PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG DAN KULIT
Sabtu, 21 Februari 2015
Edit
Gelatin
adalah protein yang diperoleh dari jaringan kolagen hewan yang terdapat pada
kulit, tulang dan jaringan ikat. Gelatin merupakan salah satu hidrokoloid yang
dapat digunakan sebagai gelling, bahan pengental (thickner) atau
penstabil. Gelatin mengandung protein yang sangat
tinggi dan rendah kadar lemaknya. Gelatin
kering dengan kadar air 8-12% mengandung protein sekitar 84-86% Protein, lemak hampir tidak ada dan 2-4% mineral. Dari
10 jenis asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh,
gelatin mengandung 9 jenis asam amino
essensial, satu asam amino essensial yang
hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu Treptophane. Dengan komposisi kimia seperti tersebut dan sifat-sifat
fisik lainnya, tidak heran kalau gelatin mempunyai
multi guna dalam berbagai industri. Hal ini
dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa
berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, pengatur elastisitas, dapat
membentuk lapisan tipis yang elastis,
membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian
sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi dan dapat diatur, sebagai pengawet, humektan, penstabil, dan
lain-lain.
Menurut Saleh (2004) dan Gomez (2001) gelatin yang
baik harus memenuhi persyaratan standar mutu yang telah ditetapkan oleh SII (Standar Industri Indonesia) seperti yang
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Gelatin
Karakteristik
|
Syarat
|
Warna
Bau,
rasa
Kadar
air
Kadar
abu
Logam
berat
Arsen
Tembaga
Seng
Sulfit
|
Tidak
berwarna
Normal
(dapat diterima konsumen)
Maksimum
16%
Maksimum
3,25%
Maksimum
50 mg/kg
Maksimum
2 mg/kg
Maksimum
30 mg/kg
Maksimum
100 mg/kg
Maksimum
1000 mg/kg
|
A. FUNGSI-FUNGSI GELATIN
DALAM BERBAGAI PRODUK :
1. Jenis produk pangan
secara umum: berfungsi sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk
menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis
tipis, pemerkaya gizi.
2. Jenis produk daging
olahan: berfungsi untuk meningkatkan daya ikat air, konsistensi dan stabilitas
produk sosis, kornet, ham, dll.
3. Jenis produk susu
olahan: berfungsi untuk memperbaiki tekstur, konsistensi dan stabilitas produk
dan menghindari sineresis pada yoghurt, es krim, susu asam, keju cottage, dll.
4. Jenis produk bakery:
berfungsi untuk menjaga kelembaban produk, sebagai perekat bahan pengisi pada
roti-rotian, dll
5. Jenis produk minuman:
berfungsi sebagai penjernih sari buah (juice), bir dan wine.
6. Jenis produk
buah-buahan: berfungsi sebagai pelapis (melapisi pori-pori buah sehingga
terhindar dari kekeringan dan kerusakan oleh mikroba) untuk menjaga kesegaran
dan keawetan buah.
7. Jenis produk permen dan
produk sejenisnya: berfungsi untuk mengatur konsistensi produk, mengatur daya
gigit dan kekerasan serta tekstur produk, mengatur kelembutan dan daya lengket
di mulut.
B. TIPE GELATIN
Dari cara pembuatannya, ada dua jenis gelatin yaitu gelatin tipe A
dan tipe B. Gelatin tipa A adalah gelatin yang umumnya dibuat dari kulit
hewan muda (terutama kulit babi), sehingga proses
pelunakannya dapat dilakukan dengan cepat
yaitu dengan sistem perendaman dalam larutan asam
(A = acid). Gelatin tipe B adalah gelatin yang diolah dari bahan baku yang keras seperti dari kulit hewan yang tua atau
tulang, sehingga proses perendamannya perlu
lama dan larutan yang digunakan yaitu larutan
basa (B
= basa). Di pasaran masyarakat keliru menterjemahkan singkatan tersebut.
