PENGGUNAAN VITAMIN PADA UNGGAS
Jumat, 13 Februari 2015
Edit
Vitamin
berasal dari kata “vitae-amine” dan didefinisikan sebagai senyawa organik yang
diperlukan dalam jumlah kecil untuk menjaga fungsi metabolisme dalam tubuh agar tetap optimal. Vitamin sebagai
salah satu bagian dari nutrisi mikro, memiliki peranan yang tidak kalah besar
dibandingkan dengan jenis nutrisi lainnya. Jika dilihat secara kuantitatif,
persentase kebutuhan vitamin pada ransum ayam pasti lebih kecil dibandingkan
dengan nutrisi lain seperti karbohidrat, protein dan lemak. Meskipun begitu,
vitamin tetap wajib diberikan terkait fungsinya sebagai katalis metabolisme
nutrisi makro. Dalam arti lain, bila tidak ada vitamin maka metabolisme nutrisi
makro akan terhambat. Hambatan metabolisme ini akan menyebabkan pertumbuhan ayam
menjadi tidak optimal, terbatasnya pembentukan energi untuk beraktivitas dan
tidak terjadi regenerasi sel-sel yang rusak dalam tubuh.
Pernyataan di atas dikuatkan oleh Scott et al.,
(1992) yang menyatakan bahwa unggas yang dipelihara dengan sistem tata laksana
yang tidak baik, sangat peka terhadap kejadian defisiensi (kekurangan) vitamin.
Hal tersebut disebabkan :
a. Unggas tidak memperoleh keuntungan dari
sintesis vitamin oleh mikroorganisme di dalam alat pencernaan ayam itu sendiri
karena ayam harus bersaing dengan mikroorganisme dalam menggunakan vitamin
tersebut. Selain itu, meskipun unggas mampu mensintesis vitamin seperti vitamin
C, namun hasil sintesis tersebut sangat rendah. Rendahnya sintesis vitamin oleh
unggas disebabkan saluran pencernaan unggas yang lebih pendek dan laju
pencernaan ransum yang lebih cepat dibandingkan ternak lain seperti ruminansia.
b. Unggas mempunyai kebutuhan yang tinggi
terhadap vitamin karena vitamin penting bagi reaksi- reaksi metabolis yang
vital di dalam tubuh unggas.
c. Populasi yang padat dalam peternakan unggas
modern menimbulkan berbagai macam stres. Ditambah dengan kondisi lingkungan
akibat global warming, dimana cuaca selalu berubah-ubah dan tidak
menentu sehingga sangat berpotensi menyebabkan ayam stres sehingga kebutuhan
akan vitamin juga semakin tinggi.
A. Vitamin Larut Lemak
1. Vitamin A
Vitamin
ini sering disebut sebagai retinol. Secara umum Vitamin A dapat ditemukan dalam
tepung ikan dan jagung. Vitamin A berfungsi dalam proses pertumbuhan,
stabilitas jaringan epitel pada membran mukosa saluran pencernaan, pernapasan,
saluran reproduksi serta mengoptimalkan indera penglihatan.Defisiensi vitamin A
pada ayam dapat menyebabkan ruffled feathers (bulu berdiri), ataxia (kehilangan
keseimbangan saat berjalan) dan bisa berakibat pada penurunan produksi telur
serta daya tetas. Bila defisiensi berlangsung terus menerus dalam waktu yang
cukup lama serta tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan munculnya
cairan putih susu (keruh) pada mata ayam tersebut sehingga bisa mengganggu
penglihatan dan kadang terjadi kerusakan mata permanen. Selain itu defisiensi
vitamin A bisa menyebabkan timbulnya bintik darah (blood spot) pada telur
(Saif, 2003).
Timbulnya blood spot pada telur akibat defisiensi
vitamin A
2. Vitamin D
Vitamin
D pada produk-produk vitamin seringkali ditulis sebagai vitamin D3. Vitamin D3
atau yang lebih dikenal sebagai cholecalciferol adalah satu-satunya
metabolit dari vitamin D yang bisa digunakan oleh unggas (Weber, 2009). Secara
umum vitamin ini dapat ditemukan pada tepung ikan dan sinar matahari yang
berfungsi sebagai prekursor. Vitamin D bermanfaat untuk metabolisme kalsium dan
fosfor dalam pembentukan kerangka normal, membentuk paruh dan cakar yang keras
serta kerabang telur yang kuat.
