FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PERKEMBANGAN POPULASI SAPI
Jumat, 13 Maret 2015
Edit
Salah satu indikator
yang sering digunakan dalam menentukan kemajuan suatu negara adalah dengan
menggunakan indikator tingkat konsumsi daging. Dibandingkan negara-negara
tetangga tingkat konsumsi daging di Indonesia masih rendah. Pada umumnya,
peternakan sapi potong di Indonesia masih bersifat tradisional yang
dilaksanakan oleh para petani sebagai bagian dari usaha taninya. Kendala yang
dialami oleh para petani di dalam mengembangkan petemakannya adalah karena
keterbatasan modal, keterampilan dan kurangnya pengetahuan tentang tata laksana
pemeliharaan serta kepemilikan lahan yang sempit. Para peternak walaupun
memiliki segala keterbatasan, peternakan sapi potong masih tetap eksis karena
ternak ini memiliki fungsi yang utama yakni sebagai tabungan yang sewaktu-waktu
dapat dijual.
Pembangunan
sub-sektor peternakan harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan peternak, melalui pemanfaatan sumber daya lokal (atau yang
dimiliki rakyat) serta dilaksanakan langsung oleh rakyat. Cara peningkatan sumber
daya manusia peternak, pengembangan teknologi peternakan dan pengembangan
kemampuan organisasi ekonomi peternak perlu juga dilakukan untuk menunjang
pembangunan sub-sektor peternakan.
Kebutuhan
daging sapi potong secara nasional setiap tahun terjadi peningkatan, akan
membawa dampak negatif terhadap kemampuan produksi dan perkembangan
populasinya. Kemampuan produksi daging sapi potong tahun 2006 mencapai 290,56
ribu ton, sementara kebutuhan daging sapi mencapai 410,9 ribu ton dengan
tingkat konsumsi sebesar 1,84 kg / kapita / tahun atau mengalami defisit
sebesar 29,3 %. Sedangkan pertumbuhan sapi potong pada tahun yang sama mencapai
sebesar 1,22 % dari populasi yang diprediksikan sebesar 10,8 juta, belum
mencukupi kebutuhan daging dengan tingkat defisit sebesar 1,6 juta ekor (14,5
%) dari populasi ideal 12,4 juta ekor (Affandi, dkk., 2007)
Perkembangan peternakan
sapi potong di suatu daerah dipengaruhi oleh tiga faktor,
1. Faktor fisik
Faktor fisik di sini mencakup daya tampung,
penyajian hijauan pakan, dan jumlah kepemilikan sapi potong
2. Faktor sosial
Faktor sosial terdiri dari pengaruh tenaga kerja
peternak
3. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi meliputi nilai jual ternak,
penerimaan, biaya, dan pendapatan peternak
Salah satu
faktor penyebab rendahnya perkembangan populasi sapi adalah teknik manajemen
reproduksi yang kurang tepat, yakni:
1.
Manajemen perkawinan yang kurang tepat.
2.
Pengamatan birahi dan waktu kawin tidak tepat.
3.
Rendahnya kualitas atau kurang tepatnya pemanfaatan pejantan pada sistem kawin
alam
4.
Keterampiln mengawinkan ternak rendah.
5.
Rendahnya pengetahuan peternak tentang kawin suntik/IB serta pemanfaatan hormon
rerpoduksi yang kurang optimal.
Pada pola
perkawinan yang menggunakan pejantan alam, petani mengalami kesulitan
memperoleh pejantan yang berkualitas, sehingga pedet yang dihasilkan mutunya
rendah, bahkan berindikasi adanya perkawinan sedarah (inbreeding)
terutama pada sistem penggembalaan yang banyak dilakukan oleh peternak di
wilayah Indonesia bagian Timur.
Penurunan efisiensi reproduksi dipengaruhi juga oleh faktor
manajemen perkawinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan
sekitarnya. Hal ini diindikasikan oleh terjadinya kawin berulang (repeat
breeding) pada induk sapi potong di tingkat peternakan rakyat sehingga
menyebabkan rendahnya tingkat kebuntingan dan panjangnya jarak beranak.
Diperlukan suatu cara atau teknik reproduksi yang tepat berdasar pada potensi
atau kehidupan sosial masyarakat pedesaan, yakni teknik pengaturan perkawinan
dengan kawin suntik/pejantan alami, pengamatan birahi setelah beranak,
pemberian pakan yang cukup, pemanfaatan hormon reproduksi, manajemen penyapihan
pedet yang tepat dan berkesinambungan.
Sumber:
Affandi L., W. Pratiwi, D. Pamungkas,
D.B. Wijono, P.W. Prihadiri dan P. Situmorang. 2007. Peningkatan Produktivitas
Sapi Potong Melalui Efisiensi Reproduksi. Laporan Penelitian Loka Sapi Potong.
Dikman, D.M., L. Affandy, dan D.
Ratnawati. 2010. Petunjuk Teknis Perbaikan Teknologi Reproduksi Sapi Potong Induk.
Loka Penelitian Sapi Potong, Grati-Pasuruan: 1-13