Konsumen sering menganggap B
adalah singkatan dari beef (sapi), sehingga
gelatin B dianggap gelatin sapi, padahal belum tentu, bisa saja dari tulang babi atau lainnya
C. PERBEDAAN GELATIN TIPE A DAN TIPE B
Prinsip
pembuatan gelatin dibagi menjadi dua macam yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan ini terletak pada
proses perendamannya, sehingga akan menghasilkan produk akhir yang berbeda
yaitu tipe A dan tipe B. Tipe A bahan baku berasal dari kulit babi atau dari
ossein . Sedangkan Tipe B bahan baku berasal kulit hewan dan tulang
D. PEMBUATAN GELATIN
1. Pembuatan Gelatin dari Tulang
a) Alat
1) Keranjang semprotan.
Alat ini digunakan
untuk meletakkan tulang yang dicuci dengan semprotan air. Dasar wadah
berlobang-lobang untuk meniriskan air.
2) Wadah perendaman.
Wadah ini digunakan
sebagai tempat merendam serpihan tulang. Untuk itu dapat digunakan bak semen,
bak serat gelas (fiber glass), baskom plastik, atau ember plastik.
3) Mesin penggiling tulang.
Alat ini digunakan
untuk menggiling tulang hingga menjadi sepihan dengan ukuran 1-3 cm.
4) Palu dan kayu landasan.
Alat ini digunakan jika tidak tersedia mesin penggiling tulang.
5) Wadah perebusan.
Alat ini digunakan untuk merebus tulang
6) Wadah ekstraksi gelatin.
Alat ini digunakan
untuk merendam tulang pada suhu panas setelah tulang tersebut direndam dengan
larutan kapur. Wadah ini terbuat dari logam tahan karat, seperti aluminium dan
stainless steel.
7) Wadah penguapan larutan gelatin.
Wadah ini digunakan
untuk penguapan larutan gelatin. Wadah ini terbuat dari logam tahan karat,
seperti aluminium dan stainless steel. Bentuknya berupa bak dangkal dengan
permukaan luas. Tungku atau kompor.
8) Cetakan.
Cetakan terbuat dari
plat aluminium atau stainless steel yang bersekat-sekat.
b) Bahan
1) Tulang.
2) Larutan kapur 10 %.
100 kg kapur dimasukkan
ke dalam bak, kemudian ditambahkan air sampai volumenya menjadi 1 m3. Campuran
ini diaduk-aduk sampai kapurnya larut.
c) Cara Pembuatan Gelatin
1) Pencucian.
Tulang dimasukkan ke
dalam ember atau bak dan diaduk-aduk, kemudian airnya dibuang. Hal ini
dilakukan beberapa kali. Pencucian tulang dapat juga dilakukan penyemprotan air
tekanan tinggi agar kotoran-kotoran yang menempel kuat pada tulang terlepas.
2) Pemotongan.
Tulang dipotong-potong
dengan kampak sehingga ukurannya menjadi 5-10 cm. Potongan tulang ini kembali
dicuci dengan semprotan air sampai bersih.
3) Perebusan I.
Potongan yang telah
bersih direbus di dalam air mendidih selama 4-5 jam. Kotoran yang mengambang
dan buih dibuang. Setelah itu tulang ditiriskan, kemudian dijemur atau
dikeringkan dengan alat pengering.
4) Penggilingan Kasar.
Tulang digiling kasar
sehingga ukuran menjadi 1-3 cm. Pengecilan ukuran ini dapat juga dilakukan
dengan cara memukul tulang dengan palu.
5) Perendaman di dalam Larutan Kapur.
Serpihan tulang
direndam di dalam larutan kapur 10%. Setiap 1 kg tulang membutuhkan 1 liter
larutan kapur. Lama perendaman adalah 4-5 minggu. Selama perendaman, dilakukan
pengadukan sekali dua hari. Proses ini akan menyebabkan ossein yang terdapat
pada tulang akan membengkak. Proses ini disebut juga proses membengkakkan
ossein”. Setelah itu, tulang dicuci dan disemprot dengan air sehingga kotoran
dan kapur yang menempel pada tulang terbuang.
6) Ekstraksi Gelatin.
