DOMBA LOKAL INDONESIA
Kamis, 19 Maret 2015
Edit
Domba
lokal merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging di indonesia yang memiliki
keunggulan, diantaranya adalah mudah pemeliharaannya, cepat berkembang biak dan
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam di Indonesia. Domba
merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak begitu sulit,
hal ini disebabkan karena ternak domba badannya relatif kecil dan cepat dewasa
sehingga secara otomatis cukup menguntungkan karena dapat menghasilkan wol dan
daging (Murtidjo, 1992). Ternak domba
sampai saat ini pengusahaannya masih didominasi oleh peternakan rakyat dengan
skala usaha kecil dan sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional, yaitu
untuk manajemen pemberian pakan tidak memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan
ternak. Rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang dipelihara di
peternakan rakyat berkisar 30 gram/hari, namun melalui perbaikan teknologi
pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57 – 132 g/ekor (Prawoto et al., 2001).
Purbowati (2007) melaporkan domba yang diberi complete feed (17,35%
protein kasar) dalam bentuk pelet 5,6% bobot badan menghasilkan PBB 164 g/hari.
Bobot badan dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan
persentase karkas 44-49% (Tiesnamurti, 1992).
Domba lokal di Indonesia masih mempunyai
produktivitas yang rendah khususnya sifat pertumbuhan dan kualitas daging.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas domba
diantaranya perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, seleksi, persilangan,
dan kombinasi antara seleksi dan persilangan. Produktivitas ternak dapat
ditentukan melalui faktor bahan makanan yang meliputi jumlah dan kualitas
pakan. Kebutuhan nutrien setiap ternak bervariasi antar jenis dan umur
fisiologis ternak. Kebutuhan nutrisi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan, dan aktivitas fisik
ternak (Haryanto, 1992). Kebutuhan nutrien
ternak dapat dikelompokkan menjadi komponen utama yaitu energi, protein,
mineral dan vitamin. Zat-zat makanan tersebut berasal dari pakan yang
dikonsumsi oleh ternak.
Populasi domba lokal paling tinggi berada di Pulau
Jawa, yang menyebar di Jawa Barat (46%), Jawa Tengah (27%) dan Jawa
Timur (18%) (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Domba di daerah Jawa
Tengah kebanyakan hasil persilangan antara Domba Ekor Gemuk (DEG) dan
Domba Ekor Tipis (DET), dengan komposisi darah tidak diketahui pasti.
Ciri-ciri domba lokal antara lain muka cembung, telinga pendek dan
terletak di belakang tanduk, domba jantan bertanduk, sedangkan domba
betina tidak bertanduk, sering terdapat timbunan lemak dipangkal ekor,
warna bulu putih, pertumbuhan lambat namun dapat bertahan hidup di
tempat yang kering (Rusyad, 1977).
Menurut Kartadisastra (1997), semua domba memiliki
beberapa karakteristik yang sama kedudukanya dalam sistematika hewan
yaitu :
Filum : Chordata
Sub
Filum : Vertebrata (bertulang
belakang)
Marga
: Gnatostomata (mempunyai
rahang)
Kelas
: Mammalia (menyusui)
Bangsa
: Placentalia (mempunyai
plasenta)
Suku : Ungulata (berkuku)
Ordo : Artiodactyla (berkuku
genap)
Sub
Ordo : Seledontia (ruminansia)
Famili
: Bovidae
Sub
Famili : Caprinus
Genus
: Ovis
Spesies
: Ovis aries
Beternak
domba dapat memberikan keuntungan diantaranya sebagai berikut :
1. Domba mudah beradaptasi terhadap berbagai
lingkungan seperti halnya Indonesia yang terletak di daerah tropis.
2. Cepat berkembangbiak, dalam kurun waktu dua
tahun dapat beranak tiga kali dan setiap kelahiran mampu menghasilkan hingga 2
ekor anak .
3. Dagingnya merupakan salah satu sumber protein
hewani untuk pemenuhan gizi manusia dan cukup disukai konsumen (Sudarmono dan
Sugeng, 2003).
Indonesia memiliki dua tipe domba yang paling
menonjol yaitu domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Asal-usul
domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan
DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993). Domba-domba lokal
Indonesia diberi nama sesuai dengan daerah dan karakteristiknya, seperti domba
Donggala, domba Garut, domba Kisar, Domba Ekor Gemuk, Domba Ekor Tipis Jawa dan
Domba Ekor Tipis Sumatera. Domba lokal mempunyai beberapa keunggulan, antara
lain mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis, tidak mengenal musim
kawin, bersifat prolifik, dan kebal terhadap beberapa macam penyakit dan
parasit. Namun demikian, domba lokal mempunyai produktifitas yang rendah.
Peningkatan produktifitas domba lokal dapat dilakukan dengan cara seleksi.
Seleksi pada domba lokal dilakukan terhadap sifat-sifat yang mempunyai nilai
ekonomis tertentu. Salah satu sifat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah
sifat pertumbuhan.
