timbul keropeng-keropeng.
10. BEF (Bovine epizooric fever,
Demam Tiga Hari)
BEF hanya menyerang
sapi dan kerbau dan tidak dapat menulari dan menimbulkan penyakit pada hewan
lain. Sapi/ kerbau yang terserang penyakit ini akan sembuh kembali beberapa
hari kemudian (2 – 3 hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1 %
tetapi angka kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup
berarti karena hewan yag sedang berlaktasi turun produksi sususnya dan hewan
pekerja tidak mampu bekerja selama 3 –5 hari. Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides
sp. (serangga penghisap darah) dan nyamuk. Cullicoides yang
terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai jarak 2.000 Km. Ada dugaan
penyebaran dapat pula terjadi melalui angin.