Gelatin di dalam tulang
diekstrak dengan air panas yang bersuhu 60-1000C. Ekstraksi yang
baik dapat menghasilkan rendemen 14-15% (dihitung dari berat tulang). Ada 3
tahap ekstraksi yaitu:
Tahap 1.
Tulang direndam di dalam air bersuhu 600C
selama 4 jam. Setiap 1 kg tulang membutuhkan 1 liter air perendam. Selama
perendaman, dilakukan pengadukan. Gelatin akan larut ke dalam air perendam.
Setelah perendaman, tulang dikeluarkan, dan cairan perendaman dipindahkan ke
wadah penguapan larutan gelatin. Di wadah ini larutan gelatin dipanaskan pada
suhu 500C sampai kental. Larutan kental ini mengandung gelatin, dan
disebut larutan gelatin tahap 1.
Tahap 2.
Sementara melakukan ekstraksi tahap 1, telah disiapkan
air panas bersuhu 700C. Tulang yang diangkat dari air panas tahap 1,
langsung dimasukkan ke dalam air panas yang bersuhu 700C tersebut.
Selama perendaman dilakukan pengadukan. Lama perendaman adalah 5 jam. Suhu
tersebut dipertahankan tetap selama perendaman. Setelah perendaman selesai,
tulang segera diangkat, dan cairan perendam dipindahkan ke wadah penguapan
larutan gelatin yang telah berisi larutan gelatin dari tahap 1. Di wadah ini
larutan gelatin dipanaskan pada suhu 500C sampai kental. Larutan
kental ini mengandung gelatin.
Tahap 3.
Sementara melakukan ekstraksi tahap 2, telah disiapkan
air panas bersuhu 1000C. Tulang yang diangkat dari air panas tahap
2, langsung dimasukkan ke dalam air panas yang bersuhu 1000C
tersebut. Selama perendaman dilakukan pengadukan. Lama perendaman adalah selama
4-5 jam. Suhu tersebut, dipertahankan tetap selama perendaman. Setelah
perendaman selesai, tulang segera diangkat, dan cairan perendaman dipindahkan
ke wadah penguapan larutan gelatin yang telah berisi larutan gelatin dari tahap
1 dan 2. Di dalam wadah ini gelatin terus dipanaskan pada suhu 500C
sampai kental. Larutan kental ini mengandung gelatin.
7) Pengentalan Larutan Gelatin.
Larutan gelatin pada
wadah pengentalan terus dipanaskan pada suhu 50 C agar lebih kental dan kadar
airnya di bawah 40%.
8) Pencetekan Gelatin.
Larutan yang telah
kental dan masih panas dituangkan ke dalam cetakan. Gelatin dibiarkan dingin
dan mengeras.
9) Pengeringan Gelatin.
Pengeringan Gelatin ada
2 cara yaitu:
Yang
Pertama, Gelatin yang telah mengeras di dalam cetakan dikeringkan di dalam
ruangan yang berdinding kawat agar sirukulasi udara tetap lancar dan tidak
dapat dimasuki oleh serangga dan tikus. Proses ini dilakukan sampai kadar air
di bawah 20% dan cara yang kedua adalah Gelatin yang telah mengeras dikeluarkan
dari cetakan, kemudian dikeringkan dengan alat pengering pada suhu 50-60 C
sampai kadar airnya di bawah 20%.
10) Pengemasan Gelatin. Gelatin yang telah kering
dapat dikemas
2. Pembuatan Gelatin Dari Kulit
Untuk membuatan gelatin
dari kulit, metode yang dilakukan hampir sama seperti pembuatan dari tulang.
Sumber:
Dewi Hastuti
dkk. 2007. Pengenalan dan proses pembuatan gelatin. Mediagro. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan UNIPA
(Papua).
Gomez,
G.M.C. and Montero, P. 2001. Extraction of gelatin from megrim (Lepidorhombus
boscii) skins with several organic acids. J. Food Sci. 66 (2) : 213
-216.
http://andunsejati.blogspot.sg/2011/12/pembuatan-gelatin_22.html
Saleh, E., 2004.
Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi
Produksi Tearnak. FP-USU. USU digital library. Medan.