Defisiensi
vitamin D akan menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfor terhambat sehingga
akan banyak ditemukan telur dengan kerabang tipis dan lembek serta paruh dan
cakar yang lembek pula. Selain itu akan terjadi pula penurunan produksi telur
dan situasi dimana ayam kesulitan untuk bergerak karena kakinya lemah sehingga
terjadilah kelumpuhan/ricketsia.
Kerabang telur lembek
3. Vitamin E
Vitamin
E dapat digunakan untuk seluruh derivate tocol dan tocotrienol yang mempunyai
aktivitas biologis α-tokoferol. Vitamin E disebut juga vitamin antisterilitas
dan factor X. Ungkapan seperti “aktivitas vitamin E” atau “defisiensi vitamin
E” sering kali digunakan. α-tokoferol disebut sebagai vitamin E semenjak
diketahui mempunyai nilai nutrisi yang lebih. Misalnya jika α-tokoferol
mempunyai nilai 100, maka β dan zeta tokoferol nilainya hanya kira-kira
1/3-nya; sedangkan gamma delta, epsilon dan etatokoferolhanya kurang dari 1%
dari nilai α-tokoferol. Maka analisis total tokoferol pakan dapat salah faham.
Satu unit IU didasarkan 1 mg d- α-tokoferol asetat sama dengan 1,36 mg dl- α-
tokoferol asetat. dl-α-tokoferol asetat adalah standar internasional yang
didefinisikan sebagai aktivitas1 IU per mg. Kemudian istilah 1 IU dan 1 mg dl-
α-tokoferol asetat selalu dapat berubah untuk digunakan.
Vitamin
E sering disebut sebagai tocopherols dan sering ditemukan dalam biji kedelai,
biji gandum dan CGM (corn gluten meal). Vitamin E bermanfaat untuk meningkatkan fertilitas, pertumbuhan embrio
normal dan sebagai antioksidan. Defisiensi vitamin E akan menyebabkan
menurunnya fertilitas dan daya tetas, encephalomalacia/crazy chick disease
(penyakit ayam gila), serta kelainan pada koordinasi otot.
Crazy chick disease
4. Vitamin K
Nama/ sebutan lain vitamin K adalah : vitamin
antihemoragic, vitamin pembeku darah, factor protrombin, philloquinon, dan
2-metil-1,4-naftoquinon. Vitamin K digunakan untuk 2-metil-1,4-naftoquinon dan
turunannya, yang secara aktivitas biologisnya disebut fityl-menoquinon
(philloquinon). Istilah ‘aktivitas
Vitamin K” dan “defisiensi Vitamin K” lebh sesuai digunakan. Beberapa senyawa
mempunyai struktur yang sama dan semuanya mempunyai aktivitas sebagai vitamin
K. Di alam, ada dua bentuk yang dapat diisolasi, yaitu K1, dan K2. Selain itu
beberapa senyawa sintetis telah dipreparasi mempunyai aktivitas vitamin K, satu
diantaranya adalah 2-metil-1,4-naftoquinon., yang disebut menadion yang lebih aktif
dibanding K1. Beberapa senyawa vitamin K sintetis larut dalam air, berbeda
sekali dengan K1, dan K2 yang larut dalam lemak.
Vitamin K dapat ditemukan pada tepung ikan. Vitamin K
berfungsi dalam pembentukan protrombin yang nantinya digunakan untuk pengaturan
proses pembekuan darah. Defisiensi vitamin K akan menyebabkan perdarahan pada
jaringan/organ tertentu (hemoragi) serta anemia akibat darah yang sukar membeku
saat terjadi luka pada bagian tubuh yang terbuka (Saif, 2003).
B. Vitamin Larut Air
1. Vitamin B1 (thiamin)
Vitamin
B1 sering disebut juga sebagai aneurin terkait dengan sifat
antineuritis (anti radang urat syaraf) yang dimilikinya. Vitamin B1 berfungsi
untuk membantu proses metabolisme karbohidrat dan energi dalam tubuh.
Defisiensi vitamin ini menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan terhambat
serta terjadi pembengkakan pada sistem syaraf (Roche, 1979).
Keterbatasan
cadangan tiamin dalam tubuh menyebabkan perlunya supply tiamin. Fungsi tiamin
sebagai penyusun system enzim dan esensial untuk menyokong penggunaan
karbohidrat sebagai sumber energi untuk tubuh. Perombakan karbohidrat meningkat
selama balapan/pacu atau performan, sehingga adalah penting mencukupi
ketersediaan tiamin. Toksisitas tiamin belum ada laporan. Kelebihan tiamin segera
disekresikan melalui urin, namun demikian kelebihn tiamin dalam ransum perlu
dhindari.
2. Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin
B2 berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, asam amino dan asam
lemak. Vitamin ini dapat
ditemukan pada tepung daging dan tepung ikan. Defisiensi vitamin B2 menyebabkan pertumbuhan
ayam menjadi lambat, lemas dan ayam mengalami kesulitan berjalan. Gejala yang
paling dikenal adalah kelumpuhan pada kaki (leg paralysis) atau
kelumpuhan pada jari kaki (curled toe paralysis). Beberapa gejala tersebut akhirnya akan berakibat pada
menurunnya produksi telur dan daya tetas (Saif, 2003).
Defisiensi riboflavin menyebabkan penurunan tingkat
pertumbuhan dan penggunaan pakan. Rboflavin esensial sebagai penyusun system
enzim dalam tubuh. Penting dalam meningkatkan penggunaan energi pakan dan
nutrient dalam ransum. Belum terdefinisikan berapa banyak ribovlavin dapat
memperbaiki ophtalmia. “ophtalmia Periodik” dapat menyebabkan kerusakan mata,
katarak, dan kebutaan.
Curled toe paralysis
3. Vitamin B3 (nicotinamide)
Vitamin
B3 atau lebih dikenal sebagai niasin atau nicotinamide berfungsi
dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi. Vitamin ini
dapat ditemukan pada jagung, biji bunga matahari dan hampir semua bungkil biji-bijian.
Kekurangan vitamin B3 menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan
lambat, turunnya produksi telur dan daya tetas, membran mukosa menjadi berwarna
merah gelap, perubahan pada tulang paha serta kadang terjadi diare yang
disertai darah.
4. Vitamin B5 (asam pantotenat)
Vitamin
B5 atau yang lebih dikenal sebagai asam pantotenat berfungsi sebagai
komponen koenzim A dalam metabolisme karbohidrat, asam lemak, asam amino dan
steroid. Asam pantotenat banyak terkandung dalam bungkil biji bunga matahari. Defisiensi
asam pantotenat akan menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan terhambat,
pembengkakan pada beberapa bagian tubuh seperti paruh, kelopak mata dan jari
kaki, warna bulu menjadi kasar dan buram, serta menyebabkan turunnya produksi
dan daya tetas telur.
5. Vitamin B6 (piridoxin)
Vitamin
B6 termasuk tiga senyawa : piridoksin, pyridoksal, dan pyrdoksamin, juga ada
bentuk lain pyridoksin. Aktivitasnya ketiga senyawa tersebut sama dalam tubuh
ternak. Namun sangat berbeda aktivitasnya pada beberapa mikroorganisme. Pada
ragi, organ glandula, dan daging sebagian besar vitamin B6 ada dalam bentuk pyridoksal,
dan pyrdoksamin. Jadi mempelajari vitamin harus mengingat bentuk keberadaan
vitamin dalam pakan kekefektifannya responnya terhadap ternak dan
mikroorganisme.
Vitamin
B6 atau piridoxin berfungsi untuk metabolisme protein dan lemak
dalam tubuh. Vitamin B6 dapat ditemukan hampir disemua bungkil
biji-bijian. Selain menyebabkan nafsu makan berkurang dan pertumbuhan
terhambat, defisiensi vitamin B6 ini akan menyebabkan bulu tumbuh
jarang (tidak merata) dan kasar, produksi telur serta daya tetas telur menurun
(Roche, 1979).
Fungsi
Vitamin B6 berhubungan dengan system enzim dan berperan dalam penggunaan
karbohidrat, lemak, dan protein, oleh karena itu sangat penting dalam mencerna
pakan. Tanpa adanya Vitamin B6 asam amino trptofan tidak dapat digunakan oleh
ternak. Pada hewan lain selain kuda, defisiensi Vitamin B12 menyebabkan
rendahnya tingkat pertumbuhan dan kegagalan reproduksi, anemia, dermatitis,
degenerasi sel saraf dan gangguan penglihatan.
6. Vitamin B9 (asam folat)
Vitamin
B9 atau yang lebih sering disebut sebagai asam folat berfungsi untuk
metabolisme karbohidrat. Asam folat dapat ditemukan pada biji gandum.
