PENYAKIT BERAK DARAH (KOKSIDIOSIS/ COCCIDIOSIS) PADA AYAM
Minggu, 01 Februari 2015
Edit
Avian
Coccidiosis (koksidiosis) merupakan penyakit usus yang disebabkan oleh protozoa
parasit Genus Eimeria (Allen dan Fetterer, 2002). Eimeria berkembang biak di
saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan jaringan (Calnek dkk., 2001).
Koksidiosis pada ayam berlokasi pada dua tempat yaitu di sekum (caecal
coccidiosis) yang disebabkan oleh E. tenella dan di usus (intestinal
coccidiosis) yang disebabkan oleh delapan jenis lainnya (Jordan dkk., 2001).
Koksidiosis merupakan salah satu penyakit yang banyak mendatangkan masalah dan
kerugian pada peternakan ayam. Kerugian yang ditimbulkan meliputi kematian
(mortalitas), penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat, nafsu makan
menurun, produksi daging turun, meningkatnya biaya pengobatan, upah tenaga
kerja dan lain-lain. Kerugian yang ditimbulkan dapat menghambat perkembangan
peternakan ayam dan menurunkan produksi protein hewani, oleh karena itu
pengendalian koksidiosis pada ayam perlu mendapat perhatian (Tabbu, 2006).
1. GEJALA KLINIS
Spesies
yang berbeda akan memberikan gejala klinis yang berbeda pula, gejala klinis
yang ditimbulkan bervariasi pada infeksi bermacam spesies dan juga pada banyak
sedikitnya jumlah koksidia yang menginfeksi dan resistensi hospes. Spesies yang
kurang pathogen tidak atau sedikit menunjukan gejala klinis. Gejala klinis dari
penyakit ini yang disebabkan parasit Eimeria tenella adalah :
a. Ekskreta berdarah dan mencret.
b. Nafsu makan kurang.
c. Sayap terkulasi.
d. Bulu kusam.
2. PENYEBAB
Koksidiosis
merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang bernama Eimeria sp famili
Eimeriidae atau yang lebih sering dikenal dengan penyakit berak darah, dimana
Eimeria ini mengivestasi bibit mikroorganisme kedalam sel tubuh sehingga
melahirkan gangguan kesehatan infestasi klinis yang merusakkan jaringan
pencernaan terutama usus. Akibatnya terjadi pada proses pencernaan berupa
gangguan metabolisme dan penyerapan zat makanan, bahkan kehilangan darah dari
rusaknya jaringan usus, dan hampir pasti rentan terhadap penyakit lain.
3. DIAGNOSA
Diagnosa sangkaan terhadap koksidiosis dapat di dasarkan
atas gejala klinik, perubahan patologik yang berhubungan dengan lokasi sejumlah
besar ookista atau stadium aseksual Eimeria (sporozoit, merozoit, skison) dan
riwayat kasus Tabbu, (2006). Diagnosa laboratorium dapat dilakukan dengan
melakukan uji natif, uji apung dan uji sentrifus terhadap feses yang diduga
terinfeksi Eimeria, Sp.
4. UMUR YANG DISERANG
Koksidiosis
pada sekum oleh Eimeria tenella paling sering terjadi pada ayam muda berumur 4
minggu, karena umur tersebut adalah umur yang paling peka. Ayam yang berumur
1-2 minggu lebih resisten, walaupun demikian Eimeria tenella dapat juga
menginfeksi ayam yang sudah tua. Ayam yang sudah tua umumnya memiliki kekebalan
imunitas akibat sudah terinfeksi sebelumnya. Pada umumnya koksidiosis sekum
terjadi akibat infeksi berat dalam waktu yang relative pendek tidak lebih dari
72 jam. Pada ayam umur 1-2 minggu diperlukan 200.000 ookista untuk menyebabkan
kematian, dan diperlukan 50.000-100.000 ookista untuk menyebabkan kematian pada
ayam yang berumur lebih tua. Pada kelompok ayam, mula-mula gejala terlihat 72
jam setelah infeksi. Ayam terkulai, anoreksia, berkelompok agar badannya hangat
dan hari keempat sesudah infeksi terdapat darah di dalam tinja. Darah paling
banyak ditemukan pada hari kelima dan keenam sesudah infeksi dan menjelang hari
kedelapan atau kesembilan ayam sudah mati atau dalam tahap persembuhan.
