DEDAK PADI UNTUK PAKAN TERNAK
Minggu, 22 Maret 2015
Edit
Dedak
padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya
bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping
pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak padi merupakan
bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan beras. Dedak padi
digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi,
harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing
dengan manusia. Menurut (Schalbroeck, 2001), produksi dedak padi di Indonesia
cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuwintal padi dapat
menghasilkan 18-20 gram dedak, sedangkan menurut Yudono et al. (1996)
proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan
limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan
bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%,
serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et al., 2008).
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah
digunakan secara luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan
yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar
sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak (Scott et al.,
1982). Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup
tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan
protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang
merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat
dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini
sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung
energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada
dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya
dengan vitamin dan mineral (Rasyaf, 2004).
Sebagai bahan pakan. Dedak padi mempunyai beberapa
karakter yaitu mempunyai struktur yang cukup kasar, Mempunyai bau khas wangi
dedak, Berwarna coklat dan tidak menggumpal, Dedak padi umumnya tidak tahan
disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan
lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim. Pakan
ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika disimpan
melebihi waktu tertentu.
A. DEDAK PADI UNTUK PAKAN TERNAK UNGGAS
Dedak
padi berpeluang menggantikan peranan jagung sebagai sumber energi bagi unggas
karena jagung merupakan salah satu bahan yang akan diolah menjadi bahan bakar
penganti minyak bumi. Penggunaan dedak padi dalam ransum unggas ada batasanya,
yaitu 0 – 15 % untuk ayam petelur fase starter; 0 – 20 % untuk ayam petelur
fase grower fase layer. Untuk ayam broiler, itu berkisar antara 5 – 20 %, dan
tidak lebih dari 20 % karena akan dapat menurunkan produktivitas ayam (Rasyaf,
2002).
Penggunaan
30 % dedak padi dalam ransum ternyata menurunkan pertambahan berat badan dan
berat badan akhir broiler. Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan lemak
dan asam fitat dalam dedak padi menyebabkan fosfor yang terkandung di dalamnya
tidak dapat diserap oleh ternak unggas (Scott et al. , 1982). Hal inilah
yang menyebabkan dedak padi tidak dapat digunakan secara berlebihan (Rasyaf, 2002).
Menurut Hanafi (2001), umumnya penggunaan dedak padi lebih dari 20 % akan
menghambat pertumbuhan karena adanya kandungan asam fitat dalam dedak padi yang
berada dalam bentuk kompleks dengan protein, pektin, dan polisakarida bukan
pati atau serat kasar sehingga protein dan fosfor sulit dicerna dan
dimanfaatkan oleh ayam.
B. DEDAK PADI UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
Pemberian
pakan hijauan sebagai pakan tunggal, belum mencukupi kebutuhan nutrisi untuk
mencapai produksi yang optimal, sehingga perlu ditambahkan konsentrat. Salah
satu bahan pakan konsentrat adalah dedak padi. Dedak padi mudah didapat dan
terjamin ketersediaannya, serta mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi,
yaitu protein kasar (PK) sebesar 13,80% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
53,30%.
Proporsi pemakaian dedak dalam ransum ternak bergantung pada
tujuan pemeliharaan ternak.
Secara umum dapat dianjurkan pemberian dedak untuk ruminansia adalah 30-40% dari bahan kering yang
dikonsumsi. Menurut Sunarso, (1980) bahwa
pemberian dedak sebanyak 30% lebih baik daripada pemberian dedak sebanyak 45%. Menurut Obst (1978) pemberian pellet
yang terbuat dari 50% dedak dan 50% rumput
gajah, pertambahan berat badan domba adalah sangat rendah.
Sumber
:
Hanafi, N. D. 2001. Enzim sebagai
Alternatif baru dalam Peningkatan Kualitas Pakan untuk Ternak. Program
pascasarjana, IPB, Bogor
Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L.
Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
Obst, J.M. 1978. Nilai
Nutrisi Rumput Gajah sebagai Ransum Dasar untuk Pertumbuhan Domba di Indonesia.
Bogor: Fakultas Peternakan IPB.
Rasyaf, M. 2002. bahan Makanan Unggas di
Indonesia. Cetakan ke-9 Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Rasyaf, M. 2004. Seputar Makanan Ayam
Kampung. Cetakan ke-8, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Scott, M. L, M. C. Neisheim dan R. J.
Young. 1982. Nutrition of Chiken. 3rd Edition, Published M, L Scott and
Associates: Ithaca, New York.
Shcalbroeck. 2001. Toxicologikal
evalution of red mold rice. DFG- Senate
Comision on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sunarso, S. 1980. Pengaruh
Tingkat Pemberian Bekatul dalam Ransum terhadap Berat Karkas Domba
Lokal Jantan. Bogor: P3T Ciawi-Bogor.
Yudono, B. F. Oesman, dan Hermansyah.
1996. Komposisi asam lemak sekam dan dedak padi. Majalah Sriwijaya. Vol. 32.
No. 2. 8-11.