Defisiensi asam folat akan menyebabkan pertumbuhan lambat, anemia, menurunnya
daya tetas serta bulu yang kasar dan jarang (Roche, 1979).
7. Vitamin B12 (cyanocobalamin)
Vitamin
B12 atau sering disebut sebagai cyanocobalamin berfungsi untuk
metabolisme karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Tidak seperti vitamin B lainnya,
vitamin B12 bisa terakumulasi di jaringan, utamanya di hati dan
sedikit di ginjal, otot, tulang dan kulit (Weber, 2009). Defisiensi vitamin B12
akan mengakibatkan pertumbuhan lambat, ukuran telur kecil-kecil dan daya tetas
menurun.
Fungsi
Vitamin B12 berhubungan dengan penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein, oleh
karena itu sangat penting dalam penggunaan pakan. Pada hewan lain selain kuda,
defisiensi Vitamin B12 menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan dan reproduksi,
anemia, inkordinasi bagian posterior, langkah tidak tetap, rendahnya nafsu
makan, hiperiritbilitas, dan bulu kasar.
8. Biotin
Biotin
sering dikenal sebagai Vitamin B7. Vitamin ini berfungsi dalam
metabolisme karbohidrat dan lemak dalam produksi energi. Biotin dapat ditemukan
pada tepung ikan dan biji gandum. Defisiensi biotin menyebabkan kulit mengeras
pada daerah paruh dan mata (hampir sama seperti pada saat terjadi defisiensi
asam pantotenat). Selain itu bisa terjadi juga kelainan pada tulang rawan dan
menurunnya daya tetas.
9. Vitamin C
Vitamin
C yang ada di pasaran sering disebut sebagai asam ascorbat, L-ascorbat acid,
Hexuronic acid, Anti scorbutic vitamin, Cevitamic acid (Scott et al., 1976),
juga sering disebut sebagai anti scorbic factor (Ewing, 1963).
Menurut
Morrison (1961) dan Mc Donald et al. (1972), vitamin C ini berbentuk kristal,
tidak berwarna (bening), larut dalam air, mengandung asam dan mem-punyai daya
reduksi yang besar, stabil pada larutan asam, larut dengan segera dalam larutan
alkali dan mudah rusak apabila kena cahaya (panas), serta tahan terhadap
pembekuan. Vitamin C ini mudah
dioksidasi menjadi bentuk dehydro.
Asam
ascorbat ini dapat disintesis pada tubuh ternak, pada ayam memungkinkan
sintesis vitamin C ini karena mempunyai ketiga enzim yang diperlukan yaitu
enzim NADPH, L-gulonolakton oxidase, D-glukuronolakton reduktase yang semuanya
terdapat di dalam ginjal ayam. Dalam
keadaan tercekam (stress) ayam tidak dapat men-sintesis asam ascorbat dalam
jumlah cukup, sehingga perlu ditambahkan dalam pakannya.
Banyak
peranan vitamin C yang telah terbukti, beberapa dilaporkan Harper et al.
(1984) bahwa vitamin C ini untuk mempertahankan zat-zat interseluler normal
tulang rawan, dentin dan tulang. Juga
berperan sebagai katalisator pada berbagai reaksi kimia dalam tubuh. Benerjee (1978) mengemukakan peranan biokimia
dalam tubuh dari vitamin C ini, yaitu :
1. Sebagai zat esensial untuk pembentukan
kolagen dalam tulang.
2. Membantu merubah asam folic menjadi bentuk
aktifnya yaitu asam tetra hydrofolic.
3. Ikut berperan dalam metabolisme asam amino
yaitu dalam hydroxilase prolin, lysine dan anilin yang berperan untuk
terciptanya fungsi fisiologis yang baik bagi ternak.
4. Membantu penyerapan zat besi, sehingga dapat
mencegah terjadinya anemia.
Peranan
lain dari vitamin C ini yaitu sebagai antioksidan. Untuk mencegah proses
oksidasi pada buah-buahan atau sayuran yang dikemas dalam kaleng supaya tidak
berubah warna (biasanya menjadi kehitam-hitaman), maka ditambahkan vitamin
C. Vitamin C dalam tubuh banyak terdapat
atau tersimpan dalam jaringan-jaringan, hipofisis, korteks adrenal, korpus luteum
dan thymus. Dalam jumlah sedikit terdapat pada organ ginjal, jantung dan
paru-paru. Otot tidak banyak mengandung vitamin C. Kelenjar air liur dan dinding usus pada
umumnya mengandung vitamin C dalam konsentrasi yang tinggi pula (Rosenberg,
1945). Vitamin C ini dalam tubuh diserap atau diabsorbsi dalam usus oleh karena itu kekurangan zat makanan
ini diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak cukup. Kandungan vitamin C
pada jaringan binatang dan jaringan tumbuh-tumbuhan lebih besar bila
dibandingkan dengan vitamin yang larut dalam air lainnya.