A. DOMBA DONGGALA
Salah
satu domba–domba lokal yang berada di kawasan timur Indonesia dikenal dengan
nama domba lokal Palu atau domba Donggala yang berada di lembah Palu dan
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Domba ini merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah berdasarkan kondisi sumber daya lahan, iklim, dan sosial ekonomi. Domba lokal
Palu mempunyai beberapa keunggulan antara lain dapat bertahan hidup dengan
pakan berkualitas rendah, mampu bertahan hidup pada tekanan iklim relatif
panas, daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan parasit. Keunggulan ini
merupakan karakteristik yang khas untuk digunakan sebagai sumber genetik dalam
perbaikan domba Palu melalui seleksi dan persilangan. Demikian halnya domba
Palu merupakan sumberdaya genetik (plasma nutfah) ternak yang dapat
dikembangkan untuk pengembangan dan perbaikan mutu genetik bangsa domba secara
regional dengan tetap menjaga kemurnian dan kelestariannya. Apalagi domba lokal
Palu termasuk ternak spesifik lokasi yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak
diusahakan masyarakat, sehingga sangat mendesak untuk ditangani secara serius
(Amirudin dan Salmin, 2008). Populasi
domba Palu masih sangat rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Pada tahun 1989 populasi domba Palu masih berjumlah 16.192 ekor tahun 1987
kemudian menjadi 7.408 ekor tahun 2003 bahkan populasi domba tersebut kini
tinggal berjumlah 3.270 ekor (Disnak Sulteng 2005).
B. DOMBA LOKAL SUMATERA
Domba
sumatera pada umumnya sangat produktif dan dapat beranak sepanjang tahun. Domba
lokal sumatera dapat beranak 1.82 ekor dalam setahun dan dapat memproduksi anak
sapihan 2.2 ekor pertahun dengan bobot sapih 21 kg per 22 kg bobot induk. Akan
tetapi pada umumnya domba sumatera ini relatif kecil dan tidak memenuhi
persyaratan bobot badan ekspor yakni diatas 35 kg. Dari proses persilangan
dengan domba St. croix. Bobot lahir maupun bobot sapih anak domba hasil
persilangan lebih tinggi dari anak domba lokal sumatera. Keunggulan dari
penampilan anak hasil persilangan tampak bahwa anak mortalitas pra sapih dan
jarak beranak relatif lebih rendah dari anak domba murni baik lokal Sumatera
maupun (yang berasal dari Amerika Tengah) diharapkan terbentuk bangsa domba
bertipe bulu yang memenuhi persyaratan eksport dan dapat beradaptasi terhadap
lingkungan (Subandriyo, 1995).
C. DOMBA JONGGOL
Domba
jonggol merupakan hasil persilangan domba lokal ekor tipis dengan domba garut
yang berkembang di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut
Pertanian Bogor (UP3J-IPB) sejak tahun 1980 dan telah mengalami seleksi secara
alami pada lingkungan yang panas dan kering (UP3J, 1992). Domba jonggol
memiliki ciri-ciri lebar ekor 3,54±0,89 cm dan tidak berlemak. Domba betina
tidak bertanduk, telinga berukuran kecil sampai medium, bulu biasanya berwarna
putih, belang hitam dan banyak bercak warna hitam disekitar mata dan hidung,
tinggi pundak 55,66±3,37 cm domba jantan dan 57,87±4,26 cm betina dewasa, bobot
badan domba jantan dan betina dewasa masing-masing 34,90±6,96 dan 26,11±4,12 kg
(Sumantri et al., 2007).
Sumber:
Amirudin Dg. M. Dan Salmin. 2008.
Karakteristik Domba Lokal Palu
Berdasarkan Keragaman Morfometrik. Staf Pengajar Pada Program Studi
Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. J. Agroland 15
(1) : 68 – 74.
Dinas Peternakan Sulawesi Tengah. 2005.
Statistik Peternakan Sulawesi Tengah. Palu.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007.
Statistika Peternakan 2007. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian
RI, Jakarta.
Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan
kambing. Prosiding Saresahan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era
PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan
Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Bogor.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan
dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Murtidjo, B.A., 1992. Beternak Domba
Pedaging dan Wol, Kanisius, Yogyakarta.
Prawoto, J. A., C. M. S. Lestari, dan E.
Purbowati. 2001. Keragaan dan Kinerja Produksi Domba Lokal Jantan yang
Dipelihara Intensif dengan Memanfaatkan Ampas Tahu sebagai Pakan Campuran.
Abstrak Hasil-Hasil Penelitian Tahun 1998/1999. Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 68-70 (Abstr).
Purbowati, E. 2007. Kajian Perlemakan
Karkas Domba Lokal dengan Pakan Komplit dari Jerami Padi dan Konsentrat pada
Bobot Potong yang Berbeda. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. (Disertasi Doktor Ilmu Ternak).
Rusyad, A. 1977. Sheep breeds of
Indonesia. Report for FAO/UNEP Project “Conservation of Animal Genetic
Resources”. pp: 10.
Sudarmono, A.S dan Sugeng Y.B,
1993. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumantri C., A. Einstiana, J.F. Salamena
and I. Inounu. 2007. Keragaan dan hubungan phylogenik antar domba lokal di
Indonesia melalui pendekatan analisis morfologi. J. Ilmu Ternak dan
Veteriner. 12: 42-54.
Tiesnamurti, B. 1992. Alternatif
pemilihan jenis ternak ruminansia kecil untuk wilayah Indonesia bagian timur.
Potensi ruminansia kecil bagian timur. Prosiding Lokakarya Mataram, Lombok,
Nusa Tenggara Barat. BPT Bogor.
UP3J (Unit Pendidikan, Penelitian dan
Peternakan Jonggol). 1992. Laporan Perkembangan Ternak. Fakultas Peternakan.
Institut pertanian Bogor. Jonggol
Williamson G. dan W. J. A. Payne., 1993.
Pengantar Peternakan di Daerah tropis. Terjemahan oleh : IGN Djiwa Darmadja.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Terimakasih
telah membaca artikel tentang Domba Lokal Indonesia ini, semoga bermanfaat dan menambah
wawasan anda tentang dunia peternakan.