Kematian paling tinggi terjadi antara hari keempat dan keenam karena kehilangan
banyak darah. Kematian kadang-kadang terjadi tanpa diduga. Jika ayam sembuh
dari penyakit akut maka penyakit akan bersifat kronis.
5. PENULARAN
Penyakit
ini dapat ditularkan secara mekanik malalui pekerja kandang, peralatan yang
tercemar atau dalam beberapa kasus yang pernah terjadi dapat disebarkan melalui
debu kandang dan litter dalam jangkauan pendek. Berat tidaknya penyakit ini
tergantung dari jumlah protozoa yang termakan.
6. PENGOBATAN
Untuk
pengobatannya dapat dilakukan dengan cara pemberian larutan amprolium atau
sulfonamide dalam air minum dan pemberian air yang dapat mensuspensi suplemen
vitamin A dan K dapat mempercepat proses penyembuhan.
7. PENCEGAHAN
Untuk
pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Sanitasi dan ventilasi kandang harus baik.
b. Pengangkatan litter setiap kali panen pada
broiler.
c. Lantai kandang dicuci pakai air untuk
membersihkan kotoran, pencucian tahap kedua dengan deterjen.
d. Menaburkan bubuk kapur di dalam kandang.
e. Peralatan feeder dan drinker dicuci sebersih
mungkin.
f. Kandang difumigasi dengan formalin 10%.
g. Melakukan istirahat kandang 7-21 hari.
8. PENGENDALIAN
Pengendalian
koksidiosis pada ayam di Indonesia umumnya dilakukan dengan pemeliharaan
kebersihan, pemberian koksidiostat yang dicampurkan dalam makanan atau air
minumnya, dan penggunaan vaksin koksidia. Pengendalian koksidiosis dengan
pemberian koksidiostat harus diikuti cara dan takaran yang telah ditentukan
agar tidak menimbulkan efek samping, bahwa pemakaian satu macam koksidiostat
yang terus menerus dalam pakan ayam dapat menimbulkan galur coccidia yang tahan
terhadap kokidiostat tersebut (Tabbu, 2006). Antikoksidia dapat menimbulkan resistensi terhadap
koksidiosis. Industri farmasi ada usaha untuk mengatasi masalah resistensi
koksidiosis pada unggas (Allen dan Fetterer, 2002).
9. KERUGIAN
Kemungkinan
kerugian yang ditimbulkan dari penyakit ini jelas terjadi berupa kemerosotan
produksi yang cukup signifikan, serta menjadi pemicu gagalnya program
vaksinasi, dengan titer antibody yang diperoleh akan rendah dan tidak optimal
dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti ND, Gumboro, Mareks bahkan Coryza
atau biasa yang disebut infeksi sekunder.
Sumber:
http://jimmyenggar.blogspot.com/2011/03/eimeria-penyebab-penyakit-koksidiosis_28.html
https://nambahilmusatu.wordpress.com/2010/03/10/penyakit-berak-darah-koksidiosis/
AllenPC, Fetterer RH. 2002. Clinical
Microbiology Reviews :RecentAdvances in Biology dan Immunobiology of Eimeria
Species dan in Diagnosis dan Conffol of Infection with These Coccidian
Parasites of Poultry. l. Soc. Microbiol Vol. l5.No. 1:58-65.
Calnek BW, Barnes HJ, Beard CW,
McDougald LR, SaifYM. 2001. Disease of Poultry. 10' Edition. Iowa State
University Press, USA: 865-867.
Jordan F, Pattison MA, Faragher T. 2001.
Poultry Diseases.5" Edition. WB Saunders. London: 408-409.
Tabbu C. R. 2006. Penyakit Ayam dan
Penanggulangannya. Volume 2. Yogyakarta: Kanisius:7; L9-2L.