Vitamin
C mempunyai peranan dalam proses metabolisme tubuh beberapa fungsi fisiologis dari vitamin C
diantaranya :
1. Untuk pembentukan substansi cairan
intraseluler pada jaringan
skelet dan memelihara fungsi normal jaringan.
2. Perangsang pada mekanisme pertahanan tubuh.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi dan membantu
perbaikan kualitas kerabang telur.
Sifat
vitamin C yang lain, yaitu merupakan vitamin yang larut dalam air yang paling
kurang stabil, paling mudah rusak oleh pemanasan dengan adanya sedikit logam
seperti tembaga (Cu), tahan pembekuan. Tidak dikenal efek toksik dari vitamin C
ini, tapi pada pemberian yang terlalu banyak akan menyebabkan tidak efektif
lagi dan mempunyai beberapa efek sampingan, diantaranya :
1. Pada anak-anak ayam yang dalam ransumnya
kekurangan unsur tembaga (Cu),
tambahan vitamin C akan menyebabkan
kematian.
2. Bila diberikan dalam jumlah berlebihan pada
ayam petelur yang sedang berproduksi dapat
menyebabkan penurunan
produksi telur dan bobot badan akhir.
3. Gangguan pencernaan, sehingga ternak akan
mengalami diare (mencret).
TAMBAHAN
Penggunaan
vitamin C sebagai anti stress pada ayam
Dalam kedaan normal tubuh dapat
mensintesis vitamin C, tetapi dalam keadaan stress level asam ascorbat dalam
adrenal ayam menurun, sehingga perlu ditambahkan vitamin C dalam pakannya. Umur
ternak cenderung berpengaruh pada kandungan asam ascorbat pada jaringan tubuh.
Semakin tua umur ternak, kandungan asam ascorbat pada organ-organ seperti otak,
kelenjar adrenal, pankreas, hati, ginjal, jantung dan testes cenderung menurun.
Pemberian vitamin C pada pakan ayam
biasanya di-berikan dalam bentuk anti stress yang dicampur dalam ransum. Jadi tidak diberikan dalam bentuk vitamin C
murni. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan Ichsan (1991) mendapatkan hasil sebagai berikut : pada ayam tipe pedaging (“broiler”), yang
mengalami cekaman atau stress yang diakibatkan oleh suhu lingkungan yang tinggi
(330C) akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi yang sangat
tajam, ditandai dengan menurunnya kecepatan pertumbuhan dan konsumsi pakan
serta angka kematian yang meningkat.
Pemberian vitamin C dengan dosis 500 - 1.500 ppm, pada kondisi ini
ternyata dapat meningkatkan daya tahan tubuh dibandingan dengan yang tidak
diberi vitamin C dalam pakannya.
Peningkatan daya tahan tubuh ini
sebagai akibat dari perbaikan respon fisiologi, yaitu seperti me-ningkatnya
kadar tiroksin plasma darah sampai taraf 500 ppm, meningkatnya kadar hormon
kortisol pada umur 7 minggu yang ditunjang dengan meningkatnya kadar vitamin C
dalam kelenjar adrenal, menurunnya kadar kholesterol kelenjar adrenal dan
menghambat hipertrofi kelenjar adrenal serta meningkatkan bobot bursa
fabrisius.
Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada kondisi tercekam karena suhu lingkungan yang tinggi,
pemberian vitamin C 500 ppm sudah cukup baik untuk meningkatkan daya tahan
tubuh “broiler” terhadap cekaman panas dan mengurangi penurunan kecepatan
pertumbuhan yang sangat drastis.
Sumber:
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/apakah-ayam-anda-perlu-vitamin
http://dokterternak.com/2011/08/16/mengatasi-stress-pada-ayam-dengan-vitamin-c/
http://siweh.blogspot.com/2012/05/jenis-vitamin-macam-sumber-dan.html
http://rivaarifin.blogspot.com/2012/03/vitamin-untuk-ternak.html