JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK
Jumat, 27 Maret 2015
Edit
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis
rumputan/ graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang
jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan
satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman
sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari
pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan
dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu. Secara umum jagung mempunyai pola
pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah
daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke
dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang
ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama;
(2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking),
fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase
reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Subekti et. al.,)
Menurut
Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi)
tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Bagian-bagian
tanaman jagung yang di gunakan untuk pakan ternak antaralain:
1. Tebon jagung sendiri adalah seluruh tanaman
jagung termasuk batang, daun dan buah jagung muda yang umumnya dipanen pada
umur tanaman 45 – 65 hari (Soeharsono dan Sudaryanto, 2006) ada pula yang
menyebut tebon jagung tanpa memasukkan jagung muda ke dalamnya.
Tebon jagung ini dapat
dimanfaatkan peternak untuk pakan ternak ruminansia.
2. Biji Jagung dapat digunakan untuk pakan
ternak unggas khususnya untuk pembuatan ransum ayam broiler atau yam petelur.
PAKAN TERNAK RUMINANSIA
Limbah tanaman jagung juga dapat
dimanfaatkan untuk pakan, tetapi hanya untuk ternak ruminansia karena tingginya
kandungan serat. Jerami jagung merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada
saat rumput sulit diperoleh, terutama pada musim kemarau. Jerami jagung yang
diawetkan dengan pengeringan matahari menghasilkan hay dan disimpan oleh petani
untuk persediaan pakan sapi pada musim kemarau. Dengan berkembangnya usaha
penggemukan sapi impor atau berkembangnya industri sapi perah, seluruh tanaman
jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Jagung ditanam secara khusus untuk
menggantikan rumput. Tanaman jagung pada umur tertentu, terutama ketika bulir
mulai tumbuh, mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk sapi. Menurut Hartadi et al., (1997), bahwa tanaman Jagung dapat
menggantikan rumput potong pada masa istirahat sesudah defoliasi sehingga
kontinuitas pakan terjaga. Komposisi kimia hijauan jagung untuk pakan
berturut-turut TDN, PK, Ca, P adalah 58%; 8,8%; 0,28% dan 0,14%.
PAKAN TERNAK UNGGAS
Sebagai pakan, jagung dimanfaatkan
sebagai sumber energi dengan istilah energi metabolis. Walaupun jagung
mengandung protein sebesar 8,5%, tetapi pertimbangan penggunaan jagung sebagai
pakan adalah untuk energi. Apabila energi yang terdapat pada jagung masih
kurang, misalnya untuk pakan ayam broiler, biasanya ditambahkan minyak agar
energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah
dari patinya yang mudah dicerna. Jagung juga mengandung 3,5% lemak, terutama terdapat
di bagian lembaga biji. Kadar asam lemak linoleat dalam lemak jagung sangat
tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ayam, terutama ayam petelur. Jagung
mempunyai kandungan Ca dan P yang relatif rendah dan sebagian besar P terikat
dalam bentuk fitat yang tidak tersedia seluruhnya untuk ternak berperut
tunggal.
Dalam ransum unggas, baik ayam broiler
maupun petelur, jagung menyumbang lebih dari separuh energi yang dibutuhkan
ayam. Tingginya kandungan energi jagung berkaitan dengan tingginya kandungan pati
(>60%) biji jagung. Di samping itu, jagung mempunyai kandungan serat kasar
yang relatif rendah sehingga cocok untuk pakan ayam. Kadar protein jagung
(8,5%) jauh lebih rendah dibanding kebutuhan ayam broiler yang mencapai >22%
atau ayam petelur > 17%. Sebenarnya, ayam memerlukan asam amino yang
terdapat dalam protein. Karena itu, untuk menilai kandungan gizi jagung perlu
memperhatikan kandungan asam aminonya. Kandungan lisin, metionin, dan triptofan
jagung relatif rendah sehingga untuk membuat pakan ayam perlu ditambahkan
sumber protein yang tinggi seperti bungkil kedelai. Untuk melengkapi kandungan
asam amino dalam ransum pakan ayam dapat ditambahkan asam amino sintetis
seperti L Lisin, DL Metionin atau L Treonin.(Tangendjaja
dan Wina).
Sumber:
Hartadi, H., S.
Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak
Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Subekti N. A., Syafruddin,
R. Efendi, dan S. Sunarti. Maros Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Tangendjaja B. dan E.
Wina. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan. Balai
Penelitian Ternak, Bogor.
Tjitrosoepomo, C., 1991.
Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press, Yogyakarta
Soeharsono & B. Sudaryanto. 2006.
Tebon jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak strategis di lahan kering
Kabupaten Gunung Kidul. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan
Sistem Integrasi Jagung – Sapi. Pontianak, 9-10 Agustus 2006. Puslitbang
Peternakan, Bogor. Hal: 36-141.